Kabut tebal Pegunungan Bayangan perlahan menyingkap, mengungkapkan pemandangan yang menakutkan dan megah. Di hadapan Kael, Elara, dan Lyra, berdiri Kastil Morgoth, sebuah monumen kegelapan yang menancapkan cakarnya di puncak gunung yang berbatu. Dinding-dindingnya yang terbuat dari batu hitam legam menjulang tinggi, seolah-olah ingin menyentuh langit yang kelabu. Menara-menara yang runcing dan bergerigi tampak seperti taring-taring raksasa yang siap merobek siapa saja yang berani mendekat. Jendela-jendela yang sempit dan gelap seperti mata-mata jahat yang mengawasi setiap gerakan mereka.Di depan kastil, terdapat sebuah gerbang raksasa yang terbuat dari besi berkarat. Gerbang itu dijaga oleh dua patung gargoyle yang mengerikan, masing-masing setinggi tiga meter. Patung-patung itu memiliki tubuh singa, sayap kelelawar, dan wajah iblis dengan taring yang tajam dan mata yang merah menyala. Kael merasakan aura jahat yang kuat memancar dari patung-patung itu, membuat bulu kuduknya berdiri.Kael melihat status patung-patung itu:
Gargoyle Penjaga Level: 25 HP: 200/200 Kemampuan: Serangan Cakar, Gigitan Beracun, Nafas Api Kelemahan: Sihir Suci, Senjata Perak
"Gargoyle," gumam Lyra dengan suara rendah. "Mereka adalah makhluk kegelapan yang sangat kuat. Mereka tidak akan membiarkan kita masuk begitu saja."Elara mengangguk setuju. "Kita harus mencari cara lain untuk masuk," katanya. "Mungkin ada pintu rahasia atau terowongan bawah tanah."Mereka mulai mencari di sekitar gerbang, memeriksa setiap sudut dan celah. Namun, mereka tidak menemukan apa pun. Dinding kastil tampak kokoh dan tidak bisa ditembus."Bagaimana kalau kita coba memanjat dinding?" usul Kael. "Mungkin ada jendela yang terbuka di lantai atas."Lyra menggelengkan kepalanya. "Dinding kastil ini terlalu tinggi dan licin," katanya. "Selain itu, pasti ada penjaga di atas sana. Kita akan mudah terdeteksi."Mereka terdiam sejenak, putus asa. Mereka telah datang sejauh ini, tetapi mereka tidak bisa masuk ke dalam kastil. Tiba-tiba, Kael teringat akan sesuatu."Tunggu sebentar," katanya. "Aku punya ide."Ia mengeluarkan buku kuno Lilith dari ranselnya dan mulai membolak-balik halaman-halamannya. Ia mencari informasi tentang gargoyle, berharap bisa menemukan kelemahan mereka. Setelah beberapa saat, ia menemukan sebuah halaman yang menjelaskan tentang bagaimana mengendalikan gargoyle dengan mantra sihir tertentu."Elara," kata Kael, "bisakah kamu membaca mantra ini?"Elara mengambil buku itu dan membaca mantra itu dengan seksama. Matanya berbinar-binar saat ia memahami arti dari mantra itu. "Ini mantra pengendali pikiran," katanya. "Jika kita bisa mengucapkan mantra ini dengan benar, kita bisa mengendalikan gargoyle dan memerintahkannya untuk membuka gerbang."Mereka bertiga berkumpul di depan gerbang, Elara berdiri di tengah, tangannya terangkat ke arah patung-patung gargoyle. Ia mulai merapal mantra itu dengan suara yang lantang dan jelas, setiap kata diucapkan dengan penuh konsentrasi dan kekuatan.Saat Elara mengucapkan mantra itu, patung-patung gargoyle mulai bergerak. Mata mereka yang merah menyala berkedip-kedip, dan ekspresi wajah mereka berubah dari mengancam menjadi bingung. Mereka menoleh ke arah Elara, seolah-olah sedang menunggu perintah."Buka gerbang!" perintah Elara dengan suara yang tegas dan berwibawa.Patung-patung gargoyle mengangguk patuh, lalu melangkah ke arah gerbang. Mereka mendorong gerbang itu dengan kekuatan mereka yang luar biasa, membuat suara berderit yang memekakkan telinga. Gerbang itu perlahan-lahan terbuka, menampakkan halaman dalam kastil yang gelap dan suram.Kael, Elara, dan Lyra saling berpandangan, senyum kemenangan terpancar di wajah mereka. Mereka telah berhasil melewati rintangan pertama. Namun, mereka tahu bahwa ini baru permulaan. Perjalanan mereka di dalam Kastil Morgoth akan jauh lebih berbahaya. Mereka harus tetap waspada dan siap menghadapi segala macam ancaman yang mungkin mengintai di balik bayangan.