Pernahkah terbayang hanya sekali saja saat engkau memiliki segala yang kau inginkan, Yang kau inginkan?
Garpu dan sendok berkolaborasi dalam sebuah ritme unik diatas meja makan.
Sebuah keluarga yang bersembunyi, untuk diri mereka sendiri.
"Aku berpikir jika uang bukanlah yang kita cari"
Seorang gadis 15 tahun bergumam diatas meja makan, seorang pelayanan menuangkan secangkir teh.
"Nikmati dulu Tieguanyin yang sudah kakakmu beli kemarin" Sang Ayah berusaha menghindari topik dari anak gadisnya.
Hari ini adalah minggu yang membuat dia bosan.
Gadis ini rajin menuliskan isi pikirannya dalam sebuah diary.
"Ming hanyalah gadis yang ingin mengetahui arti kebahagiaan, aku adalah gadis itu yang sampai sekarang tak mengerti apa yang sebenarnya aku inginkan"
Lalu suara notifikasi dari ponselnya menumbuhkan rasa penasarannya yang tinggi.
Lagi pula hanya dua temannya yang ia simpan dalam daftar nomor kontak.
"Kuharap Bukan Ilyas"
Dan Dia Alun-lah yang mengirimkan pesan singkat itu.
"[hari ini aku sedang berada di danau kota, mau bergabung? Sepi sekali rasanya]"
"[aku akan segera datang! ]"
"[Cepatlah sebelum Ilyas dan Uila menghabiskan camilan yang aku bawa! ]"
"[lempar saja Ilyas ke danau! ]"
Sebuah notif terbaru muncul.
"[kalau punya masalah denganku bilang saja]" ~Ilyas
Sebuah File dalam format jpg terkirim ke Ilyas.
-foto Toilet rumah milik ming-
"[pffttt, aku kebal dengan hal semacam ini, lagi pula kau ini anak orang kaya, toiletmu pastinya bersih bodoh]" ~ilyas.
Pesan telah terkirim.
Dan mereka semua berkumpul bersama.
Ming datang dengan penampilan layaknya seorang tuan putri.
Uila memberikan dua jempol untuk Ming begitu juga dengan Alun.
Uila adalah temen sekelas, dia Gadis dengan karakter yang sangat bersemangat. Suasana dapat menjadi lebih menyenangkan dengan mengajaknya.
"Baju putih, seputih salju kulitnya, dengan rambut terurai yang anggun di belai oleh angin, tatapannya tajam menusuk jauh tak tergenggam, tak sebanding dengan file jpg yang ia kirimkan, di tulis oleh Ilyas"
"Woohh, Ilyas ajari aku! " Alun terkagum.
"Buatkan untukku juga Yasa!!! " Uila sangat berdebar-debar.
Namun Ming entah mengapa dia menunduk, wajahnya cemberut.
Alun berusaha menenangkannya.
Hanya saja, Ming tak terbiasa menerima pujian semacam ini.
"Aku pikir Ilyas benar, dan bukankah seharusnya kamu bahagia? "
Ming menatap Alun yang tulus menenangkan.
"Woi, aku yang membuat kalimat tadi"
"Saudaraku Ilyas, jangan ganggu pangeran dan tuan putri, kita sedang melihat dongeng yang akan nyata" Uila merangkul pundak Ilyas.
"Seperti romeo dan Juliet? "
Uila menatap Ilyas yang telunjuk dan ibu jarinya mengelus dagu.
"Kau ingin mereka berakhir tragis? "
Akhirnya basa-basi ini berakhir, mereka berempat menghabiskan waktu untuk bersenang-senang, sampai terik matahari lebih menusuk kulit, Danau yang mereka singgahi merkea tinggalkan.
Ilyas mengucapkan terimakasih pada danau yang telah memanjakan penglihatan karena keindahannya.
"Bocah aneh" ~ming, alun, Uila.
17.30
"Hahhhh...!!!! "
Alun dan Uila bersaing, mereka tengah beradu kemampuan dalam permainan menembak.
Target, adalah bola merah yang jaraknya sepuluh meter.
Dengan senapan mainan, mereka berdua telah mengalami kegagalan bagai prajurit yang hilang semangat juangnnya.
"Ya.ya, memang sesuatu yang menggoda cenderung sulit" Sang pemilik merokok sambil menghitung uangnya.
Mereka mengincar hadiah boneka besar yang menggiurkan.
Terdapat 5 jackpot dalam permainan ini.
Semuanya adalah boneka hewan berukuran besar.
Lalu, Ming menunjukkan kemampuannya.
Hanya boleh 3 kali tembakan untuk sekali bayar.
-Meleset
-sedikit lagi
"Fuhhh!!! Do it Ming!!! " Uila berapi-api.
"Tembakkkkk!!! " Alun bersemangat.
Tepat sasaran.
"Oke, okeh, sudah lama sekali boneka ini hanya menatap pengunjung, hari ini keberuntunganmu nona cantik" Sang pemilik mengambilkan hadiah yang Ming minta.
Boneka beruang kutub.
"Tak hanya pintar dalam pelajaran, kamu memang hebat!! " Alun mengacungkan jempolnya.
"Halah, sok keras"
Semua mata tertuju pada Ilyas yang membopong tiga Jackpot Boneka sekaligus.
Ilyas masuk daftar blacklist milik pemilik.
18.18
Mereka berempat kembali ke danau kota, malam ini menjadi kenangan terakhir bagi mereka.
Puluhan kembang api memeriahkan langit yang gelap.
Ming duduk bersama Ilyas di bangku taman.
Sedang Uila membantu Ilyas membagikan bonekanya pada anak-anak yang mereka temui.
"Makasih kakak!!! "
...
"Alun, Terimakasih"
Sebuah ungkapan saat cahaya ledakan warna warni menghias kegelapan.
"Untuk apa? "
"Kamu pernah bilang jika, bahagia itu sederhana"
"Ah, saat itu aku masih kecil, dan itu yang aku pikirkan saat kamu tiba-tiba bertanya padaku di tengah pasar kota ini, padahal kamu hanya iseng saat itu bukan" Alun tersenyum.
Dan Ia kebingungan.
"Pasar? "
"Iya"
"Alun, benar jika kita belum saling kenal saat itu, tapi aku masih ingat jika saat itu kita bertemu di bawah pohon di Tepi danau, lagi pula ditengah kota adalah gunung, dan tak ada pasar disana"
Waktu itu, alun merasakan sebuah perasaan aneh.
Semacam ingatan yang bertabrakan satu sama lain.
Dan kepalanya pusing.
"Aghh"
...
`peringatan! Subjek 303..... Error`
-memulai pemulihan data-
-data yang dipulihkan 89%-
...
"Alun!! "
Alun berkeringat deras, pandangannya kabur, dan Ming yang panik berusaha menenangkannya.
"Tenanglah" Ilyas menepuk pun dah Alun.
"Aku tak ingat kamu menderita Epilepsi" Ilyas hanya menduga karena Alun sempat kejang-kejang saat itu.
...
-data gagal dipulihkan-
...
Ming memeluk alun yang fisiknya telah kembali baik.
Ilyas menghampiri mereka berdua karena sebuah alasan.
"Oh ya, Uila tadi bilang jika dia pergi kesini"
"Dia masih membawa tas pinggangku, dimana dia? "
Ming dan Alun menatap aneh Ilyas,
"Jangan bercanda disaat seperti ini Ilyas! " Ming mengerutkan dahinya, dan memberikan tas pinggangnya.
"Aku daritadi membawanya karena kau memaksa"
"Ilyas, aku tak tahu siapa Uila, tapi dari awal kita berangkat hanya bertiga" Alun menambah perasaan aneh pada temannya ini.
Waktu itu, Ilyas menatap mereka berdua dengan wajah yang menakutkan.
"Ilyas!, oi jangan melamun! " Ming menepuk-nepuk pudaknya.
"Lupakan, aku hanya sedang tenggelam pada novel karyaku" Dan Ilyas pergi meninggalkan mereka berdua.
...
Mulai di malam itu juga, gunung tengah kota penjagaannya semakin ketat.
...
"Aku morgan, dan kini Awal mula semua hal yang akan kota ini alami dimulai"
Saat itu diwaktu yang dilalui mereka bertiga aku duduk sambil membaca koran, dibawah pohon yang jaraknya sekitar 6 meter dari mereka.
Aku melihat mereka, bahkan aku tahu Siapa Uila, Ilyas tak sedang berhalusinasi, dia melihat kenyataan, dan aku juga melihat kenyataan itu.
Uila bukanlah sekedar imajinasi, dia nyata, senyata cerita di masa depan.
...
23.32
Kantor kecil yang tersudut, sebuah markas mini milik seorang detektif dan asistennya.
"Huhhhh!!!, aku mau tidur angie!!!"
"Tidur saja sana" Angie menghabiskan dua bungkus rokok hanya untuk mengamati video ledakan di sebuah gedung.
"Kau juga harus tidur, bisa-bisa kepalamu meledak seperti gedung itu"
...
"Miss Lin, aku serius! "
"Huhh, kau tahu aku sedang bahagia"
Dua mafia tengah berdiri di area terbengkalai.
Yang gelap jauh dari gemerlap kembang api.
"Harusnya kau juga bahagia karena masih bisa selamat"
"Tidak dengan orang-orang ku, Miss Lin"
...
Buka Tirainya