Seorang wanita berambut silver panjang tengah berlutut di depan empat patung dengan menyatukan kedua tangannya di depan dada. Terdengar suara merdu dari wanita itu menggema di seluruh kerajaan tempat ia tinggal dan memberikan ketenangan bagi semua orang yang mendengar nyanyian itu. Begitu ia selesai bersenandung dengan suara merdunya, wanita itu membuka mata dan memperlihatkan mata merah indahnya denga senyuman lembut.
"Ini bukan terakhir kalinya aku akan bernyanyi kepada kalian. Jadi, tolong jangan khawatir."
'Nona Anxia, sudah waktunya kita pergi,' ucap Aspro yang terlihat dengan wujud harimau putih dewasa.
Anxia menganggukkan kepala lalu menatap keempat patung di hadapannya. "Terima kasih atas berkah yang telah kalian berikan. Aku akan menjalankan tugasku dengan baik," ucap Anxia lalu tersenyum lembut. "Dan semoga aku bisa bertemu dengannya."
Setelah mengatakan itu, Anxia berdri lalu berjalan meninggalkan kuil dengan diikuti Aspro. Begitu ia keluar dari kuil, terlihat ada begitu banyak masyarakat kerajaannya yang akan mengantarkan kepergiannya. Anxia hanya tersenyum dan terus berjalan hingga berdiri di depan ayah, ibu dan kakak laki-lakinya.
Ayah dan ibu Anxia memberikan pelukan untuk terakhir kalinya kepada putri mereka yang akan menjalankan tradisi berpetualang selama ratusan tahun di tempat baru. Meskipun mereka tidak tahu bahaya apa yang akan di hadapi Anxia nantinya, mereka hanya berharap jika putri mereka akan baik-baik saja.
Setelah berelukan dengan kedua orang tuanya, kini Anxia berhadapan langsung dengan kakaknya. "Kak Nicole."
"Anxia."
Tiba-tiba Nicole langsung memeluk adik kesayangannya dan menangis dengan dramatis. "Aku tidak ingin kau pergi!"
Anxia tertawa kecil dan menepuk punggung kakaknya secara perlahan untuk menenangkannya. "Kakak tidak perlu khawatir, jika pekerjaan kakak di sini sudah selesai, kakak kan bisa menemuiku."
"Oh benar juga," ucap Nicole dan langsung melepaskan pelukannya. "Ehem ... kau jaga diri di sana. Kakak akan menyelesaikan pekerjaan kakak dengan cepat, dan akan menyusulmu."
Anxia hanya bisa tersenyum lembut lalu kembali berhadapatan dengan kedua orang tuanya. "Kalau begitu aku pergi dulu. Tolong jaga diri kalian."
Setelah mengatakan perpisahannya Anxia dan Aspro berjalan ke ujung jurang yang akan menjadi tempat mereka untuk berpindah tempat. Anxia kembali berbalik dan tersenyum ceria. "Aku pergi dulu!"
Setelah itu menjatuhkan diri dari jurang dengan diikuti Aspro. Saat pemandangan di bawah mereka terlihat, tiga pasang sayap putih terbuka lebar di punggung Anxia dan sepasang sayap putih di punggung Aspro. Anxia langsung mengaktifkan sihir transparan mereka, agar tidak ada yang melihat wujudnya.
Anxia menyentuh kalung dengan permata hitam yang tidak pernah terlepas dari lehernya semenjak orang yang begitu penting baginya memberikan kalung ini sebagai bukti janji mereka. Dengan senyuman ceria dan tangan yang menggenggam kalung di lehernya, Anxia mempercepat laju terbangnya diikuti dengan Aspro. "Aku datang ... Logan."
Bersambung...