Chereads / The Status Seeker / Chapter 33 - Naga Penjaga: Ujian Terakhir Menuju Kastil Morgoth

Chapter 33 - Naga Penjaga: Ujian Terakhir Menuju Kastil Morgoth

Perjalanan Kael, Elara, dan Lyra semakin menanjak, membawa mereka ke jantung Pegunungan Bayangan yang diselimuti kabut abadi. Udara semakin tipis dan dingin, menusuk hingga ke tulang, membuat napas mereka mengepul seperti asap naga. Salju mulai turun, menutupi jalan setapak berbatu dengan lapisan putih yang berkilauan di bawah sinar matahari yang samar. Jejak kaki mereka tertinggal di salju, satu-satunya tanda kehidupan di tengah hamparan putih yang luas.Lyra, yang telah menjelajahi pegunungan ini berkali-kali, memimpin jalan dengan langkah yang pasti. Matanya yang tajam mengamati setiap detail medan, mencari tanda-tanda bahaya atau jalan tersembunyi. Ia mengenali jejak-jejak yeti yang besar dan berbulu, serta tanda-tanda keberadaan makhluk-makhluk lain yang menghuni pegunungan ini, seperti burung elang raksasa, singa gunung, dan bahkan naga.Kael, dengan Mata Dewa yang aktif, terus memindai lingkungan sekitar mereka. Ia melihat status puncak-puncak gunung yang menjulang tinggi, lembah-lembah yang dalam, dan gletser yang berkilauan. Ia juga merasakan energi magis yang kuat berdenyut di udara, seolah-olah ada kekuatan besar yang sedang mengawasi mereka.

Pegunungan Bayangan Level: -

Status: Tempat Suci, Dipenuhi Energi Magis Kuno, Dilindungi oleh Naga Penjaga

"Kita sudah dekat," kata Lyra, suaranya bergema di antara tebing-tebing batu. "Aku bisa merasakan kehadirannya.""Kehadiran siapa?" tanya Elara, suaranya bergetar karena ketakutan."Naga Penjaga," jawab Lyra dengan suara yang rendah dan serius. "Ia adalah penjaga Pegunungan Bayangan, dan ia tidak akan membiarkan siapa pun melewati wilayahnya tanpa izin."Kael merasakan jantungnya berdebar kencang. Ia pernah melihat naga dalam penglihatannya, tetapi ia tidak pernah bertemu dengan naga yang nyata sebelumnya. Ia bertanya-tanya apakah ia akan mampu menghadapi makhluk yang begitu kuat dan menakutkan.Saat mereka melanjutkan perjalanan, kabut tiba-tiba menebal, menutupi pandangan mereka sepenuhnya. Suhu udara turun drastis, dan angin kencang mulai bertiup, membawa salju yang menyengat. Mereka harus berjuang melawan angin dan salju yang tebal, setiap langkah terasa semakin berat.Tiba-tiba, terdengar suara raungan yang menggelegar dari atas mereka. Mereka mendongak dan melihat sesosok raksasa muncul dari balik kabut. Seekor naga besar dengan sisik berwarna biru kehitaman, mata kuning yang menyala-nyala, dan sayap yang lebarnya mencapai puluhan meter. Naga itu terbang rendah di atas mereka, menciptakan pusaran angin yang kuat yang hampir membuat mereka terjatuh.Kael melihat status naga itu:

Naga Penjaga Pegunungan Bayangan Level: 50

HP: 500/500

MP: 400/400

Kelas: Naga Kuno

Kemampuan: Nafas Api, Nafas Es, Cakar Kuat, Sisik Baja, Terbang

Kelemahan: Sihir Air, Sihir Tanah

"Itu dia!" teriak Lyra. "Naga Penjaga!"Naga itu mendarat di depan mereka, menciptakan gelombang kejut yang membuat mereka terhuyung-huyung. Ia menatap mereka dengan mata yang tajam dan mengintimidasi."Siapa kalian?" tanya naga itu dengan suara yang menggelegar, membuat tanah bergetar di bawah kaki mereka. "Berani sekali kalian memasuki wilayahku tanpa izin!"Kael melangkah maju, pedang Cahaya Bulan terhunus di tangannya. "Kami datang dengan damai," katanya dengan suara yang tenang namun tegas. "Kami adalah pahlawan yang ditakdirkan untuk melawan Morgoth, sang Penyihir Kegelapan. Kami membutuhkan bantuanmu."Naga itu menatap Kael dengan curiga. "Bagaimana aku bisa percaya padamu?" tanyanya. "Banyak orang yang mengaku sebagai pahlawan, tetapi mereka hanya penipu dan pencari kekuasaan."Kael mengangkat Mata Dewa yang tergantung di lehernya. "Ini adalah Mata Dewa," katanya. "Artefak kuno yang diberikan kepada Penjaga Mata Dewa. Aku adalah Penjaga Mata Dewa yang baru, dan aku ditakdirkan untuk mengalahkan Morgoth."Naga itu menatap Mata Dewa dengan takjub. Ia bisa merasakan kekuatan magis yang luar biasa dari artefak itu. Ia juga bisa melihat kebenaran di mata Kael."Baiklah," kata naga itu akhirnya. "Aku percaya padamu. Tapi kamu harus membuktikan kelayakanmu. Kamu harus melewati ujian terakhir sebelum aku mengizinkanmu memasuki Kastil Morgoth.""Ujian apa?" tanya Kael."Kamu harus bertarung melawanku," jawab naga itu. "Jika kamu bisa bertahan selama sepuluh menit, aku akan menganggapmu layak dan memberimu jalan."Kael dan Elara saling berpandangan, lalu mengangguk setuju. Mereka tahu bahwa ini adalah ujian yang sulit, tetapi mereka tidak punya pilihan lain. Mereka harus menghadapi Naga Penjaga jika ingin melanjutkan perjalanan mereka.Pertempuran pun dimulai. Naga Penjaga menyerang dengan nafas apinya yang membara, menciptakan gelombang panas yang menyengat. Kael dan Elara menghindar dengan lincah, lalu menyerang balik dengan pedang dan sihir mereka.Pertempuran itu berlangsung sengit dan menegangkan. Kael dan Elara bertarung dengan gagah berani, menggunakan semua kemampuan mereka untuk melawan naga yang kuat. Elara meluncurkan mantra-mantra air dan tanah untuk memadamkan api naga dan menciptakan penghalang pelindung, sementara Kael menyerang dengan pedang Cahaya Bulan, memanfaatkan kelemahan naga terhadap sihir cahaya.Setelah sepuluh menit pertempuran yang melelahkan, Kael dan Elara berhasil bertahan. Naga Penjaga, terkesan dengan keberanian dan kekuatan mereka, akhirnya mengakui kelayakan mereka."Kalian telah lulus ujian terakhir," kata naga itu dengan suara yang lebih lembut dari sebelumnya. "Kalian memang pahlawan sejati. Aku akan memberimu jalan menuju Kastil Morgoth. Tapi ingatlah, perjalanan kalian akan sangat berbahaya. Hati-hati, dan semoga kalian berhasil."Naga Penjaga kemudian terbang tinggi ke langit, menghilang di balik kabut. Kael dan Elara, dengan perasaan lega dan semangat yang baru, melanjutkan perjalanan mereka menuju Kastil Morgoth. Mereka tahu bahwa mereka akan menghadapi banyak bahaya di depan, tetapi mereka siap untuk menghadapinya. Mereka adalah pahlawan yang ditakdirkan untuk menyelamatkan Eterra, dan mereka tidak akan berhenti sampai mereka berhasil.