Terlihat seratus orang berkumpul di arena latihan milik guild Thavma. Anxia yang baru tiba bersama Alina cukup terkejut saat melihat jumlah orang yang tersisa setelah seleksi administrasi. Dari lima ratus orang yang mendaftar, kini hanya seratus orang yang berhasil lolos seleksi administrasi. Anxia tidak pernah menyangkah jika seleksi administrasi guild Thavma sendiri sangat ketat.
"Hah … aku sangat bersyukur bisa lulus seleksi administrasi," ucap Alina yang menyadarkan Anxia dari lamunannya.
Anxia menganggukkan kepala sambil tersenyum ceria. "Kamu benar. Aku tidak pernah menyangkah jika di seleksi administrasi juga sangat ketat."
"Mohon perhatiannya!"
Seluruh perhatian peserta langsung tertuju kepada Bianca yang berdiri di atas podium bersama seorang pria berambut hitam yang tengah duduk di belakang wanita berambut kuning emas itu. Setelah berhasil mendapatkan perhatian dari seluruh peserta, Bianca mempersilahkan pria berambut hitam itu untuk berbicara.
"Aku Arvie Guadalupe yang akan menjadi salah satu juri sekaligus pengawas dalam tes hari ini. Hm … tidak perlu banyak bicara lagi, kita mulai saja tes hari ini,' ucap Arvie dengan ekspresi malas lalu kembali duduk di kursinya.
"Baiklah, tes pertama adalah tes pertarungan. Karena sebagai anggota guild, kalian harus bisa bertarung untuk menghadapi setiap misi. Hanya akan ada dua puluh orang yang akan berhasil lulus sebelum lanjut ke tes berikutnya," ucap Bianca lalu tersenyum ramah. "Semoga kalian berhasil.
Setelah mengatakan itu, satu per satu orang di panggil untuk saling berhadapan dan lima juri sedang menilai mereka dengan teliti. Sedangkan peserta yang belum di panggil harus menunggu di ruang tunggu yang telah di siapkan oleh guild.
Jumlah peserta di ruang tunggu semakin menurun dan Anxia belum juga mendapatkan gilirannya. Ia dapat melihat beberapa peserta yang belum mendapatkan giliran terlihat gugup, dan peserta yang sudah mendapatkan giliran menunggu di tempat duduk penonton. Sehingga Anxia tidak bisa menemukan keberadaan Alina. Ia hanya bisa berharap jika Alina dapat berhasil lulus di tes pertarungan kali ini.
Setelah menunggu selama dua jam, akhirnya giliran bagi Anxia yang dipanggil bersama pria berambut biru yang pernah ia lihat berkelahi dengan pria berambut silver panjang di kantin guild kemarin. Aku tidak pernah menyangkah akan bertarung melawan pria kemarin, batin Anxia sambil menggelengkan kepala pelan.
'Semangat nona!' ucap Aspro sebelum menyembunyikan dirinya.
Anxia menganggukkan kepala lalu berjalan menuju arena latihan guild. Terlihat orang-orang yang sudah melakukan tes pertarungan sebelum dia telah duduk di kursi penonton untuk menyaksikan pertarungan peserta lainnya.
Anxia menatap pria yang menjadi menjadi musuhnya itu dengan datar. Ia memperhatikan setiap pergerakan musuh yang menatapnya dengan tajam. Anxia menarik pedangnya untuk bersiap menahan serangan pria itu. Pria itu langsung memelesat dengan sangat cepat sambil mengayunkan pedangnya kearah Anxia.
Anxia menatap pria di hadapannya itu dengan bingung, meskipun pria itu bergerak dengan cepat. Namun, serangan yang ia berikan kepada Anxia tidak begitu kuat. Anxia langsung memukul mundur lawannya dengan cukup keras, sehingga berhasil membuat pria itu terpukul mundur hingga menabrak dinding arena.
Apa dia tidak salah menggunakan senjata? Batin Anxia bingung. Karena ia merasa jika pedang yang digunakan pria itu tidak sesuai dengan kecepatan dan kekuatan pada serangannya.
Pria itu kembali bangkit dan kembali menyerang Anxia, meskipun begitu Anxia dapat dengan mudah menahan serangan pria itu dan kembali memukulnya dengan keras. Anxia melirik kearah tempat duduk penonton, dan terlihat beberapa penonton yang tertawa melihat pria yang menjadi musuhnya dalam pertarungan ini. Jika aku tidak segera mengakhiri pertarungan ini, pria ini akan semakin menjadi bahan candaan, batin Anxia.
Anxia mengembuskan napas pelan dan mengalirkan mana pada pedangnya. Meskipun ia dapat mengalahkan pria ini tanpa menggunakan mana, ia tidak ingin membuat pria di hadapannya ini menjadi malu. Sehingga, ia hanya perlu menggunakan mana yang cukup untuk tidak memberikan luka yang berbahaya kepada pria di hadapannya itu.
Semua orang yang menyaksikan Anxia menggunakan pedang yang mendapatkan aliran mana menjadi sangat terkejut. Karena menemukan ahli pedang sihir sangat sulit ditemukan dibandingkan ahli pedang. Hal itu dikarenakan, mana dan aura adalah sesuatu yang berbeda, dan tidak banyak penyihir yang menggunan pedang. Sehingga, menemukan ahli pedang sihir adalah sesuatu yang langkah.
Meskipun begitu, tidak semua orang menyadari jika Anxia adalah ahli pedang sihir. Hanya beberapa orang yang menyadari hal itu, sedangkan penonton lainnya hanya mengetahui jika Anxia adalah ahli pedang yang dapat menggunakan aura.
Mana berwarna kuning emas mengelilingi pedang Anxia dan membuat pria berambut biru yang menjadi lawannya itu menjadi sangat terkejut dan mengambil kuda-kuda bersiap untuk menahan serangan wanita di hadapannya. Namun, dalam sekali kedipan, Anxia sudah berada dibelakang pria itu bersiap untuk mengayunkan pedangnya.
Para juri yang melihat serangan itu bersiap akan menghentikan serangan Anxia sebelum membunuh lawannya. Namun, mereka terhenti saat melihat pedang Anxia yang tertancap di tanah, dan wanita itu menggunakan tangannya untuk memukul pria berambut biru itu dari belakang dan membuatnya pingsan.
"Hm … kalau seperti ini, apa termasuk menang?" tanya Anxia bingung.
Seketika arena menjadi sangat sunyi, karena tidak ada seorangpun yang mengetahui apa yang baru saja terjadi. Hanya kelima juri guild yang mengetahui apa yang baru saja terjadi dan tersadar dari lamunan mereka. "Pemenangnya, Anxia Evlogi!"
Mendengar pengumuman itu, seketikan semua orang yang ada di tempat duduk penonton bersorak ceria. Anxia yang mendapatkan sorakan itu menjadi terkejut sekaligus malu. Ia langsung berjalan meninggalkan arena.
***
Seorang pria berambut silver panjang yang berada di kursi penonton mengembangkan senyumannya saat melihat pertarungan yang baru saja terjadi di hadapannya. "Menarik."
Setelah itu, pandangan pria itu kembali tertuju kepada pria berambut biru yang sedang tidak sadarkan diri dan tengah di bawa oleh tim medis meninggalkan arena. "Hah … sudah aku bilang jika dia terlalu lemah, tapi dia terlalu keras kepala. Lagipula, kenapa juga dia ingin ikut masuk ke guild ini denganku?"
"Nora Niralepo?"
Mendengar panggilan itu, membuat pria berambut silver panjang itu menatap pria berambut hitam yang sebelumnya berdiri di podium dan kini tengah berdiri di sampingnya. "Oh … tuan Arvie. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Nora.
"Ikut denganku," ucap Arvie tanpa banyak bicara lalu berjalan meninggalkan Nora.
Nora yang mendapatkan perintah itu hanya bisa mengikuti Arvie dengan ekspresi bingung. Ia terus berjalan mengikuti juri sekaligus pengawas guild itu menuju jalan kecil di samping guild. "Kenapa Anda membawa saya kemari, tuan Arvie?" tanya Nora bingung.
Arvie berbalik menatap Nora dengan ekspresi malasnya dan menyilangkan kedua tangan. "Aku hanya ingin memastikan sebelum tes berikutnya. Apa tidak masalah pewaris klan Niralepo ada di sini? Dan juga tidak menyembunyikan identitasmu?"
Nora yang mendapatkan pertanyaan itu menatap Arvie dengan bingung. Ia tidak terkejut saat Arvie mengetahui identitasnya. Karena menemukan identitasnya bagi guild Thavma adalah hal yang mudah, terutama saat ia tidak menyembunyikan identitasnya sama sekali. "Bukankah guild Thavma mengizinkan siapapun untuk mendaftar dan tidak mempedulikan status mereka?"
"Hah … tentu saja tidak. Kami memang mengizinkan siapapun untuk mendaftar tanpa mempedulikan status mereka. Tapi, bukankah klan Niralepo selalu menutup diri, dan dengan kau tidak menyembunyikan nama aslimu, apa tidak masalah jika pemimpin klan Niralepo mengetahui hal ini? Kau seharusnya tahu jika tidak ada perlakuan khusus di Guild Thavma, bukan?"
Nora menganggukkan kepala. "Saya mengetahui hal itu, dan Anda tidak perlu khawatir. Saya mendaftar di guild Thavma atas izin dari pemimpin klan."
"Begitu … baiklah kalau begitu. Kau bisa kembali, aku yakin tes pertarungan kali ini sudah selesai dan akan di umumkan peserta yang lolos," ucap Arvie sambil berjalan meninggalkan Nora.
Nora yang mendengar itu segera kembali ke arena latihan Guild, dan terlihat semua orang sudah berkumpul di tengah arena guild. Ia yang datang terlambat berdiri di barisan paling belakang bersebelahan dengan dua wanita yang sedang berbicara dengan nada rendah. Saat menyadari siapa wanita yang ada di sampingnya, Nora menjadi senang dan ingin berbicara dengan kedua wanita itu.
"Di pertarungan tadi, kalian cukup hebat," ucap Nora yang berhasil menarik perhatian kedua wanita di sampingnya.
"Ah, terima kasih…"
"Nora Niralepo, panggil saja Nora," ucap Nora.
"Ah! Senang bisa bertemu denganmu, Nora. Aku Anxia Evlogi dan ini Alina Dai Gorgona, panggil saja aku Anxia," ucap Anxia sambil tersenyum ceria
"Dan aku Alina," ucap Alina ceria.
Nora menganggukkan kepala. "Apa ka–"
" …, Nora Niralepo, Anxia Evlogi, dan Alina Dai Gorgona. Selamat kepada dua puluh nama yang saya sebutkan ini. Kalian telah lolos tes pertarungan dan silakan pergi ke guild Thavma untuk melakukan tes kekuatan."
Belum selesai Nora berbicara, perkataannya terhenti karena mendengar nama mereka di panggil. Sehingga membuat perhatian ketiga orang itu kembali tertuju kepada Bianca yang baru saja selesai mengumumkan nama peserta yang lolos tes pertarungan.
"Aku berhasil lolos!" ucap Anxia senang.
"Aku juga!" ucap Alina yang juga ikut senang, karena ia berhasil lolos bersama teman barunya.
"Tentu saja kalian pasti lolos. Pertarungan kalian tadi cukup mengesankan bagiku, jadi kalian pasti berhasil membuat para juri terkesan," ucap Nora.
Anxia dan Alina menganggukkan kepala mereka sambil tersenyum ceria. Setelah itu, mereka segera pergi ke tempat tes berikutnya yang berada di dalam guild Thavma.
Bersambung…