Sempitnya ruang yang tak terhingga
Hampa dan musnah di hadapan kita
Tegaknya ngarai waktu
Melibas dayaku
Sampai aku takut
Menatap dirimu
Sembari merobek hati yang bisu
....
Dia menatap sebuah puisi yang ia pungut dari tempat sunyi keramaian.
Gadis itu benar-benar sangat ingin tahu.
"Lisa, ayo pulang"
"Lihat ibu, aku,aku jatuh cinta!! "
Ibu anak ini tersenyum menanggapi imajinasi anak gadisnya yang menembus jauh usianya.
"Kepada siapa anakku? "
"Bukan siapa tapi... Puisi ini! "
Ibu ini penasaran, dan ia melihat dan mencoba mencari siapakah penulisnya, ia pikir itu sebuah sobekan dari cetakan buku. Mungkin saja sebuah karya dari seorang pujangga.
Namun tidak.
"Hmm, il... Sayang sekali namanya dicoret, padahal puisi ini sangat bagus"
Lisa agak cemberut, ia sangat penasaran dengan siapa penulisnya, namun ia sudah cukup bahagia dan menyimpan sobekan kertas itu.
Sehari setelahnya, Ilyas menjadi bahan perbincangan dari murid hingga guru.
Dianggap aneh oleh murid lain dan narsis, namun ia benar-benar membuat malu Para Guru.
Ruang guru
"Bu Nara! Murid anda semakin kurang ajar, anda wali kelasnya tapi membiarkan dia semakin terlihat tidak terdidik"
"Pak Teddy, atas dasar apa anda bilang seperti itu? "
Bagi Ibu Nara, Ilyas satu-satunya murid yang ia pikir sulit dimengerti, entah karena ia Sangat cerdas ataukah dirinya yang terlalu bodoh.
"Saya sudah dengar pak Teddy, memang disayangkan murid berprestasi seperti dirinya memiliki kepribadian aneh, namun anda pasti akan mengerti, Dia itu spesial" Arya si guru muda memberikan tanggapannya walau hanya dibantah oleh Pak Teddy.
Wajar bila ia tak tahu, baru beberapa bulan ia mengajar, namun semua guru merahasiakan banyak hal mengenai Ilyas.
"Berprestasi dari mana, nilainya saja tak ada yang benar"
Semua guru yang mendegar tertawa
"Sabar pak, sudah waktunya anda harus tahu"
Ilyas sebenarnya memiliki puluhan prestasi, namun semua hal yang berhubungan dengan prestasi itu ia buang, bahkan piagam berharga ia bakar.
"Apa! Ya Mustahil, kalian ini jangan bercanda"
"Alasan kenapa dia memiliki nilai jelek karena dia ingin remedial, dan saat remedial dia sebenarnya sedang menguji kapasitas kita para guru"
"Dan endingnya Ilyas menyelesaikannya dengan nilai pas rata-rata, dan sisanya ia penuhi dengan kritikan pedas"
....
Semesta ini memiliki awal dan akhir, sebelum akhir ada awal, tapi pertanyaannya, apa yang ada sebelum awal itu ada?
Aku Morgan L, telah mengikuti berbagai alur semesta ini, hanya saja aku tak bisa pergi ke latar watu yang terlalu jauh kedepan maupun jauh ke masa lalu.
Hanya sebatas terjebak di waktu yang sama saat aku mulai hidup dan mati.
Benar-benar tak bisa aku ubah, dan aku sadar, hidup ini seperti masuk dan keluar dibioskop dengan film yang sama dan tak pernah berubah
...
"Apa kalian pikir menjadi detektif itu menyenangkan?, sayang sekali aku tak secerdik sherlock Holmes"
Aku terlalu naif saat aku percaya bahwa sanggup aku daki langit.
Mengejar seseorang yang entah karena apa setelahnya, tentunya ini berawal karena rasa benci akan kekalahan dan aku benar-benar telah jatuh di genggamannya.
23.32 malam yang di dekap erat oleh kegelapan bermandikan cahaya bulan.
Wanita itu mengacungkan senjata api.
Kearah laki-laki yang telah berhasil mencuri koper milik klien si detektif.
Hujan ini benar-benar mengguyur habis tubuh mereka berdua.
"Clack!! "
"Kau lupa? Sudah berapa kali kau menembak nona"
"Aku tak akan pernah melupakan penghinaan ini!" Angie, raut wajahnya tak karuan.
Ia dipermainkan oleh musuh bebuyutannya hingga batas yang tak bisa ia Terima.
"Aku mulai menikmati ini kau tahu" Faith mendekat perlahan dan memberikan sebuah tantangan.
"Jika, kau bisa menyentuhku, akan aku beritahu siapa aku dan menjawab semuanya, kau tak tahu rahasia kota ini bukan? "
Angie meyerangnya dengan kaki kanan, namun meleset, tendangan kaki kanannya berhasil Faith hindari,
Faith beralih membelakangi Angie.
"Tak harus secara harfiah kau menafsirkannya, kau bisa menyentuhku dari manapun, dengan apapun, jika kau sanggup"
"Namun, kau akan menyesal jika saat itu tiba"
Ya, lelaki ini benar-benar membuat dirinya berubah saat itu.
....
Sebuah cerita singkat, saat 3 remaja saling bertemu.
"Alun, aku tak mau jujur karena tak semuanya yang benar itu baik" Ilyas memutar-mutar pensil di kanan kirinya.
Ming, Alun, Ilyas, semenjak kejadian dimana Ilyas membuat heboh banyak orang mereka bertiga mulai saling mengenal.
Dan mereka bertiga saling menyembunyikan.
22.11 di hari yang sama.
Ilyas hampir menghabiskan penuh malamnya dengan berjalan berkeliling di sekitar kota.
Hari itu benar-benar menjadi titik dimana dirinya paham akan hal yang menjadi misteri untuknya di kota.
Saat itu di gang yang menuju taman dekat gunung tengah kota, ia melihatnya untuk pertama kali.
Pria yang aneh.
"Topeng, fedora hat, setelan jas, lalu rambut yang halus" Ia merasa jika orang itu sama dengannya.
Ilyas mendekat, mereka saling bertatapan.
"Brakkk!! " Ilyas menendang tong sampah.
Tong itu menutupi pandangan lelaki itu, lalu ilyas melemparkan pensil yang menembus plastik yang berhamburan tepat tak terlihat oleh lelaki itu.
Meleset, lelaki itu memiliki reflek yang luar biasa, saat mendengar pensil mulai menembus plastik, ia menghindar dan pensil itu menancap di pohon belakangnya.
Tiga pisau ia lemparkan secara beruntun dan ilyas menerimanya dengan ikat pinggang dan menancap bergantian. Lalu ia mengayunkan kaki kanannya saat lelaki itu berlari mendekat.
Ia berpikir jika Ilyas mungkin akan menendang sesuatu atau secara langsung berkonfrontasi secara fisik dengannya.
Namun semuanya gagal ia prediksi.
Ilyas sempat mengendurkan sepatunya dan tendangan ini menjadikan meriam yang melontarkan sepatu miliknya.
Damage yang ditimbulkan memang sedikit namun hal ini menjadi bukti jika Ilyas mendominasi si pria.
"Plak"
Tepat di topeng milik lelaki dengan garis horizontal.
"Glow in the dark, topeng yang keren" Setelah mengucapkan ini, ia mengangkat kedua tangannya.
"Kenapa? " Pria itu mendekat.
"Aku tahu diri tuan"
Cahaya laser membidik kepala Ilyas dari tiga arah, beberapa orang siap menembak kapanpun.
Dan juga Ilyas sadar, ada sniper yang mencintai dirinya dari atas gedung. Ia sadar saat ada kilatan cahaya yang memantul entah dari apa, dan ia yakin kali ini dia tak bisa kabur, tapi jika ini pertarungan satu lawan satu, ia yakin untuk mendominasi musuhnua secara total.
"Dari mana kau belajar semua ini? " Pria itu menatapnya dari balik topeng.
Kini mereka berdua bertatapan.
"Akal menembus ruang dan waktu" Ilyas tersenyum.
"Hahahaha, nikmati waktumu anak muda, kita akan segera bertemu"
Semua bidikan tak lagi mengincar kepala Ilyas, lelaki itu memberikan sepatu sebelah yang berhasil menampar harga dirinya.
"Aku lebih suka cara primitif untuk pertemuan selanjutnya" Ilyas menerima sepatu itu.
"Benar-benar mengagumkan"
Pria itu pergi bersamaan dengan perginya semua orang yang berhenti mengincar kepala Ilyas.
Saat itu ia melihat semua anggota milik pria itu, berbaris menatapnya, benar-benar momen yang tak akan pernah ia lupa.
Mereka semua berjalan beriringan.
"Dunia ini selalu menghibur dengan cara yang menghina" Ilyas saat itu segara pergi.
....
Beberapa tahun kemudian....
Berita hari ini..
"salah Satu gedung tertinggi di kota meledak tanpa sebab yang diketahui, detektif Angie yang terkenal berusaha mengungkapnya "
....