Aku tahu mengapa pada akhirnya aku tak ingin melakukan hal itu lagi, karena itu bukan kembali atau pun mengulang lagi
Aku hanya lari
Run...
Banyak sekali pemikiran manusia di dunia ini, tentunya keberagaman mereka karena alasan tertentu, jika kalian pernah mendengarnya, mengenai salah satu hal paling sulit dipahami di alam semesta ini, mengenai ketidakpastian, ketidak konsistennya suatu hal.
Fisika kuantum....
"Ah lupakan saja aku hanya suka berbicara sendiri, karena aku yakin pasti ada yang sedang mengamati ku"
Singkatnya aku adalah penjelajah dunia pararel.
Sulit mencari diksi yang cocok, tapi aku lebih suka menyebut diriku traveller.
"Sangat umum bukan"
Namaku adalah Morgan L.
Sulit menjelaskan awal mula mengapa aku menjadi traveller, namun pindah universe satu ke yang lainnya tidaklah seindah yang kalian kira, dan ada satu fakta menakutkan, yang hanya berlaku untukku.
Namun yang paling umum menurutku adalah hancurnya peradaban manusia ini, hanya karena benda itu.
"Lihatlah, aku sedang menunjukkan sebuah gunung ke kalian" Aku menunjuk kasar benda ternista itu.
Dengan my middle finger.
Tentunya itu bukanlah sebuah gunung alami, mana mungkin sebuah gunung mampu muncul dalam waktu semalaman, ditengah kota lagi.
Tentunya itu bukanlah sebuah gunung, sebuah kamuflase yang sampai sekarang pun tak aku mengerti cara kerjanya.
Karena gunung itu sebenarnya -(@@@@@@) -, itulah mengapa dunia yang pernah aku kunjungi berakhir semuanya.
Dan aku sudah lelah, aku ingin menikmati dunia ini hingga aku mati, singkatnya dunia ini menjadi pemakaman terakhir ku.
.....
Pukul 12.12
Alun dan Ming menikmati bekal mereka di bawah pohon taman sekolah mereka, SMA yang mereka tempati sebenarnya adalah SMA paling unggul di seluruh kota ini, hanya yang berbakat dan beruang/bear yang mampu bertahan disini, namun hanya ada satu orang yang tak tahan.
Ming mengajak alun berbicara sangat lama, ia sebenarnya ingin memberitahu mengenai rahasia yang selama ini ia sembunyikan, akan tetapi Ming juga sadar jika Alun memiliki hal yang sama.
Mereka berdua telah lama saling mengenal sedari kecil, sangat dekat.
Namun Alun akhir-akhir ini mulai menunjukkan sifat anehnya, ia yang biasanya ceria berubah dengan menunjukkan sifat melankolis sedikit.
"Selamat, kamu memenangkan kejuaraan nasional beladiri ming, kamu memang hebat"
"Apa cuma itu?, bukankah kamu berjanji untuk melihat pertandingan ku saat itu?"
"Ahhhhaa, maaf waktu itu aku ada urusan sebentar, ini lohh, mengenai pekerjaan paruh waktu ku, aku tidak bisa menentang yang telah memberikan aku pekerjaan hehe"
Ming memegang tangan Alun yang terlihat kebingungan.
"Kita sudah lama berteman bukan? "
Alun memahami alur ini dan ia memutuskan untuk meminta maaf dan pergi, Ming sendirian, namun tidak secara harfiah.
"Hmm, pada akhirnya lebah tidak jadi hinggap di mahkota mawar, tapi siapa yang jadi mawar dan lebahnya? " Ilyas duduk tepat diatas ming, dari atas pohon ia mendengar semuanya.
Namun harusnya Ming yang biasanya akan marah, akan tetapi tidak untuk kali ini.
Ia menutup wajahnya dengan kedua lututnya.
Ilyas turun dan melihatnya
"Ahh, aku benci ini, bagaimana jika kita menemui Ludwig, mungkin dia bisa menurunkan kadar kesedihan mu" Namun Ming tak menanggapi ilyas sama sekali dan Ilyas memutuskan meninggalkannya sendiri.
Ia pergi menatap dirinya sendiri di depan cermin kamar mandi.
"Oke gentleman, kau meniruku atau aku yang menirumu, jadi rencana apa yang sesuai dengan keadaanku saat ini? "
"Kalau kau sering-sering didepan sana, orang-orang akan mulai menyebutmu mesum" Ilyas menyadari keberadaan seseorang yang sedari tadi menguntit dirinya.
Seorang gadis kecil tahun kedua di SMA ini selalu saja mengikuti dirinya.
Ilyas mencoba mendekat dengan perlahan, dan happp dia dapat strike.
Ia memegang sweater yang dipakai Jeane si penguntit.
"Ayolah, jangan di kamar mandi junior"
Jeanne Ilyas bawa ke ruangan klub literasi, karena hanya mereka berdua anggotanya.
Cantik, mungil, namun pemalu sulit berkomunikasi, kombinasi sempurna untuk merepotkan Ilyas.
"Kak.. " Jeanne memberikan satu kotak makan siang, padahal Ilyas sudah makan (memaksa Ludwig membagi bekalnya)
Ia berterima kasih, namun Ilyas merasa tak enak jika setiap hari ia selalu saja dibawakan bekal, bagaimanapun juga menghadapi gadis ini lebih sulit daripada menghadapi Angie.
Sedikit saja salah paham gadis ini mungkin akan depresi, terlanjur sudah Ilyas berhubungan dengannya.
"Jean, apa kamu sudah makan? "
Jean mengangguk, namun Ilyas tak percaya.
"Hmm, tunjukkan gigimu"
Jeanne menggelengkan kepalanya, Ilyas pun mengajaknya makan bersama.
12.55
Jeanne menuju kelas dengan bahagia dan tersenyum, dan saat ia duduk ia tak sabar menuliskan setiap peristiwa bersama Ilyas menjadi ornamen di buku hariannya.
Namun beberapa teman gadis sekelasnya mulai mengganggu.
Anna sebagai pemimpin kelompok pengganggunya merebut paksa diary milik Jeanne yang hanya terdiam.
"Hei lihat ini, hueekkkk, jijik, aku baca ya... "
Jeanne duduk dengan penuh rasa malu...
Anna mulai membacanya
"Hari ini Kak Ilyas menyadari saat aku bersembunyi dan melihatnya berbicara sendiri didepan cermin, apa dia malu ya?? "
Satu kelas tertawaa....
"Dasar gadis anehh"
"Kasihan sekali senior itu"
"Dan kak Ilyas juga mengajak aku untuk makan bersama, apakah ini takdir"
"Apakah ini takdir??? " Satu kelas mengulanginya berkali-kali.
Jeanne sebenarnya sudah lama tak tahan dan menyimpan dendam pribadi pada Anna dan kelompoknya.
Dan saat ini ia mengambil sesuatu dari tasnya secara diam-diam.
Anna berbicara keras untuk halaman sebelumnya.
"Ini lebih lucu, kalian harus dengar! "
Seseorang dengan jarinya memainkan pipi Anna dan Membuka mulutnya.
"Ada yang lebih lucu loh, lihat serat daging yang menempel tepat di tengah gigi kelincimu, rasanya seperti melihat pantat kuda"
Anna dengan cepat membalik badannya, dan ia terpeleset namun, Laki-laki yang mempermalukannya menangkap tubuhnya bagai pangeran.
"Sikat gigi dulu sebelum mengajakku berdansa"
15.30
Angie dan Jill setelah membeli informasi dari toko misterius, ia berhasil menemukan salah satu potongan puzzle yang 21 hari ini ia cari.
"Faith, dikatakan jika dia pemimpin suatu organisasi yang berisikan mantan tentara Perancis yang sangat ahli, dan jumlahnya 10 dengan dirinya sebagai ketua" Jill membaca dokumen yang ia dapat.
Namun sebuah foto tua yang tertulis sebuah tahun, dan itu foto 70 tahun yang lalu, lalu foto lainnya, 50, dan 30 tahun lalu.
Setiap anggota dalam foto itu berubah seolah ada pergantian siklus keanggotaannya namun, Faith selalu hadir dengan topeng garis horizontal.
Saat ini mereka berdua tengah menyelidiki salah satu rumah tua di sebuah hutan yang pernah menjadi tempat berkumpulnya anggota dari kelompok Faith.
"Lihat ini, foto ini 10 tahun yang lalu tapi semua anggotanya?" Jill penasaran.
Semua anggotanya wajahnya blur, selain faith, namun ada satu anggota yang mengenakan pakaian pelayan wanita.
Saat mereka berdua menurunkan foto itu, di depan mereka berdiri seorang wanita dengan pakaian pelayan dan bekas jahitan di mulut kanannya.
"Jill!!!!! "
Angie dan Jill lantas mengeluarkan senjata api merrka dan menembak si wanita itu, saat itu si pelayan membawa sebuah payung yang saat terbuka melepaskan gas yang membuat angie dan Jill tertidur.
"Kerja bagus Charlotte" Pria bertopeng muncul dari belakangnya.
"Tuanku, apakah saya harus membunuh mereka berdua? "
"Tidak perlu Charlotte, mereka bekerja untuk mendapatkan uang dan kita bekerja untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar dan berharga dari uang".
Faith menepuk pundak Charlotte.
Wanita itu meneteskan air mata.
" Tuan, apakah saya sudah berguna? "
Faith terhenti saat akan keluar dari tempat kumuh itu.
"Kau terlalu sering bertanya hal itu, dengar ini Charlotte, ini bukan soal kau berguna atau tidak, tapi kau berharga bagiku"
Charlotte menjatuhkan payungnya dan ia mendekat ke arah tuannya.
"Ayo kembali, yang lain sudah menunggu"
"Baik Tuanku"
18.18
Lisa berteriak sehingga para tetangga mendengar dan menghampiri kediamannya.
"Lisa!!!! "
"Buka pintunya!!!!! "
Namun semuanya terlambat, sebuah insiden yang membuat gadis kecil ini berubah telah terjadi.
...
Aku benci ini, Teman-teman ku diluar sana ini lah alasan mengapa dunia yang pernah aku kunjungi hancur.
"Mustahil, ini terlalu awal, harusnya masih ada waktu satu tahun"
Aku Morgan benar-benar sudah muak