Chereads / The Secret : Between You and Me / Chapter 12 - Chapter 11

Chapter 12 - Chapter 11

"Nona Bianca," ucap Alina ceria.

Bianca yang sedang sibuk merapikan berkas di meja resepsionis. "Oh, kalian sudah datang. Apa kalian kemarin untuk menerima misi yang diberikan tuan Arvie?" tanya Bianca dengan senyuman ramah yang menghiasi wajahnya.

Alina menganggukkan kepala sebagai jawaban lalu memberikan formulir nama kelompok mereka beserta lembaran misi yang di berikan oleh Arivie. Bianca menerima lembar formulir dan lima lembar misi untuk tim Nicole lalu membacanya. "Jadi tuan Nicole yang menjadi ketua kalian?"

Nicole menganggukkan kepala. "Benar. Karena aku tidak mau di perintahkan orang lain selain Anxia. Tapi, Anxia menolaknya, jadi aku yang menjadi ketua tim ini."

"Hm … aku tidak pernah menyangkah jika Logan akan menerima keputusan ini," ucap Bianca.

"Aku tidak peduli dengan hal itu, yang penting misi ini bisa segera dimulai," ucap Logan sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada.

Bianca menganggukkan kepala lalu menempelkan stempel milik guild sebagai tanda pengenal misi mereka pada lima lembar yang berisikan detail misi tim Anxia. "Karena ini adalah misi pertama Anxia, Nora dan Alina. Aku akan menjelaskan kepada kalian," ucap Bianca sambil meletakkan kelima lembar misi yang sudah di setujui oleh guild.

"Setiap kali kalian mengambil misi, guild akan memberikan stempel yang menandakan jika Thavma telah menyetujui misi kalian dan tanggung jawab misi akan sepenuhnya diberikan kepada kalian. Tentu saja jika kalian mengalami masalah dalam misi, kalian bisa berkonsultasi dengan guild untuk memberikan bantuan atau tidak. Saat kalian melakukan misi, kalian cukup memberikan kertas misi yang sudah di stempel kepada orang yang mengajukan misi ini. Setiap misi pasti memiliki identitas orang yang mengajukan. Tapi, biasanya itu hanya berlaku untuk misi individu. Jika misi tim, kalian hanya akan di tunjukkan lokasi pertemuannya."

"Bagaimana kami tahu jika orang itu memang benar yang mengajukan misi ini?" tanya Anxia.

"Itulah kenapa kalian perlu datang menemuiku. Aku akan memberikan ciri-ciri detail orangnya atau kata kunci untuk mengenali orang itu," ucap Bianca.

Anxia, Alina dan Nora menganggukkan kepala lalu kembali fokus memperhatikan penjelasan Bianca. "Tapi, berbeda jika misi yang diberikan oleh tuan Arvie atau ketua guild. Saat menjalankan misi di kerajaan lain, kalian cukup menunjukkan identitas petualang kalian dan pastikan tidak membuat kecurigaan di kerajaan yang kalian tuju," ucap Bianca

"Dengan kata lain, misi yang di berikan tuan Arvie dan ketua guild harus selalu di rahasiakan?" tanya Nora.

Bianca menganggukkan kepala. "Pastikan kalian menyiimpan lembar misi pemberian tuan Arvie atau ketua guild. Itu juga demi keamanan kalian sendiri."

"Baiklah, kami mengerti nona Bianca," ucap Nora.

"Kalau kalian sudah paham, kalian bisa menambil misi ini. Guild akan memberikan waktu tiga hari untuk mempersiapkan diri. Jika kalian sudah siap, kalian bisa pergi ke dermaga untuk pergi bersama kapal guild yang akan berlayar ke kerajaan Gorgona tiga hari lagi. Jika kalian membutuhkan sesuatu yang berhubungan dengan misi ini, kalian bisa berbicara kepadaku," ucap Bianca.

Anxia dan yang lainnya menganggukkan kepala lalu mengambil kertas misi mereka masing-masing dan menyimpannya di tas dimensi mereka. "Terima kasih, nona Bianca," ucap Anxia.

"Semoga berhasil," ucap Bianca.

Setelah itu, Anxia dan yang lainnya berjalan meninggalkan gedung guild Thavma. Saat mereka keluar, hari sudah menunjukkan malam. Langit malam yang dipenuhi bintang dan bulang purnama yang terlihat begitu indah. Membuat pemandangan malam itu sangat indah.

"Anxia … sekarang kita berpetualang bersama. Bagaimana jika kita mencari makan? Sudah lama kita tidak makan malam bersama," tanya Nicole saat mereka sudah di luar guild.

"Ide bagus kak," ucap Anxia lalu berbalik kepada tiga orang temannya. "Bagaimana menurut kalian?"

Nora dan Logan yang dapat melihat ekspresi kecewa dari Nicole saling bertatapan, sedangkan Alina dengan semangat menyetujui ajakan Anxia. "Tentu saja! Bisa juga ini makan malam sebagai perayaan terbentuknya tim kita!"

"Ide bagus Alina!" ucap Anxia yang terlihat bersemangat.

Ketiga pria di sekitar mereka hanya bisa mengembuskan napas pelan melihat sikap kedua wanita di hadapan mereka. "Kalau begitu, kita makan di mana? Logan, kak Nicole. Kalian sudah lama di sini, ada saran tempat makan?" tanya Anxia.

"Kita bisa pergi ketempat makan dekat asrama guild," ucap Nicole lalu berbalik kepada Anxia. "Benar juga … kau menginap di mana?"

"Aku menginap di penginapan dekat dergama," ucap Anxia.

"Bagaimana dengan kalian?" tanya Nicole kepada Nora dan Alina dengan wajah dinginnya.

"Kami di distrik perdagangan," ucap Nora yang diikuti dengan anggukkan kepala dari Alina.

"Hm … asrama guild ada di dekat dermaga. Apa tidak masalah untuk kalian?" tanya Nicole.

"Tentu saja tidak masalah, tuan Nicole. Pulang nanti, aku akan mengantarkan Alina sampai penginapannya," ucap Nora.

"Hah … baiklah kalau begitu. Kita bisa pergi sekarang," ucap Nicole dan kereta kuda berhenti di depannya.

Sehingga membuat Anxia dan yang lainnya menjadi bingung. Kereta itu tidak terlihat mewah, tapi juga tidak terlihat biasa. Namun, kereta kuda itu memiliki lambang guild Thavma dan berukuran cukup untuk lima orang.

Melihat kebingungan ketiga petualang baru, Nicole mengembuskan napas pelan. "Ini kereta milik guild yang bisa kita gunakan untuk berpetualang dengan jalur darat."

"Lalu kenapa keretanya ada di sini?" tanya Anxia bingung.

Mereka semakin bingung saat Logan sudah lebih dulu masuk kereta dan duduk dengan tenang. "Karena hari sudah malam, akan membutuhkan waktu lama untuk berjalan sampai dermaga, dan aku terlalu lelah untuk berjalan. Jadi, aku meminta Bianca untuk menyiapkan kereta guild yang akan mengantar kita ke tempat tujuan dengan cepat," ucap Nicole lalu mengulurkan tangannya. "Ayo naik."

Anxia menganggukkan kepala lalu masuk kereta dengan bantuan Nicole lalu duduk di samping Logan, lalu Alina mengikutinya masuk dengan bantuan Nicole dan duduk di samping Anxia. Nicole duduk di samping Nora yang berhadapan dengan Logan. Nicole mengetuk dinding kereta untuk menandakan jika kereta bisa di jalankan.

Alina, Nicole, Anxia dan Nora menikmati perjalanan mereka dengan berbincang ceria. Sedangkan Logan hanya diam sambil memperhatikan keempat teman satu timnya, lalu pandangannya tertuju kepada wanita yang duduk di sampingnya. Dalam ingatan Logan, ia tidak pernah mengenal wanita yang ada di sampingnya.

Namun, hati Logan selalu berkatan jika ia sangat mengenal wanita di sampingnya dan begitu merindukannya. Itulah yang menjadi alasan Logan bersedia bergabung dalam tim Anxia. Karena ia perlu memperhatikan wanita berambut silver itu. Mungkin, dalam perjalanan ini ia dapat menemukan jawaban yang selama ini membuatnya selalu kebingungan.

***

Setelah selesai makan malam bersama, Nora dan Alina kembali ke penginapan mereka di distrik perdagangan menggunakan kereta guild, sedangkan Logan, Anxia dan Nicole pulang dengan jalan kaki. "Jadi … kenapa kau ikut bersama kami?" tanya Nicole sambil meliriik tajam kearah Logan.

"Kita berjalan di arah yang sama," ucap Logan tanpa mempedulikan tatapan tajam dari Nicole.

"Kau pikir aku akan percaya begitu saja? Kau tinggal di asrama guild yang seharusnya hanya berjalan lima menit dari tempat kita makan tadi," ucap Nicole.

"Aku ada urusan sebentar di toko dekat penginapan Anxia," ucap Logan, sebelum Nicole membalas perkataan Logan. Ia sudah menunjuk kedepan. Sehingga membuat perhatian Nicole tertuju kedepan, dimana adik kesayangannya berlari meninggalkan mereka.

"Anxia? Tunggu!" teriak Nicole lalu berlari menyusul Anxia dengan diikuti Logan. "Sungguh anak ini … dia selalu tersesat, tapi suka sekali berlari sendiri!"

Logan dan Nicole akhirnya berhasil menyusul Anxia yang berdiri di jalan kecil antara dua toko. "Ada apa?" tanya Logan saat merasakan aura di sekitar mereka terasa tidak nyaman.

"Begitu…"

Mendengar perkataan Nicole, Logan menatap pria berambut silver pendek di sampingnya itu dengan bingung. "Apa kau bisa menjelaskan apa yang sedang terjadi? Dan kenapa ada aura yang cukup mematikan di sekitar sini?" tanya Logan.

"Bukankah seharusnya kau tahu aura ini?"

"Maksudmu…"

Logan yang baru saja menyadari perkataan Nicole menatap pria berabut silver pendek itu dengan ekspresi terkejut. Nicole menganggukkan kepalanya. "Benar, ini adalah aura kematian. Kau tidak perlu khawatir, tidak ada sesuatu yang berbahaya."

Tiba-tiba aura kematian yang di rasakan Logan menghilang dan Anxia berbalik sambil tersenyum ceria kepada mereka. "Maaf membuat kalian khawatir," ucap Anxia.

Nicole mengembuskan napas pelan lalu mengusap kepala Anxia dengan lembut. "Tidak masalah. Kakak harap kamu tidak berlari sendiri seperti itu."

Anxia menganggukkan kepala. "Baiklah."

Setelah itu, Logan berpisah dengan Anxia dan Nicole. Karena Nicole memutuskan untuk membawa Anxia tinggal di rumah pribadi yang ia beli selama tinggal di Deteros setelah melihat penginapan yang di tempati adik kesayangannya.

Rumah pribadi milik Nicole berada di samping laut dan tidak begitu jauh dari dermaga. Rumah yang dari luar terlihat biasa dengan halaman depan yang sangat luas. Saat memasuki rumah Nicole, Anxia terlihat sangat takjub melihat bagian dalam rumah yang terlihat begitu mewah, dan sangat berbeda saat terlihat dari luar.

Rumah itu memiliki tiga lantai, namun dari luar hanya terlihat dua lantai. Karena lantai lainnya berada di bawah tanah yang menunjukkan pemandangan bawah laut. Lantai satu terdapat ruang tamu dan ruang makan yang tersambung dengan dapur, dengan dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan lautan. Terdapat juga tempat perapian yang terlihat begitu nyaman.

Sedangkan lantai dua terdapat dua kamar dengan dua ruang kerja dan satu perpustakkaan yang berisikan sepuluh ribu buku. Anxia menatap kamar yang di berikan kakaknya dengan ekspresi terkejut. Karena kamar itu sama besarnya dengan kamarnya di Evgenis. "Apa kau menyukainya? Kakak membuat kamar ini sama seperti kamarmu di rumah, agar kau merasa lebih nyaman dengan menggabungkan dua kamar lainnya dengan kamar ini. Jadi, di kamar ini terdapat kamar mandi dan ruang ganti pribadimu," ucap Nicole.

"Kakak seharusnya tidak perlu melakukan itu. Bagaimana jika ada tamu yang menginap di sini?" tanya Anxia.

"Kau tidak perlu khawatir soal itu. Mereka bisa tidur di mana saja di lantai satu. Seharusnya mereka cukup berterima kasih karena aku izinkan memasuki rumah ini," ucap Nicole dengan nada dingin.

"Ah … begitu," ucap Anxia sambil tertawa canggung dan merasa kasihan kepada siapapun yang pernah mengunjungi rumah ini.

"Oh … aku juga sudah membuatkan lima patung dewa untuk kau melakukan doa. Meskipun ukurannya kecil, setidaknya kelima patung itu memiliki berkah dari kelima dewa. Jadi, kau bisa berkomunikasi dengan lebih baik kepada mereka," ucap Nicole.

Anxia menganggukkan kepala. "Terima kasih kak."

"Kalau begitu selamat malam," ucap Nicole sambil mengusap kepala Anxia dengan lembut.

Anxia menganggukkan kepala. "Selamat malam kak!"

Setelah itu, Nicole dan Anxia masuk ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat setelah melakukan kegiatan yang melelahkan, dan mereka harus membeli persiapan dalam menjalankan misi pertama mereka bersama.

Bersambung….