Chereads / The Secret : Between You and Me / Chapter 15 - Chapter 14

Chapter 15 - Chapter 14

Setelah selesai makan malam, Nicole dan yang lainnya pulang ke tempat masing-masing, dan seperti biasa Nicole merasa kesal saat melihat Logan yang kini berada satu kereta dengan mereka. Nicole melirik kearah adik kesayangannya yang terlihat tidak mempedulikan kecanggungan di antara mereka dan fokus menatap pemandangan malam dari jendela kereta. Ia berencana untuk bertanya kepada Anxia mengenai tempat makan yang mereka datangi tadi. Namun, ia tidak bisa mengatakannya di depan Logan.

Nicole mengetahui jika seharusnya itu bukan rahasia di antara mereka. Terutama saat orang tua Logan sendiri mengetahui ras yang memasak makanan tadi. Namun, saat ini Logan tidak mengingat identitasnya ataupun Anxia. Sehingga ia tidak bisa membuka rahasia jika mereka mengetahui siapa yang memasak makanan mereka tadi.

Nicole hanya bisa mengembuskan napas pelan dan menatap keluar jendela. Sehingga membuat perjalanan mereka terasa begitu tenang, karena tidak ada seorangpun yang memulai pembicaraan.

.

.

.

Saat kereta kuda yang membawa Nicole, Logan dan Anxia tiba di depan rumah Nicole. Nicole menatap kearah Anxia yang ternyata telah tertidur dengan kepala yang ia letakkan di pundaknya. Nicole mengembuskan napas dan membawa Anxia dengan hati-hati turun dari kereta kuda agar tidak membangunkan adiknya yang telah tertidur pulas. Karena semua barang keperluan mereka untuk berpetualang telah dikirim ke guild untuk di angkut ke kapal yang akan mengantar mereka ke kerajaan Gorgona.

Nicole dan yang lainnya hanya membawa pulang barang-barang yang mereka beli untuk keperluan pribadi di kantung dimensi mereka masing-masing. Saat Nicole sudah turun dari kereta dengan Anxia yang tertidur dalam pelukannya, ia dengan cepat menutup pintu kereta tanpa membiarkan Logan mengatakan apapun. Ia berbalik dan tersenyum kepada pria berambut hitam itu. "Terima kasih karena sudah menemani kami. Tapi, lain kali kau tidak perlu melakukan itu selama aku di sini."

Setelah mengatakan itu dengan nada dinginnya, Nicole langsung berjalan meninggalkan Logan yang masih terdiam menatap kepergian kakak-beradik itu sebelum kereta kuda kembali berjalan meninggalkan rumah Nicole.

***

Logan yang baru saja kembali ke kamar asramanya mengembuskan napas pelan dan menatap pemandangan gelap kamar asramanya dengan hanya di sinari cahaya rembulan. Selama ini ia tidak pernah memikirkan hal ini dan hanya mengisi kamar asramanya dengan sesuatu yang sering ia gunakan saja. Namun…

"Aku tidak pernah menyangkah jika ruangan ini sesunyi ini," ucap Logan lalu menyalakan lampu kamarnya dan berjalan memasuki kamar mandi. Meskipun asrama ini milik guild. Namun, kamar miliknya berbeda dari yang lainnya. Karena hanya dirinya yang merupakan petualang tingkat platinum dan tetap tinggal di asrama. Sedangkan petualang tingkat platinum lainnya memutuskan untuk membeli rumah di wilayah milik guild.

Sehingga hanya kamar Logan yang memiliki kamar mandi lebih luas dari yang lainnya. Kamar mandi dengan ukiran naga dan kolam air hangat yang cukup dalam berada di bagian tengah kamar mandi. Setelah melepas semua pakaiannya, Logan berjalan memasuki kolam air hangat lalu mengembuskan napas pelan sebelum tenggelam dalam kolam air hangat itu.

Ia menutup matanya dan merasakan rasa lelah yang ada di seluruh tubuhnya mulai terangkat. Saat ia membuka matanya, terlihat sepasang mata reptil berwarna biru menghiasi wajah Logan dan menatap datar pemandangan di dalam air. Sepasang tanduk munghiasi kepalanya dan ekor dengan sisik hitam yang menghiasi bagian belakangnya.

Sudah berapa tahun ia tidak berubah ke wujud aslinya. Meskipun tidak sepenuhnya, namun menggunakan wujud manusia sepenuhnya cukup melelahkan baginya, meskipun sudah ratusan tahun berlalu ia menggunakan wujud manusia sepenuhnya.

Saat Logan berencana untuk kembali menutup matanya, tiba-tiba ia mendengar suara ketukan dari arah jendela di kamarnya. Sehingga membuat Logan kembali membuka matanya dan keluar dari kolam air hangat. Setelah menggunakan pakaian, Logan berjalan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih ia usap di kepalanya untuk mengeringkan rambutnya.

Ia menatap kearah jendela kamarnya yang menunjukkan burung hantu mengetuk kaca kamarnya. Logan menatap kearah kalung di leher burung hantu, lalu mengembuskan napas pelan dan membuka jendela kamarnya untuk mempersilahkan burung hantu itu masuk.

Logan mengambil surat yang terikat di kalung burung hantu itu dan membacanya.

Untuk anakku :

Masih hidup?

Dari ayahmu, Alden

Sudah ratusan tahun Logan dirawat oleh ayahnya. Namun, ia tidak pernah mengerti isi pikiran ayahnya yang tidak bisa bertanya dengan normal. "Hah … sepertinya setelah misi ini, aku harus mengunjungi ayah," ucap Logan.

Ia langsung menulis balasan surat ayahnya lalu mengikatkannya kembali ke leher burung hatu peliharaan spiritual ayahnya, sebelum burung hantu itu terbang meninggalkan kamar Logan. "Hah … sebaiknya aku tidur sekarang," ucap Logan lalu berbaring di tempat tidurnya. Meskipun sudah berbaring di tempat tidur, dan menutup mata. Logan sama sekali tidak merasa mengantuk dan memutuskan untuk menghabiskan waktunya dengan membaca buku yang diberikan Anxia.

Logan tidak mengerti kenapa Anxia memberikan salah satu buku yang ia beli di toko buku tadi. Buku dengan sampul berwarna cokelat tua yang terbuat dari kulit dengan ukiran daun yang dikeringkan. 'Sejarah Perang Deteros'.

"Kenapa dia memberikanku buku mengenai sejarah Deteros?" tanya Logan bingung saat membaca judul yang tertulis di sampul buku itu. Ia telah hidup cukup lama dan membelajari banyak hal dari ayahnya. Sehingga ia menjadi begitu bingung saat Anxia memberikannya buku sejarah.

Namun, Logan memutuskan untuk tetap membaca buku itu untuk membuang waktu, karena ia sendiri merasa tidak mengantuk.

***

Anxia membuka mata dan menatap pemandangan langit kamarnya dalam diam sebelum mengedipkan mata beberapa kali lalu bangun. Dengan tatapan kosong ia menatap pemandangan di kamar yang telah di siapkan oleh kakaknya dan begitu mirip dengan kamarnya di rumah. Ia bangkit dari tempat tidur lalu merenggangkan tubuh sambil berjalan menderkati jendela kamar yang menunjukkan pemandangan laut di pagi hari.

Senyuman terbentuk di wajahnya, ia tidak akan pernah merasa bosan dengan pemandangan di hadapannya. Pemandangan di hadapannya begitu berbeda dengan pemandangan di rumahnya. Jika pemandangan di rumahnya hanya menunjukkan warna biru dari langit, namun pemandangan di hadapannya kali ini menunjukkan pemandangan warna biru dari laut yang terlihat berkilau saat matahari menyinarinya.

Terdengar suara ketukan pintu yang menyadarkan Anxia dari lamunannya dan berbalik. "Anxia, sarapan sudah siap," ucap Nicole.

"Baik, aku akan segera turun," ucap Anxia lalu berjalan masuk ke kamar mandi untuk bersiap-siap menjalankan aktiivitas pagi.

.

.

.

.

Anxia dan Nicole menikmati sarapan mereka dengan tenang tanpa ada yang berbicara sedikitpun hingga mereka selesai makan. Setelah selesai makan, Anxia akan segera membersihkan piring kotor dan Nicole menikmati secangkir kopi buatan adik kesayangannya.

Setelah Anxia selesai mencuci piring, ia duduk di samping kakaknya sambil menikmati secangkir teh hangat buatannya. "Kita memiliki dua hari sebelum berangkat, apa kau punya rencana ingin melakukan apa?" tanya Nicole.

"Aku tidak tahu … tapi, karena kita akan berangkat dua hari lagi dan rumah kakak cukup dekat dengan pelabuhan, apa tidak masalah jika Alina dan yang lainnya tinggal di sini sampai waktu keberangkatan kita?"

Nicole yang mendengar itu terdiam menatap adik kesayangannya yang terlihat khawatir dengan jawaban kakaknya nanti. "Aku tidak masalah, lagipula di sini ada cukup banyak kamar. Tapi, apa kau yakin? Maksudku, jika ada mereka aku tidak yakin kau bisa berdoa dengan tenang," ucap Nicole.

"Hm … aku akan baik-baik saja. Lagipula kita kan satu tim, jadi akan lebih baik jika kita mengenal semakin dekat," ucap Anxia dengan semangat.

"Hah … baiklah. Jadi, apa hari ini kau akan keluar bersama Alina dan yang lainnya?" tanya Nicole.

Anxia menganggukkan kepala. "Aku ingin membeli beberapa buku mengenai kerajaan Gorgona sebelum kita pergi, Alina ingin membeli beberapa oleh-oleh untuk keluarganya, dan Nicole bilang ia ingin mencari barang yang ingin dia beli."

"Bagaimana dengan Logan?" tanya Nicole.

"Logan bilang akan ikut," ucap Anxia yang terlihat begitu bersemangat.

"Hah … baiklah. Kau hati-hati, hari ini kakak tidak bisa menemanimu, karena aku harus ke guild karena wakil ketua guild memanggilku," ucap Nicole.

"Baik, kak! Jangan khawatir, kan ada Logan," ucap Anxia.

"Aku hanya khawatir kau akan terpisah dari Alina dan yang lainnya, dan pada akhirnya tersesat lagi," ucap Nicole.

"Haha … jangan khawatir kak, kan Aspro bersamaku," ucap Anxia sambil mengelus kepala Aspro yang ada di bahunya.

Aspro hanya bisa mengembuskan napas sambil menggelengkan kepala pelan. "Baiklah, kalau begitu kakak akan pergi dulu," ucap Nicole sambil berdiri.

Anxia menganggukkan kepala lalu Nicole berjalan meninggalkan Anxia setelah mengelus kepala adiknya. "Kakak pasti pergi dengan menggunakan kereta guild, kalau begitu kita bisa pergi dengan berjalan kaki!" ucap Anxia yang terlihat bersemangat.

Aspro yang mendengar itu hanya bisa mengembuskan napas pelan dan terdiam saat tuannya berjalan meninggalkan rumah mereka.

Bersambung…