Chereads / The Status Seeker / Chapter 16 - Pasar Gelap Silverstream: Antara Harapan dan Bahaya

Chapter 16 - Pasar Gelap Silverstream: Antara Harapan dan Bahaya

Malam telah menyelimuti Silverstream dengan jubahnya yang gelap, namun kehidupan di kota ini jauh dari kata tidur. Di sudut-sudut tersembunyi, jauh dari jalanan utama yang terang benderang dan dipenuhi hiruk-pikuk keramaian, tersembunyi sebuah dunia yang berbeda: pasar gelap Silverstream. Tempat ini adalah labirin lorong-lorong sempit dan gang-gang berliku, diterangi oleh cahaya obor yang berkedip-kedip dan lentera yang redup, menciptakan suasana yang penuh misteri dan intrik. Aroma rempah-rempah eksotis dari negeri-negeri jauh bercampur dengan bau anyir darah dan logam, menciptakan aroma yang memabukkan sekaligus meresahkan, menggelitik indra penciuman dengan campuran yang aneh dan tak terduga.Kael dan Elara, dengan jubah hitam yang menutupi identitas mereka, melangkah hati-hati ke dalam pasar gelap. Mata mereka menjelajahi sekeliling dengan waspada, mengamati setiap bayangan dan gerakan yang mencurigakan. Kemampuan Kael untuk melihat status menjadi senjata rahasia mereka, membantu mereka mengidentifikasi pedagang yang jujur, pencuri yang licik, dan penipu yang berbahaya.Mereka melewati kios-kios yang menjual berbagai macam barang terlarang, mulai dari ramuan cinta yang terbuat dari air mata putri duyung hingga peta harta karun yang konon mengarah ke kota emas yang hilang. Kael melihat seorang pedagang berjubah merah yang menjual artefak kuno yang mencurigakan, dan di atas kepalanya muncul informasi:

Pedagang Artefak Palsu Level 12

HP: 80/80

Kelas: Penipu

Kemampuan: Bicara Cepat, Tipuan, Penilaian Barang Palsu

Kael tersenyum kecut. "Sepertinya kita harus berhati-hati di sini, Elara," bisiknya. "Banyak penipu dan penjahat yang berkeliaran di tempat ini."Elara mengangguk setuju, tangannya menggenggam erat tongkat sihirnya yang terbuat dari kayu oak yang kuat dan diukir dengan rune kuno. "Tetaplah waspada, Kael. Jangan biarkan siapa pun menipumu."Mereka terus berjalan, melewati kios-kios yang menjual senjata tajam, racun mematikan, dan buku-buku sihir terlarang. Kael melihat seorang pria bertubuh kekar dengan tato tengkorak di lengannya yang sedang menawarkan jasa sebagai pembunuh bayaran. Statusnya yang muncul membuat Kael bergidik ngeri:

Pembunuh Bayaran Profesional Level 20

HP: 150/150

Kelas: Pembunuh

Kemampuan: Stealth, Racun, Ilmu Pedang, Ketahanan Fisik

Mereka mempercepat langkah mereka, menjauhi pria itu. Mereka tidak ingin terlibat dalam urusan yang berbahaya.Setelah beberapa saat berjalan, mereka menemukan sebuah kios yang menarik perhatian mereka. Kios itu menjual berbagai macam batu dan kristal, masing-masing memancarkan cahaya yang berbeda-beda. Seorang wanita tua dengan rambut putih panjang yang diikat rapi dan mata biru yang tajam duduk di belakang meja, mengamati mereka dengan tatapan penuh selidik. Pakaiannya yang sederhana namun elegan menunjukkan bahwa ia bukan pedagang biasa.Kael melihat status wanita itu:

Kolektor Batu Ajaib Level 25

HP: 180/180

Kelas: Penilai

Kemampuan: Pengetahuan Batu Ajaib, Tawar-Menawar, Identifikasi Energi Magis

Kael dan Elara mendekati kios itu, tertarik oleh berbagai macam batu yang dipajang. Kael mengeluarkan Mata Dewa dari sakunya dan menunjukkannya kepada wanita tua itu."Apakah Anda tahu sesuatu tentang batu ini?" tanya Kael, suaranya sedikit bergetar karena harapan.Wanita tua itu mengambil batu itu dengan tangannya yang lentik, memeriksanya dengan teliti di bawah cahaya lentera minyak yang tergantung di atas kiosnya. Matanya membelalak karena terkejut dan kekaguman. "Ini... ini Mata Dewa!" serunya dengan suara tertahan, seolah-olah ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat. "Di mana kau mendapatkannya?"Kael menceritakan tentang bagaimana ia menemukan batu itu di hutan dan bagaimana ia bertemu dengan Profesor Alistair. Wanita tua itu mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali mengangguk dan mengerutkan kening. Setelah Kael selesai bercerita, ia mengembalikan batu itu kepada Kael dengan hati-hati, seolah-olah itu adalah benda yang sangat rapuh dan berharga."Batu ini sangat langka dan berharga," katanya dengan suara yang dalam dan lembut, namun penuh wibawa. "Aku belum pernah melihat yang asli sebelumnya. Aku hanya pernah membaca tentangnya di buku-buku kuno. Aku bersedia membayar mahal untuk batu ini. Sebutkan saja harga yang kau inginkan."Kael dan Elara saling berpandangan. Mereka tidak menyangka akan menemukan seseorang yang tertarik dengan batu itu secepat ini. Namun, mereka ragu untuk menjualnya. Mereka merasa bahwa batu itu memiliki tujuan yang lebih besar daripada sekadar menjadi barang koleksi."Kami tidak ingin menjualnya," kata Elara dengan tegas, suaranya tenang namun penuh keyakinan. "Kami hanya ingin tahu lebih banyak tentang batu ini dan asal-usulnya."Wanita tua itu tersenyum tipis, kerutan di sudut matanya tampak semakin dalam. "Aku mengerti," katanya. "Tapi aku bisa menawarkanmu sesuatu yang lebih berharga daripada uang. Aku bisa memberimu informasi tentang batu itu dan asal-usulmu. Aku memiliki koneksi dengan orang-orang yang tahu banyak tentang artefak kuno dan kekuatan misterius."Kael dan Elara tertarik dengan tawaran wanita tua itu. Mereka merasa bahwa ini adalah kesempatan yang tidak boleh mereka lewatkan. Dengan sedikit keraguan, mereka setuju untuk mengikuti wanita tua itu ke tempat persembunyiannya, sebuah rumah tua yang terletak di gang gelap di belakang pasar.Saat mereka memasuki rumah itu, mereka merasakan hawa dingin yang menusuk tulang. Dinding-dindingnya yang lembap dipenuhi dengan lukisan-lukisan aneh yang menggambarkan makhluk-makhluk mitos dan simbol-simbol misterius yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Cahaya lilin yang berkedip-kedip menciptakan bayangan-bayangan yang menari-nari di dinding, memberikan kesan menyeramkan dan penuh teka-teki.Wanita tua itu mempersilakan mereka duduk di sofa beludru merah yang sudah usang, debu tebal menyelimuti permukaannya. Ia kemudian mengeluarkan sebuah buku tebal dengan sampul kulit yang dihiasi ukiran tengkorak yang tampak menyeramkan. Ia membuka buku itu dengan hati-hati, memperlihatkan halaman-halaman yang penuh dengan tulisan-tulisan kuno dalam bahasa yang tidak mereka mengerti. Huruf-hurufnya tampak seperti simbol-simbol abstrak yang rumit, seolah-olah memiliki kehidupan sendiri.Wanita tua itu mulai membacakan mantra-mantra kuno dalam bahasa yang tidak mereka mengerti. Suaranya yang semula lembut dan tenang kini berubah menjadi dalam dan bergema, memenuhi ruangan dengan energi yang kuat dan misterius.Tiba-tiba, ruangan itu dipenuhi dengan cahaya putih yang menyilaukan, membuat Kael dan Elara menutup mata mereka karena silau. Mereka merasakan getaran energi yang kuat mengalir di sekitar mereka, membuat jantung mereka berdetak lebih cepat.Saat mereka membuka mata lagi, mereka melihat wanita tua itu telah berubah. Ia sekarang tampak jauh lebih muda dan cantik, dengan kulit yang halus dan rambut hitam panjang yang terurai hingga ke pinggangnya. Matanya yang biru bersinar dengan kekuatan magis yang kuat, seolah-olah ia adalah seorang dewi yang turun dari langit."Namaku Lilith," katanya dengan suara yang dalam dan menggoda, setiap kata diucapkan dengan penuh misteri dan kekuatan. "Aku adalah penjaga Mata Dewa. Aku telah menunggumu, Kael."