Aroma menyengar dari darah segar diikuti dengan angin panas yang berembus, membuat Logan membuka matanya dan menjadi sangat terkejut dengan pemandangan yang ada di hadapannya. Pemandangan langit kamar di rumah Nicole berubah menjadi padang rumput yang dipenuhi dengan api. Langit yang gelap kemerahan membuat suasana di sekitarnya terasa begitu menakutkan, bahkan bagi dirinya.
Selama hidupnya, Logan tidak pernah melihat pemandangan yang lebih mengerikan dibandingkan pemandangan di hadapannya. Sebelumnya ia pernah melihat pemandangan perang antar manusia, karena ayahnya yang membawanya untuk melihat bagaimana perang sebenarnya. Namun, Logan tidak pernah ketakutan.
"Apa yang terjadi?" tanya Logan bingung sambil menatap kedua tangannya yang terlihat gemetar dengan noda darah yang menghiasi kedua tangannya. Sehingga membuat Logan menjadi semakin terkejut sekaligus bingung.
Tiba-tiba ia dapat merasakan tekanan aura yang begitu kuat hingga membuat Logan merasa sulit untuk bernapas dan terjatuh karena kakinya yang terasa begitu lemas. "Apa…"
Langit yang awalnya gelap tiba-tiba menjadi terang karena adanya cahaya yang menerangi dataran di sekitarnya. Saat Logan mengangkat kepalanya, ia dapat melihat pasukan manusia dengan sayap seputih salju yang menghiasi punggung mereka dengan dipimpin dua orang yang tidak bisa ia lihat dengan jelas.
"Pasukan dari klan Evgenis!"
Selama hidup bersama dengan ayahnya dulu, Logan mendapatkan banyak sekali informasi penting. Terutama mengenai klan Evgenis. Klan yang menurutnya sangat misterius, dan sangat sulit untuk di temui. Satu hal jika yang ia tahu mengenai klan Evgenis. Ketika mereka menunjukkan diri mereka secara terbuka. Menandakan jika dunia saat ini menghadapi masalah yang begitu berbahaya.
Jika hanya beberapa anggota dari klan Evgenis adalah sesuatu yang tidak masalah. Karena ia tahu dari ayahnya bagaimana tradisi klan Evgenis. Namun, berbeda jika pasukan dari klan Evgenis yang kini muncul di hadapannya. Ttiba-tiba pandangan Logan langsung tertuju kepada sosok wanita yang memimpin pasukan klan Evgenis yang juga menatapnya.
Meskipun tidak bisa terlihat dengan jelas, namun Logan dapat melihat wanita itu tersenyum lembut kepadanya dan seperti mengatakan sesuatu kepadanya, sebelum akhirnya ia terbangun dan mendapati masih berada di kamar tamu di kediaman Nicole.
Keringat dingin membasahi tubuhnya, Logan menatap pemandangan di sekitarnya lalu mengembuskan napas pelan. "Penglihatan apa yang baru saja aku lihat? Atau hanya mimpi buruk?" tanya Logan bingung.
Logan yang memiliki kemampuan masa depan menjadi bingung saat melihat mimpi yang baru saja ia lihat. Meskipun memiliki kemampuan melihat masa depan. Logan tidak pernah bisa mengendalikan kemampuannnya. Sehingga penglihatan itu selalu muncul secara tiba-tiba, dan membuat Logan selalu bingung untuk membedakan antara mimpi dan penglihatan masa depan.
Logan menatap pemandangan di luar jendela yang mempelihatkan hari masih malam dan mengembuskan napas pelan. "Hah … sepertinya aku tidak akan bisa tidur lagi," ucap Logan lalu berjalan untuk membuka jendela kamarnya dan merasakan segarnya embusan angin malam.
'Jika memang itu adalah penglihatan masa depan. Berarti, dimasa depan akan terjadi perang. Perang yang bahkan membuat tubuhku bergetar,' batin Logan sambil menatap kedua tangannya. 'Dan pasukan klan Evgenis … wanita itu … terasa begitu fam … iliar? Tapi …'
Tiba-tiba pandangan Logan tertuju kepada wanita berambut silver panjang dengan mengenakan gaun putih polos tengah berdiri di halaman belakang kediaman Nicole yang terdapat kolam renang dengan pamandangan laut.
"Huh? Anxia? Apa yang dia lakukan di halaman belakang dengan pakaian seperti itu malam-malam?" tanya Logan bingung dan segera pergi ke halaman belakang dengan membawa selimut tipis yang ada di dalam lemar kamarnya.
.
.
.
"Hah … kakek sungguh tidak bisa diam akhir-akhir ini. Aku jadi tidak bisa tidur dengan tenang," gumam Anxia lalu mengembuskan napas pelan.
Angin malam berembus dengan pelan, membuat Anxia melupakan segala rasa lelahnya karena menghadapi salah satu kakeknya yang tidak pernah bisa diam. Tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang menutupi tubuhnya dari belakang, dan saat berbaik. Ia terkejut saat wajahnya begitu dekat dengan wajah Logan. "Lo-Logan?"
Wajah Anxia langsung menjadi sangat merah dan sedikit menjauh dari pria di hadapannya itu. Logan yang pertama kali melihat ekspresi Anxia tidak bisa menahan tawanya, dan tertawa kecil. "Hahaha … ini pertama kalinya aku melihat ekspresi seperti itu. Jadi, kau bisa menunjukkan ekspresi yang menarik."
"Ahem … apa yang kamu lakukan di sini malam-malam?" tanya Anxia yang mengalihkan pembicaraan dan berusaha menenangkan diri.
"Hanya ingin mencari udara segar. Kau sendir kenapa tidak tidur?"
"Aku tidak bisa tidur, dan memutusan untuk melihat pemandangan malam di sini," ucap Anxia sambil tersenyum lembut menatap pemandangan malam di hadapannya.
Logan hanya diam dan berdiri di samping Anxia sambil menikmati langit malam, dan kesunyian di sekitar mereka. Tidak ada satupun yang berbicara. Mereka hanya ingin menikmati ke sunyian yang begitu menenangkan.
Angin malam kembali berembus diikuti suara Logan yang memecah keheningan di sekitar mereka. "Malam ini cukup dingin. Sebaiknya kau kembali tidur."
Anxia menatap Logan dengan senyuman yang tidak menghilang dari wajahnya dan menganggukkan kepala. "Aku juga sudah mulai merasa mengantuk. Terima kasih sudah menemaniku malam ini, Logan."
Logan hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban. Saat Anxia akan berbalik, ia tiba-tiba teringat akan sesuatu dan kembali menatap Logan. Bola cahaya muncul di kedua tangan Anxia dan membuat Logan menjadi bingung dengan apa yang sedang di lakukan wanita di hadapannya.
Namun, menjadi terkejut saat bola cahaya itu menghilang dan di gantikan oleh kotak berwarna hitam dengan ukiran sepasang sayap emas yang terlihat begitu indah. "Ini…"
Anxia menatap Logan dan menunjukkan kotak yang ada di tangannya itu kepada pria di hadapannya. "Ini kotak musik yang selalu aku gunakan jika tidak bisa tidur. Jika kamu sedang tidak bisa tidur, kamu bisa menggunakannya."
"Aku tidak membutuhkan itu," ucap Logan.
"Bukankah kamu kemari karena tidak bisa tidur?" tanya Anxia.
Mendengar pertanyaan itu, seketika Logan terdiam saat melihat senyuman lembut di wajah Anxia. Meskipun ia bersikeras menolak kotak musik itu. Namun, Logan merasa jika Anxia sebenarnya mengetahui apa yang sedang ia pikirkan saat ini. Sehingga Logan hanya bisa mengembuskan napas pelan dan menerima kotak musik itu.
"Terima kasih."
Senyuman Anxia semakin lebar saat Logan menerima hadiah darinya, dan memutuskan untuk kembai ke kamar. "Kalau begitu aku akan kembali ke kamar dulu. Apapun yang kamu lihat di dalam mimpimu itu, kamu tidak perlu khawatir. Itu tidak akan terjadi, semua akan baik-baik saja."
Mendengar perkataan Anxia, Logan menatap wanita id hadapannya itu dengan ekpresi terkejut. "Apa maksud…"
"Selamat malam, Logan," ucap Anxia yang memotong perkataan Logan dan langsung berjalan meninggalkan pria yang terlihat terkejut sekaligus kebingungan.
***
Matahari mulai terlihat menyinari Benua Deteros, dan kesunyian malam di pelabuhan Deteros kini digantikan dengan suara aktivitas dari seluruh penduduk di pelabuhan. Nicole yang terbiasa bangun sebelum matahari memperlihatkan sinarnya tengah menikmati secangkir teh hangat sambil menikmati energi segar yang mengelilingi kediamannya.
Energi yang begitu menyegarkan, murni dan memberikan ketenangan baginya. Energi yang selalu ia rasakan di kampung halamannya kini dapat ia rasakan kembali semenjak Anxia tinggal di kediamannya, energi yang hanya bisa ia rasakan setiap kali Anxia melakukan doa paginya.
"Hm … hari yang tenang," ucap Nicole sambil tersenyum kecil saat menikmati ketenangannya di pagi ini. Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama saat ia merasakan aura yang sangat familiar menghilang, dan membuat senyuman di wajahnya menghilang digantikan dengan wajah datar dan dingin.
"Energi apa ini?" tanya Logan yang baru saja tiba di ruang tengah kediaman yang biasa di gunakan untuk bersantai.
'Aku lupa jika ada anak ini di sini … mengganggu ketenangan saja,' batin Nicole sambil melirik kearah Logan dengan kesal. "Hah … ini energi dari doa pagi yang dilakukan Anxia. Kau harus mulai terbiasa."
"Energi dari doa pagi bisa terasa begitu murni dan menyegarkan seperti ini? Bahkan energi ini lebih menyegarkan dan murni dibandingkan doa pagi di kerajaan Gorgona," ucap Alina yang baru saja tiba di ruang tengah bersamaan Nora. "Oh … selamat pagi Senior Nicole dan Senior Logan!"
"Selamat pagi," ucap Nora sambil menguap.
"Selamat pagi, aku harap kalian bisa tidur dengan nyaman di sini," ucap Nicole sambil menunjukkan senyuman lembutnya.
Logan yang melihat senyuman Nicole saat melihat kedua rekan tim mereka hanya bisa mengembuskan napas pelan sambil menggelengkan kepala. 'Kenapa dia terlihat sangat membenciku? Apa aku melakukan kesalahan? Kita bahkan hanya bertemu beberapa kali dulu. Aku sungguh tidak mengerti masalah dia,' batin Logan bingung.
"Kau terlihat kelelahan, Nora. Apa yang kau lakukan tadi malam?" tanya Nicole yang memecah keheningan di antara mereka saat bersantai di ruang tengah.
"Ah … saya baik-baik saja, Senior. Hanya saja energi ini membuat saya merasa begitu tenang dan rasa lelah secara perlahan menurun. Tapi, membuat saya merasa begitu mengantuk," ucap Nora.
Nicole yang mendengar itu terdiam menatap Nora untuk sesaat sebelum berbicara. "Apa selama ini kau selalu merasa lelah meskipun sudah istirahat?"
"Huh? Bagaimana senior tahu?" tanya Nora bingung.
"Wajahmu terlihat tidak sepucat kemarin malam. Awalnya aku pikir tidak ada masalah. Tapi, saat melihat perbandinganmu saat ini dan kemarin malam, aku jadi berpikir jika kau kurang istirahat," ucap Nicole.
"Aku juga baru sadar, apa kamu kesulitan tidur?" tanya Alina yang terlihat khawatir.
"Aku baik-baik saja. Sekarang sudah menjadi lebih baik saat aku bangun tidur dan merasakan energi ini," ucap Nora.
Nicole menganggukkan kepala. "Kalau begitu, akan lebih baik kau bersantai di dalam rumah seharian, sehingga kau akan menjadi lebih baik saat menjelankan misi besok."
"Baik, senior."
"Ini juga berlaku untuk kalian berdua. Aku tidak melarang kalian untuk melakukan aktivitas kalian di luar atau jika kalian ingin berlatih. Tapi, aku harap kalian tidak terlalu memaksakan diri sebelum misi di mulai," ucap Nicole.
"Baik," ucap Alina dan diikuti dengan anggukkan kepala dari Logan.
"Ah … kalian sudah berkumpul. Sarapan sudah siap di meja makan," ucap Bianca yang tiba-tiba muncul dan mengejutkan ketiga anggota tim Nicole.
"Nona Bianca?!"
Bianca yang mendapatkan respon terkejut dar ketiga anggota tim Nicole menjadi bingung. Terutama saat melihat ekspresi terkejut yang jarang sekali terlihat dari Logan. "Ya?"
Bersambung…