Maya bangun dari tempat tidur, hatinya dipenuhi tekad. Dia harus menemukan benang emas itu. Dia tahu itu adalah kunci untuk memahami takdirnya dan menyelamatkan dunia Arcana.Dia mengenakan pakaian penjahitnya yang sederhana, yang terasa nyaman dan familiar di tengah kemewahan istana. Dia menyelipkan jarum dan benang ke dalam saku bajunya, lalu meninggalkan kamarnya.Maya berjalan menyusuri koridor istana yang sepi, menuju taman belakang. Dia berharap bisa menemukan petunjuk di sana, di tengah alam yang tenang dan damai.Saat dia memasuki taman, dia melihat sesuatu yang berkilauan di bawah sinar matahari pagi. Itu adalah benang emas, terulur dari semak bunga mawar dan menghilang di balik air mancur.Jantung Maya berdebar kencang. Dia menemukannya! Dia mengikuti benang emas itu, melewati bunga-bunga yang harum dan pepohonan yang rindang. Benang itu membawanya ke sebuah sudut tersembunyi di taman, di mana sebuah gazebo kecil berdiri di tepi kolam.Maya masuk ke dalam gazebo dan melihat seorang pria duduk di bangku, membelakangi dirinya. Pria itu mengenakan jubah hitam yang menutupi seluruh tubuhnya, kecuali tangannya yang memegang sebuah buku tua.Maya ragu-ragu sejenak, lalu memberanikan diri untuk mendekat. "Permisi," katanya dengan lembut.Pria itu menoleh, dan Maya terkesiap. Dia memiliki wajah yang tampan dan anggun, dengan rambut hitam legam yang diikat ekor kuda dan mata biru yang tajam. Dia tampak seperti seorang bangsawan, tetapi ada sesuatu yang misterius dan berbahaya dalam dirinya."Siapa kau?" tanya pria itu dengan suara yang dalam dan dingin."Aku Maya," jawab Maya. "Aku... aku mencari benang emas."Pria itu mengangkat alisnya. "Benang emas?"Maya mengangguk. "Ya. Aku melihatnya dalam mimpiku. Aku harus mengikutinya."Pria itu menatap Maya dengan intens. "Kau adalah Penenun Takdir," katanya akhirnya. "Aku sudah menunggumu."
sharemore_vert