Chereads / The Status Seeker / Chapter 13 - Menara Pengetahuan, Tawaran Misterius, dan Ancaman Gelap

Chapter 13 - Menara Pengetahuan, Tawaran Misterius, dan Ancaman Gelap

Kael dan Elara berjalan menyusuri jalanan Silverstream yang ramai, menuju Menara Pengetahuan yang terletak di jantung kota. Matahari siang bersinar terik, memantulkan cahaya dari bangunan-bangunan megah yang terbuat dari batu putih dan marmer. Aroma rempah-rempah, daging panggang, dan kue-kue manis memenuhi udara, menggoda indra mereka. Suara hiruk pikuk pedagang yang menjajakan barang dagangannya, derap kaki kuda yang menarik kereta, dan percakapan riuh orang-orang yang lalu lalang menciptakan simfoni kehidupan kota yang semarak.Menara Pengetahuan, sebuah bangunan megah yang menjulang tinggi di atas bangunan-bangunan lain di sekitarnya, tampak seperti raksasa batu yang menjaga pengetahuan dunia. Dindingnya yang terbuat dari batu bata merah tua dihiasi dengan ukiran rumit yang menggambarkan berbagai simbol ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan, seperti kompas, jam pasir, buku terbuka, dan pena bulu. Jendela-jendelanya yang besar dan melengkung terbuat dari kaca patri berwarna-warni, menampilkan gambar-gambar tokoh-tokoh sejarah dan mitos Eterra, seperti Raja Arthur dari Eterra, Ratu Guinevere, Merlin sang Penyihir, dan Naga Emas.Kael dan Elara berhenti sejenak di depan pintu masuk Menara Pengetahuan, mengamati bangunan itu dengan takjub. Kael melihat status menara itu:

Menara Pengetahuan Silverstream Level: -

HP: -

MP: -

Status: Perpustakaan Terbesar di Eterra, Menyimpan Ribuan Buku dan Gulungan Kuno, Pusat Penelitian dan Pendidikan

"Wow," gumam Kael, terpesona. "Tempat ini luar biasa."Elara mengangguk setuju. "Ayo kita masuk," katanya. "Semoga Profesor Alistair bisa membantu kita."Mereka memasuki Menara Pengetahuan, disambut oleh suasana yang tenang dan damai. Dinding-dindingnya yang tinggi dipenuhi dengan rak-rak buku yang terbuat dari kayu ek gelap, berisi ribuan buku dengan sampul kulit yang usang dan judul-judul yang menarik, seperti "Sejarah Eterra Kuno", "Ensiklopedia Makhluk Mitologi", dan "Ramuan dan Mantra Sihir". Cahaya matahari yang masuk melalui jendela-jendela tinggi menciptakan berkas-berkas cahaya yang menerangi ruangan, memberikan kesan mistis dan magis. Tangga spiral yang megah terbuat dari marmer putih mengarah ke lantai atas, dihiasi dengan patung-patung kecil para filsuf dan ilmuwan terkenal.Seorang pustakawan tua dengan rambut putih panjang dan kacamata berbingkai bulat menyambut mereka di meja resepsionis. Ia mengenakan jubah panjang berwarna biru tua yang dihiasi simbol-simbol astrologi, seperti zodiak, planet, dan bintang. Kael melihat statusnya:

Pustakawan Menara Pengetahuan Level 18

HP: 120/120

Kelas: Cendekiawan

Kemampuan: Pengetahuan Luas, Ingatan Fotografi, Bahasa Kuno, Bibliografi

"Selamat datang di Menara Pengetahuan," sapa pustakawan itu dengan suara lembut. "Ada yang bisa saya bantu?""Kami mencari Profesor Alistair," kata Elara. "Kami diberitahu bahwa beliau adalah seorang ahli bahasa dan sejarawan."Pustakawan itu mengangguk. "Profesor Alistair memang ahli di bidangnya. Beliau sedang berada di ruang baca lantai tiga, di ujung lorong sebelah kanan. Kalian bisa naik tangga spiral di sana."Kael dan Elara mengucapkan terima kasih, lalu naik ke lantai tiga. Mereka menemukan Profesor Alistair sedang duduk di meja besar yang dipenuhi buku dan gulungan perkamen. Ia adalah seorang pria tua dengan rambut putih panjang yang diikat ekor kuda dan janggut putih yang lebat. Ia mengenakan jubah akademis berwarna merah marun yang dihiasi sulaman emas berbentuk simbol-simbol kebijaksanaan, seperti burung hantu, pohon kehidupan, dan mata yang melihat segalanya. Kael melihat statusnya:

Profesor Alistair Level 30

HP: 200/200

Kelas: Ahli Bahasa dan Sejarawan

Kemampuan: Pengetahuan Mendalam tentang Bahasa Kuno, Arkeologi, Sejarah Eterra, Deciphering, Paleografi

"Selamat siang," sapa Kael dan Elara dengan sopan.Profesor Alistair mendongak dari bukunya, menatap mereka dengan mata biru yang tajam dan cerdas. "Selamat siang," balasnya dengan suara berat dan berwibawa. "Ada yang bisa saya bantu?"Kael mengeluarkan batu misterius itu dari sakunya dan meletakkannya di atas meja. "Kami menemukan batu ini di hutan," katanya. "Kami berharap Anda bisa membantu kami mengidentifikasi dan menerjemahkan tulisan-tulisan di permukaannya."Profesor Alistair mengambil batu itu dan memeriksanya dengan teliti. Ia membolak-baliknya, mengamati ukiran-ukiran aneh yang menghiasi permukaannya dengan kaca pembesar. Matanya membelalak karena terkejut dan kekaguman."Di mana kalian menemukan batu ini?" tanyanya dengan suara yang tiba-tiba menjadi serius dan penuh minat.Kael menceritakan tentang bagaimana ia terbangun di hutan tanpa ingatan, menemukan batu itu di dekatnya, dan kemudian menemukan kemampuannya untuk melihat status makhluk hidup. Ia juga menceritakan tentang petualangan mereka di Desa Willowbrook dan bagaimana mereka mengalahkan gerombolan goblin.Profesor Alistair mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali mengangguk dan mengerutkan kening. Setelah Kael selesai bercerita, ia meletakkan batu itu kembali di atas meja dan menatap Kael dan Elara dengan tatapan serius."Batu ini sangat langka dan berharga," katanya dengan suara yang dalam dan berwibawa. "Ini adalah artefak kuno yang disebut 'Mata Dewa', yang dikatakan dapat memberikan penglihatan yang luar biasa kepada pemiliknya, termasuk kemampuan untuk melihat status makhluk hidup. Tulisan-tulisan di permukaannya adalah bahasa kuno yang sudah lama hilang, bahasa para dewa. Aku akan mencoba menerjemahkannya, tetapi itu akan memakan waktu."Tiba-tiba, pintu ruang baca terbuka dengan keras, dan seorang pria berjubah hitam masuk. Ia memiliki wajah yang pucat dan kurus, dengan mata hitam yang dingin dan tajam seperti elang. Di tangannya, ia membawa sebuah tongkat dengan ujung yang berbentuk kepala ular bermata rubi yang berkilauan. Kael melihat statusnya:

Malak, Penyihir Gelap Level 28

HP: 190/190

MP: 250/250

Kelas: Penyihir Necromancer

Kemampuan: Sihir Gelap, Manipulasi Pikiran, Pemanggilan Makhluk Kegelapan, Necromancy

"Profesor Alistair," kata pria itu dengan suara serak dan mengancam, "aku ingin membeli batu itu. Aku akan membayarmu dengan harga yang sangat tinggi. Sebutkan saja harga yang kamu inginkan."Profesor Alistair menatap pria itu dengan tatapan dingin dan jijik. "Batu ini bukan untuk dijual, Malak," katanya tegas. "Batu ini adalah artefak berharga yang harus dipelajari dan dilindungi. Aku tidak akan membiarkannya jatuh ke tangan orang sepertimu."Malak tersenyum sinis, memperlihatkan gigi-giginya yang runcing dan menguning. "Aku tidak suka ditolak, Profesor," katanya dengan nada mengancam. "Aku akan mendapatkan batu itu, dengan cara apa pun."Ia mengangkat tongkatnya dan mulai merapalkan mantra. Udara di sekitar mereka menjadi dingin dan berat, seolah-olah ada kekuatan jahat yang sedang berkumpul. Bayangan-bayangan gelap mulai merayap di dinding, membentuk wujud-wujud mengerikan yang membuat bulu kuduk berdiri. Kael dan Elara bersiap untuk bertarung, tangan mereka menggenggam senjata masing-masing.