Aroma lembap menyeruak dari loteng berdebu saat Maya mendorong pintu kayu yang berderit. Cahaya matahari sore yang lemah menembus jendela kecil, menari-nari di atas tumpukan barang-barang antik peninggalan neneknya. Maya, seorang gadis berusia dua puluh dua tahun dengan mata cokelat yang berbinar dan rambut hitam legam yang diikat ekor kuda, menghela napas. Dia sedang mencari inspirasi untuk desain terbarunya, tetapi yang dia temukan hanyalah barang rongsokan.
Namun, matanya tiba-tiba terpaku pada sebuah benda yang tersembunyi di balik kain lap berdebu. Sebuah mesin jahit antik, dengan ukiran rumit di bagian sisinya dan pedal besi yang berkilau. Maya merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Dia tidak pernah melihat mesin jahit seperti ini sebelumnya.Dengan hati-hati, dia menarik kain lap dan membersihkan debu yang menempel. Mesin jahit itu tampak seperti berasal dari era yang berbeda, mungkin awal abad ke-20. Maya merasakan getaran aneh saat menyentuh pedalnya. Rasa penasaran menguasainya. Dia duduk di kursi kayu yang sudah usang dan mulai memutar pedal.Mesin jahit itu hidup dengan deru yang lembut. Jarumnya bergerak naik turun dengan cepat, menusuk udara kosong. Maya tersenyum. Dia selalu menyukai suara mesin jahit. Itu membuatnya merasa tenang dan terhubung dengan neneknya, yang juga seorang penjahit berbakat.Tanpa sadar, Maya meraih sepotong kain perca dan meletakkannya di bawah jarum. Dia mulai menjahit tanpa pola, membiarkan jarinya menari di atas kain. Dia merasa seperti sedang dirasuki oleh kekuatan yang lebih besar dari dirinya sendiri. Jahitannya membentuk pola yang rumit dan indah, seperti jaring laba-laba yang berkilauan.Saat dia sedang asyik menjahit, jarinya tiba-tiba tersengat oleh jarum. Maya mendesis kesakitan dan menarik tangannya. Darah menetes dari ujung jarinya, jatuh ke kain perca. Pada saat itu, mesin jahit itu mulai bergetar hebat. Cahaya menyilaukan memancar dari jarumnya, memenuhi ruangan.Maya terkesiap dan mencoba berdiri, tetapi kakinya terasa lemas. Dia merasa seperti sedang ditarik oleh kekuatan yang tak terlihat. Mesin jahit itu berputar semakin cepat, suaranya berubah menjadi raungan yang memekakkan telinga. Maya menutup matanya erat-erat, berharap semuanya segera berakhir.Saat dia membuka matanya lagi, dia tidak lagi berada di loteng neneknya. Dia berada di tempat yang asing, di bawah langit yang berwarna ungu dan matahari yang bersinar dengan dua warna. Dia dikelilingi oleh pepohonan yang menjulang tinggi dan tanaman merambat yang bercahaya. Di kejauhan, dia melihat sebuah kota megah dengan menara-menara yang menjulang tinggi dan kubah-kubah yang berkilauan.Maya berdiri dengan bingung, jantungnya berdebar kencang. Dia tidak tahu di mana dia berada atau bagaimana dia bisa sampai di sana. Dia hanya tahu satu hal: hidupnya tidak akan pernah sama lagi.