Perjalanan Kael, Elara, dan Lyra berlanjut menyusuri medan Pegunungan Bayangan yang semakin menanjak dan berliku. Kabut tebal masih menyelimuti jalan mereka, namun semangat mereka tidak surut. Dengan bantuan Lyra, mereka berhasil menemukan jalan setapak tersembunyi yang mengarah ke sebuah lembah yang tersembunyi di balik kabut tebal.Saat kabut mulai menipis, pemandangan yang menakjubkan terbentang di hadapan mereka. Sebuah lembah hijau yang subur, dikelilingi oleh puncak-puncak gunung yang menjulang tinggi, terhampar seperti oasis di tengah gurun pasir. Sungai kecil yang jernih mengalir melintasi lembah, airnya berkilauan di bawah sinar matahari yang menembus kabut. Pohon-pohon besar yang rindang tumbuh di sepanjang sungai, daun-daunnya yang hijau segar tampak bercahaya. Bunga-bunga liar berwarna-warni tumbuh di antara rerumputan hijau, menciptakan lukisan alam yang indah.Di tengah lembah, mereka melihat sebuah desa kecil yang terbuat dari kayu dan batu. Rumah-rumahnya yang berbentuk bulat memiliki atap jerami yang rapi, dan dindingnya dihiasi dengan ukiran-ukiran rumit berbentuk bunga dan hewan. Jembatan kayu melengkung melintasi sungai, menghubungkan kedua sisi desa. Suasana damai dan tenang menyelimuti lembah ini, kontras dengan suasana mencekam di Pegunungan Bayangan.Kael, dengan Mata Dewa yang aktif, mengamati desa itu dengan seksama. Ia melihat beberapa sosok berjubah putih berjalan di antara rumah-rumah, dan di atas kepala mereka muncul informasi:
Elf Hutan Level 15
HP: 100/100
Kelas: Penjaga
Kemampuan: Panahan, Sihir Alam, Penyembuhan
"Mereka elf," bisik Elara, "penghuni asli Pegunungan Bayangan. Mereka dikenal sebagai makhluk yang damai dan bijaksana, memiliki hubungan yang erat dengan alam."Mereka mendekati desa dengan hati-hati, tidak ingin mengganggu ketenangan penduduknya. Saat mereka memasuki desa, mereka disambut oleh seorang elf wanita yang cantik dengan rambut pirang panjang dan mata biru yang jernih. Ia mengenakan gaun putih sederhana yang terbuat dari sutra, dan di tangannya terdapat sebuah tongkat kayu yang diukir dengan simbol-simbol alam.Kael melihat statusnya:Elder Aelyn Level 30 HP: 200/200 Kelas: Penatua Elf Kemampuan: Sihir Alam, Penyembuhan, Kebijaksanaan, Pengetahuan Kuno
"Selamat datang di desa kami," sapa Elder Aelyn dengan suara yang lembut dan ramah. "Kalian pasti lelah setelah perjalanan panjang. Mari, silakan masuk dan beristirahatlah."Kael, Elara, dan Lyra mengikuti Elder Aelyn ke sebuah rumah besar yang terletak di tengah desa. Rumah itu terbuat dari kayu yang kokoh dan dihiasi dengan ukiran-ukiran indah yang menggambarkan pemandangan alam dan makhluk-makhluk hutan. Di dalamnya, terdapat perapian yang menyala, memberikan kehangatan dan kenyamanan. Elder Aelyn mempersilakan mereka duduk di kursi-kursi empuk yang terbuat dari kulit binatang, lalu menyajikan teh herbal hangat dan roti buatan sendiri."Terima kasih atas keramahan Anda, Elder Aelyn," kata Elara sambil menerima teh. "Kami sangat bersyukur bisa menemukan tempat yang damai seperti ini di tengah Pegunungan Bayangan yang berbahaya."Elder Aelyn tersenyum. "Kami selalu menyambut para pelancong yang datang dengan damai," katanya. "Tapi jarang sekali ada manusia yang datang ke lembah ini. Apa yang membawa kalian ke sini?"Kael menjelaskan bahwa mereka sedang dalam perjalanan menuju Kastil Morgoth untuk menghentikan rencana jahatnya. Ia juga menceritakan tentang Mata Dewa dan ramalan kuno yang mereka temukan di Kuil Kuno.Elder Aelyn mendengarkan dengan penuh perhatian, matanya berbinar-binar karena tertarik. "Mata Dewa?" katanya. "Aku pernah mendengar legenda tentang artefak itu. Konon, artefak itu memiliki kekuatan yang luar biasa, tapi juga bisa sangat berbahaya jika jatuh ke tangan yang salah."Kael mengangguk. "Itulah sebabnya kami harus menemukan Morgoth sebelum ia mendapatkannya," katanya. "Kami percaya bahwa kami adalah pahlawan yang ditakdirkan untuk mengalahkannya."Elder Aelyn terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Kael. "Mungkin kalian memang pahlawan yang dimaksud dalam ramalan itu," katanya akhirnya. "Tapi perjalanan kalian tidak akan mudah. Morgoth adalah penyihir yang sangat kuat dan jahat. Ia memiliki banyak pengikut dan kekuatan gelap yang besar.""Kami tahu," kata Elara. "Tapi kami tidak akan menyerah. Kami akan melakukan apa pun yang kami bisa untuk menghentikannya."Elder Aelyn tersenyum lagi. "Aku bisa melihat tekad yang kuat di mata kalian," katanya. "Itu adalah kualitas yang sangat penting bagi seorang pahlawan. Aku akan membantu kalian semampu saya. Aku akan memberikan kalian informasi tentang Morgoth dan Kastilnya, serta beberapa perbekalan untuk perjalanan kalian."Kael, Elara, dan Lyra menghabiskan beberapa hari di desa elf, beristirahat dan memulihkan tenaga. Mereka belajar banyak tentang sejarah dan budaya elf, serta tentang alam Pegunungan Bayangan. Mereka juga berlatih menggunakan kemampuan mereka dengan bimbingan Elder Aelyn, yang ternyata adalah seorang penyihir yang sangat kuat dan bijaksana.Saat mereka siap untuk melanjutkan perjalanan, Elder Aelyn memberikan mereka sebuah peta yang menunjukkan jalan rahasia menuju Kastil Morgoth. Ia juga memberikan mereka beberapa ramuan penyembuh, makanan, dan air."Semoga perjalanan kalian lancar dan sukses," kata Elder Aelyn sambil memeluk mereka satu per satu. "Semoga Eterra memberkati kalian."Kael, Elara, dan Lyra mengucapkan selamat tinggal pada Elder Aelyn dan penduduk desa elf lainnya. Mereka meninggalkan lembah tersembunyi itu dengan perasaan haru dan semangat yang baru. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka akan semakin berbahaya, tetapi mereka yakin bahwa mereka bisa mengatasinya bersama-sama. Mereka adalah tiga pahlawan yang ditakdirkan untuk menyelamatkan Eterra, dan mereka tidak akan berhenti sampai mereka berhasil.