18.20
Apa aku harus pergi dari semesta ini!?
Lisa gadis ini jika dibiarkan mereka akan mengambilnya, aku harus melakukan sesuatu untuk mencegahnya, namun saat itu yang paling bisa diandalkan, dia tak ada.
Saat ini aku harus membawa pergi Lisa.
"Kalian semua pergi dari sini!! " Aku berteriak pada semua orang orang yang berkerumun.
Dan segera Lisa aku bawa pergi.
Walau dia pasti memberontak, sangat mirip anak itu.
"Lepas!!! "
"Diam Lisa, kamu harus pergi dari sini"
Aku menggendong anak SD ini menjauh, sejauh jauhnya.
"Ibu!!!!!!, hiks hiks"
Aku paham perasaan anak ini, tapi semua orang di sana pasti sudah tiada. Kecoa itu benar-benar akan membunuh kami jika tahu, tapi lebih mengerikan jika dia berhasil mendapatkan Lisa.
Terpaksa aku harus membuat anak ini tertidur.
"Obat bius ini harusnya cukup, dan lagi aku berharap dia akan segera datang jika alur dunia ini tidak berubah"
Lalu rambatan gelombang suara yang aku benci terdengar.
"Sial, padahal ini sudah jauh, di gang sempit, gelap, dan jauh dari keramaian, kau pasti sangat suka tempat ini kan, dasar kecoa kotor"
Aku Morgan L. Berharap keajaiban dari Tuhan.
Kecoa itu sulit di pandang, namun dia benar-benar dan seolah-olah jiplakan sempurna dari pria itu.
Kakiku gemetar, aku berhenti menatap sekeliling, hanya ada kontruksi gedung tua.
Aku berjalan mundur sembari menatap depan.
"Lisa maafkan aku, kecoa itu sudah dekat"
Namun...
Ujung handgun menyentuh belakang kepalaku,
"Berhenti nak, lepaskan anak itu perlahan"
Suara wanita yang aku kenal di dunia sebelumnya, si detektif yang menjadi kombinasi sempurna dengan pria itu, tapi saat ini mereka berdua masih bermusuhan.
"Angie, dengarkan aku! "
Ah..., mulut terkutuk ini...
"Hooo, kau mengenalku" Angie pantas semakin curiga, dan begitulah hukum alamnya.
"Jill, mana rokok ku" Jill asistennya, dia benar-benar patuh.
"Ini Angie"
"Kalian berdua tidak mengerti!, kalian harus pergi dari sini! Kita semua bisa mati!! "
Aku masih belum bisa melihat Angie dan Jill, Lisa masih aku gendong.
Suara kecoa itu makin dekat.
"Diamlah bocah, 12 warga sipil mati beserta ibu dari anak ini, kau satu-satunya yang pergi bersama anak ini setelah semuanya terbantai, tentunya aku curiga, tapi melihat dari caramu berdiri dan penampilan keseluruhan mu, deduksi ku mengatakan kau bukanlah pelakunya, tapi bagaimana jika kau berhubungan dengan peristiwa ini" Angie menghisap rokoknya.
Gawat, kecoa itu benar-benar sudah dekat, tubuhku gemetar, pada situasi ini aku hanya bisa pergi ke semesta yang lain.
Aku harus segera pergi!!!..
"AKU!!! "
Tiba-tiba hilang, dan sangat aneh.
Jill gemetar, ia bahkan sampai tak sanggup menggerakkan satu jari.
Sebuah handgun membidik tepat di telinga kiri Angie.
"A.a.a.a.a ngie"
Akhirnya pria itu datang.
"Charlotte, kau menakuti si asisten" Charlotte dengan belatinya sudah siap menggorok leher Jill.
Charlotte yang dikenal sebagai lone wolf bahkan sudah dia taklukkan saat ini, apakah dunia sudah benar-benar tak karuan.
Angie mengutak-atik isi kepalanya dengan tenang dia pasti akan melakukan sesuatu yang percuma.
...
Saat itu 6 orang dalam satu situasi dan lokasi yang sama benar-benar menjadi progres besar dalam dunia ini.
Terutama dua orang yang saat ini sedang saling bertentangan.
Faith and Angie
Jari telunjuk Angie dengan memanfaatkan hukum fisika bagai catapult melontarkan jarum beracun secara rahasia, namun Faith menyadarinya.
"Telunjukmu itu sangat nakal nona"
Tentunya Angie bukanlah orang bodoh yang akan terus menjalankan rencana yang telah di ketahui oleh musuh.
Angie masih terdiam, abu rokoknya gugur tepat di tengah kedua kakinya yang menapak tanah.
Morgan tiba-tiba saja syok,
"Faith!!!! Dibelakangmu!!!! "
"Diam, Aku sudah Tahu"
Sebuah peluru sniper dengan suppressor menembak pada suatu objek yang hanya sanggup dilihat dengan thermal scope.
"Charlotte"
Charlotte pantas mengeluarkan senapan serbu dan menembak area yang ditunjuk oleh faith.
Saat itu, Angie, Morgan, dan Jill melihat peristiwa yang benar-benar melanggar hukum dunia ini.
Semua peluru berguguran seolah olah objek itu menghantam objek yang lebih keras dan kokoh.
"Bos, mahluk itu masih disana, dan sepertinya dia saat ini sedang menatap mu"
Dari atas gedung tua, tiga orang bawahan Faith berjaga.
"Serahkan padaku dan Charlotte, untuk saat ini tutup semua sambungan"
"Baik"
Faith menyuruh Angie dan Jill pergi menuju tempat yang telah ia siapkan, tentunya bersama Morgan dan Lisa yang menjadi targetnya.
Angie dan Jill tentunya harus menurut pada situasi ini.
Faith dan Charlotte, mereka akan menghadapi hal yang sangat ganjil saat ini.
Faith mengamati sebuah cairan yang menetes, bukan darah karena warnanya hijau.
Faith menunjuk
"Charlotte, 9.1mm"
Charlotte lantas menembakkan sebuah revolver dan suara semacam logam faith dengar dengan sangat detail.
"Aku sudah paham"
Lalu Faith berlari kencang dan menebas objek aneh itu dengan pisaunya.
Suara ultrasonik mengganggu pendengarannya.
Dan tebasan tadi berhasil menjatuhkan sebuah benda mirip dengan jari manusia.
"Ayolah aku baru mulai" Faith mendekati objek yang tak kasat mata dan hanya bermodal mengamati cairan hijau yang makin menetes deras.
Pada akhirnya targetnya kabur. Membawa bagian tubuhnya yang terpotong bersama.
Charlotte mendekat dan bertanya, namun Faith memberikan penjelasan yang abstrak.
"Sesuatu yang seharusnya tak ada pada pemahaman manusia saat ini, namun nyata untuk di pikirkan"
Faith merendahkan tubuhnya dan mengambil sempel cairan hijau itu dengan ujung belatinya .
"Charlotte tidak mengerti maksud tuan"
"Tak apa, karena kamu hanya perlu membayangkannya Charlotte, seperti kata Einstein"
22.22
Angie, jill, dan morgan berada di salah satu markas Milik Faith dan mereka bertiga berbicara dengan Faith.
Walau pada akhirnya Angie berulang beradu argumen dengan Faith.
"Aku bosan mendengar ocehan perawan tua ini, Charlotte buatkan kami semua kopi! "
Angie merasa kesal, semua kata yang keluar dari pria ini benar-benar membuatnya kesal.
Angie mengerutkan wajahnya dan menguatkan padangan.
"Sialan, jika aku bertemu kau sendirian, kau pasti akan....
Lalu jill menyodorkan sebuah kertas..
" Tuan Faith, boleh aku meminta tanda tangan anda? "
Faith memberikannya dengan sukarela.
"Seharusnya kau belajar dari asisten mu"
"Jill!! "
"Ups, maaf Angie, sebenarnya aku sudah lama menjadi penggemarnya, seorang urban legend yang sampai-sampai membuat detektif nomor 1 kualahan" Jill tampak bahagia.
Mereka berempat duduk bersama mencoba saling mengerti di satu meja.
"Jadi, kau anak muda, apa yang kau ketahui dan kau sembunyikan dari kenyataan dunia ini" Faith menatap morgan dari balik topengnya.
"Seharusnya aku memanggilmu bocah, sifat karaktermu inilah yang membuat detektif ini bahkan kota ini benar-benar terkecoh" Morgan tersenyum.
"Tapi akan menarik jika aku membantu seorang remaja yang dewasa terlalu awal untuk mengungkap apa yang terjadi di balik panggung teater dramatis ini"
Perkataan morgan membuat Angie terkejut.
"(Anak ini, barusan dia menyebut pria itu bocah? Remaja?, apa maksudnya! ) "
"(Tunggu, "dewasa terlalu awal", kalau aku pikirkan semua aksi pria itu selalu terjadi setelah jam sekolah berakhir) "
Lalu Angie mencapai suatu kesimpulan, ada satu orang yang menjadi subjek kecurigaannya, ia lantas meluncurkan serangan untuk merebut paksa topeng pria yang tepat didepannya.
Ia melontarkan jarum kearah sebuah pot bunga hingga pecah untuk mengalihkan perhatian semua orang.
Dan tangan kanannya...
"Hei, keparat, jauhkan tanganmu dari tuanku"
Charlotte mencengkeram pergelangan tangan Angie, rasanya seperti diterkam binatang buas baginya.
"Charlotte"
"Sekali lagi kau berani melakukan trik murahanmu.."
Charlotte sungguh marah.
"Charlotte"
"Aku pastikan setiap daging dan tulangmu habis aku makan"
Namun panggilan tuanya seolah-olah tak ia dengar.
Faith mengulang dengan nada agak tinggi.
"CHARLOTTE"
Charlotte lantas diam dan dia menunduk memohon ampun.
"Maafkan Charlotte tuan, tolong jangan buang saya, saya berjanji akan menerima semua hukuman yang tuan berikan"
"Aku hanya memanggilmu Charlotte, tak ada hukuman untukmu"
"Tapi tuan, Setidaknya potong telinga Charlotte agar Charlotte tidak lagi.....
" Charlotte, bagaimana dengan kopi yang aku minta"
Charlotte lantas menatap Tuannya dengan air mata yang mengalir deras, Angie Jill dan morgan benar-benar merasakan hubungan mereka berdua benar-benar aneh.
"Aku tahu kopi itu sudah siap, jadi tolong bawa kemari Charlotte"
"Tuan... "
Beberapa anggota Faith yang menunggu di luar ruangan sedang menikmati waktu luang mereka dan melakukan perawatan pada persenjataan yang mereka bawa.
"Huhhh... Jade aku pikir sifat Charlotte makin aneh" Pria tua menghembuskan asap cerutu favoritnya sambil mengisi beberapa butir peluru kedalam magasin.
"Boss membawanya jauh dari Eropa, membawa mantan prajurit yang trauma di tengah perang, apa lagi dia mengalami peristiwa yang lebih pahit dari kopi yang aku minum ini" Jade seorang wanita paruh baya duduk menikmati malam yang makin mendekati kenyataan.
"Bagaimana menurutmu Cameron? " James menunjuk pria muda dengan peluru yang ia pegang.
"Aku tak peduli, asalkan bersama bos aku tak peduli dengan keputusan yang dia buat"
"Dasar anak muda"