Chereads / complexcity / Chapter 5 - Aku Muak

Chapter 5 - Aku Muak

"Anak anak,apa yang ingin kalian lakukan di hidup ini?"

Semua murid terdiam.

Lalu guru mengulanginya.

"Apa tujuan hidup kalian, singkatnya seperti halnya cita-cita"

Sekolah menengah pertama.

Alun maju ke depan, ia melihat sekeliling, dan dia tertawa.

"Kenapa malah cengar-cengir!!! " Guru itu marah.

Dia sangat serius dalam mengajar muridnya.

"Aku, ingin punya istri Yang cantik!!!!!!!! " Alun menunjukan jarinya ke atap dan berteriak.

Semua teman sekelas tertawa.

Tak ada untungnya meminta salah satu murid dengan nilai terendah menunjukan isi kepalanya yang kosong, begitulah yang guru itu pikir.

"Sudah-sudah, Ming coba kamu gantikan badut kelas ini".

"Hah?? Badut, kalau saya badut seharusnya pak guru bayar saya"

"Duduk atau hormat ke tiang bendera? "

Alun duduk secepat kilat.

Ming menjadi pusat perhatian kelas, ia cantik, tinggi, sangat cerdas dan sangat menawan.

Baunya yang harum menerpa indera penciuman murid yang ia lewati, dan ia berdiri didepan mereka semua.

"Saya belum pernah memikirkannya, namun saya memiliki harapan yang mungkin menuju pada apa yang bapak ingin tunjukkan pada kami semua"

Ming melangkah kedepan.

"Saya ingin melanjutkan pendidikan saya ke SMA yang memfasilitasi bakat saya, karena saya suka bela diri saya ingin menjadikan bakat saya fokus utama dari apa yang bapak sebut sebagai tujuan"

"Dan juga.....

" Ngomong apa sih"

Ming langsung mengerutkan alisnya, menatap seorang siswa yang baru bangun dari bangku paling pelosok.

Siswa dengan nilai paling rendah.

"ILYAS!!, mending kamu tidur lagi"

Guru itu marah, dia memang sangat temperamen.

"Oh tentu"

"DILUAR!! " Semua murid tertawa, ada satu lagi murid yang menjadi perhatian satu kelas, jika yang paling pandai mendapat perhatian begitu juga yang dianggap paling bodoh juga diperhatikan.

Ilyas berjalan menuju pintu keluar, Ming tersenyum melihat dia dihukum.

"Berhenti"

Satu langkah lagi ilyas sudah di luar kelas, namun guru ini memilih Ilyas untuk menggantikan Ming yang sedang memberikan isi kepalanya kepada seisi kelas.

"Ming, jawaban kamu bagus, silahkan kembali duduk, biarkan murid bodoh ini berdiri sampai jam pelajaran berakhir, karena dia pasti tidak sanggup mengerti esensi dari pembahasan penting ini"

"Baik Pak"

Lalu Ilyas segera berdiri dan memberi sambutan.

"Ladies and Gentleman! "

Seisi kelas tertawa.

"Serius Ilyas, guru BK loh... " Temannya mengingatkan.

Saat itu Ilyas menunjukkan taringnya.

Ia menunjuk guru BK, lalu menggeser telunjuknya ke seisi kelas.

"Bodoh, bodoh, bodoh, bodoh"

"Eitetet, shut up, diam dulu manusia yang memiliki IQ diatas simpanse" Ia mencegah guru itu berbicara dan membuatnya terdiam untuk mendengar.

"Kenapa kita harus memiliki tujuan hidup? Huh?, menjadi ini lah itu lah, kalian pikir hidup itu simple? Apa kalian yakin tujuan atau cita-cita atau apalah yang kalian inginkan selama ini murni esensi dari keinginan kalian? "

"Jika itu tercapai apa yang akan terjadi pada hidup kalian? Tadi laki-laki berumur 43 tahun ini bilang mengenai tujuan hidup, oke jika tujuan berarti ending, dengan kata lain akhir dari cerita lah tujuan itu"

Semua orang menyimak.

"Lantas, jika kalian sudah mencapai tujuan atau akhir itu, apa yang terjadi setelahnya? Aku bertanya pada kalian apa yang terjadi setelah akhir cerita? "

"Jawab aku jika otak kalian bukan hanya pajangan"

"Ilyas!!, jawabanmu tidak sesuai dengan perintah ku" Guru itu marah.

"Penjelasan anda malah tidak memiliki nilai sama sekali"

Guru itu berdiri dan berdebat dengan Ilyas.

"Saya bertanya apa yang terjadi setelah cerita itu menunjukkan akhir" Dengan wajah tenangnya Ilyas berdiri di puncak.

"Apa hubungannya dengan tujuan hidup!!!!? " Otot wajahnya menonjol.

"Tujuan berarti akhir dari perjalanan, saya bertanya apa yang kalian lakukan jika sesudah tujuan itu tercapai? "

"Tentu saja menikmati kerja keras itu! "

"Paradoks" Seisi kelas kaget, semua orang kebingungan, namun Ming sangat mengerti maksud dari Ilyas.

"Dengan kata lain itu tidaklah berakhir"

"Tentu saja berakhir! Karena tujuannya sudah tercapai! "

"Lalu anda sebut apa setelah akhir itu? "

"Setelah akhir tak ada apa-apa Dan tak ada yang tahu Tuan" Ilyas menatap gurunya bagai binatang buas.

Guru itu terdiam, dia tak bisa menjawab sepatah kata pun.

"Hei kalian sadar, sejak kapan kalian tahu akhir hidup kalian, dunia ini Ongoing, tak ada yang tahu, sejak kapan kalian berhak untuk menentukan akhir itu!? aku hanya ingin bilang , semua yang kalian dengar dan pelajari hanyalah omong kosong, kalian semua di perlihatkan dunia diluar sangkar, sedangkan kalian sendiri terkurung di sangkar itu"

"Lalu datang seseorang yang berkata 'kalian harus punya tujuan hidup' tanpa bisa menjelaskan apa yang dia katakan sendiri, kalau bukan bodoh lalu dia disebut apa? "

Pertama kalinya Ilyas membuat kelas lain berhamburan keluar dan menyaksikan dirinya.

"Hidup itu probabilitasnya tinggi, tak terbatas, dan kalian mempersempit hal itu dengan memberikan titik koordinat yang absurd? Kalian dipaksa melihat satu arah selama ini, hanya dengan sudut pandang kalian melihat, dan karena itu pandangan kalian tersudut pada satu hal dan cenderung mengabaikan hal lain"

Ia tetap tenang, tanpa ekspresi apapun.

"Coba ganti dengan lingkar pandang, karena lingkaran tak dibatasi sudut, lihat luasnya dunia yang telah kalian persempit, alam semesta mengembang hingga saat ini, dan kalian tetap berhenti dititik yang sama, kapan titik itu kalian tarik menuju titik yang lain dan berubah menjadi garis!?, kapan kalian hubungkan garis itu sehingga menjadi bangun yang memiliki ruang?"

"Cukup sudah, aku muak dengan omong kosong ini ,lagi pula aku adalah siswa paling bodoh bukan? , aku sendiri menikmati kebodohan ini, karena pengetahuan datang dari ketidaktahuan"

"Dan kalian semua mencoba menolak ketidaktahuan, lalu sebelum pengetahuan itu ada apa yang ada sebelumnya!? Ini pola yang sama saat aku bertanya pada guru kalian ini mengenai setelah akhir cerita dan dia hanya diam saja"

"Kalian pikir dunia yang kalian lihat itu sama dengan yang dilihat oleh orang lain? Dan kalian pikir dunia ini berpusat dan bekerja sesuai keinginan kalian? Jika kalian tak tahu apa yang akan terjadi besok, berani sekali kalian bilang punya tujuan"

"Hidup itu Ongoing, dia adalah proses dan kalian semua bagian dari proses itu, kompleksitas ini begitu detail dan kalian melihatnya hanya pada satu titik!? Kalian buang kemana titik yang lain itu? Jika kalian tetap seperti ini, maka garis tak akan pernah kalian lihat, apalagi ruang, itu mustahil"

"Sebenarnya yang bodoh itu aku Atau kalian semua"

Ilyas meninggalkan kelasnya atas amarahnya yang tak tahu kepada siapa ataupun apa dia marah.