Sinar matahari pagi yang hangat menyelimuti Desa Willowbrook yang terluka, menerobos celah-celah dedaunan yang hangus dan menyentuh puing-puing rumah dengan cahaya keemasan yang lembut. Pemandangan yang dulu damai dan asri kini menjadi saksi bisu dari kengerian yang telah terjadi. Asap masih mengepul dari sisa-sisa api unggun goblin yang telah padam, aroma daging panggang yang hangus bercampur dengan bau anyir darah yang mengering di tanah. Namun, di tengah kehancuran itu, semangat kehidupan mulai bersemi kembali.Penduduk desa yang selamat, meskipun masih diliputi kesedihan dan trauma, berkumpul di alun-alun desa yang dulu menjadi tempat mereka merayakan festival panen. Wajah-wajah yang tadinya dipenuhi keputusasaan kini memancarkan rasa syukur dan kelegaan yang tak terkira. Anak-anak kecil, yang beberapa hari lalu bersembunyi ketakutan di dalam rumah, kini berlarian di antara reruntuhan, tawa mereka yang riang memecah kesunyian yang mencekam. Para wanita, dengan pakaian compang-camping dan rambut kusut, sibuk memasak bubur hangat dari sisa-sisa bahan makanan yang mereka temukan. Para pria, dengan luka-luka yang masih belum sembuh, bekerja sama membersihkan puing-puing dan memperbaiki rumah-rumah yang masih bisa diselamatkan.Di tengah alun-alun, Kael dan Elara berdiri dikelilingi oleh penduduk desa yang ingin mengucapkan terima kasih. Seorang wanita tua dengan rambut putih beruban, yang kehilangan rumahnya dalam serangan goblin, memeluk Elara erat-erat, air mata mengalir di pipinya yang keriput. "Terima kasih, Nona Elara," katanya dengan suara bergetar, "berkatmu dan temanmu, cucuku bisa kembali. Aku tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikanmu."Elara membalas pelukan wanita tua itu, hatinya dipenuhi rasa haru. Ia mengusap air mata wanita itu dengan lembut dan berkata, "Jangan khawatir, Bu. Kami senang bisa membantu. Ini semua berkat Kael. Dialah yang mengalahkan goblin-goblin itu."Semua mata tertuju pada Kael. Ia merasa sedikit malu dengan perhatian yang ia terima, tetapi ia juga merasa bangga. Ia belum pernah merasa begitu dihargai dan dibutuhkan sebelumnya.Kepala desa, seorang pria tua dengan janggut putih panjang dan mata yang memancarkan kebijaksanaan, melangkah maju. Ia mengenakan jubah lusuh yang dulu berwarna biru cerah, tetapi kini dipenuhi noda jelaga dan darah. Namun, posturnya tetap tegap dan suaranya masih berwibawa."Kael," katanya dengan suara yang penuh hormat, "kami berhutang budi padamu. Kamu telah menyelamatkan desa kami dari kehancuran. Kami tidak akan pernah bisa membalas kebaikanmu."Kael menggelengkan kepalanya. "Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan," katanya dengan rendah hati. "Aku tidak bisa membiarkan goblin-goblin itu menyakiti orang-orang yang tidak bersalah."Kepala desa tersenyum. "Kamu adalah pahlawan sejati, Kael," katanya. "Kamu telah menunjukkan kepada kami bahwa bahkan di tengah kegelapan, selalu ada cahaya harapan. Kamu telah memberikan kami kekuatan untuk bangkit kembali dan membangun desa kami yang indah."Penduduk desa bersorak sorai, mengangkat Kael dan Elara ke atas bahu mereka. Mereka membawa mereka berkeliling desa, menyanyikan lagu-lagu kemenangan dan menaburkan bunga-bunga liar yang mereka kumpulkan di jalan. Anak-anak kecil berlari di samping mereka, melambaikan tangan dan tertawa riang. Para wanita melemparkan karangan bunga yang terbuat dari daun-daun hijau dan bunga-bunga berwarna-warni ke arah mereka. Para pria memukul-mukulkan pedang dan perisai mereka ke udara, menciptakan suara gemuruh yang menggelegar.Kael dan Elara tertawa bahagia, menikmati momen kemenangan mereka. Mereka merasa seperti bagian dari keluarga besar Willowbrook, diterima dan dicintai oleh semua orang.Setelah perayaan selesai, Kael dan Elara duduk di tepi sungai, menikmati ketenangan malam. Bulan purnama bersinar terang di langit, cahayanya memantul di permukaan air yang tenang, menciptakan jalur perak yang berkilauan. Suara jangkrik dan kodok bersahutan, menciptakan melodi alam yang menenangkan jiwa."Aku tidak pernah menyangka akan menjadi pahlawan," kata Kael, sambil menatap bintang-bintang yang bertaburan di langit.Elara tersenyum. "Kamu memang seorang pahlawan, Kael," katanya. "Kamu memiliki hati yang baik dan berani. Kamu tidak takut untuk melawan kejahatan dan membela yang lemah. Itulah yang membuatmu menjadi pahlawan sejati."Kael terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Elara. Ia merasa bahwa ia telah menemukan tujuannya di Eterra. Ia ingin menggunakan kemampuannya untuk membantu orang lain, melindungi yang lemah, dan melawan kejahatan. Ia ingin menjadi pahlawan yang bisa membuat perbedaan di dunia ini."Terima kasih, Elara," katanya akhirnya. "Terima kasih telah membantuku menemukan jalanku."Elara menggenggam tangan Kael. "Kita adalah tim, Kael," katanya. "Kita akan menghadapi semua tantangan bersama-sama."Kael mengangguk, merasa yakin dan bersemangat. Ia tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, tetapi ia tidak takut. Ia memiliki Elara di sisinya, dan bersama-sama, mereka akan menghadapi apa pun yang menghadang mereka.