Chereads / Let me be carefree, please / Chapter 23 - V 1.2 Patch Update

Chapter 23 - V 1.2 Patch Update

Selesai menjelaskan semuanya pada semua orang, Gobbi mulai menginstruksikan penghuni hutan sesuai permintaan Eideth. Mereka semua duduk berbaris, berkumpul dengan kelompok mereka, mengatur semua persyaratan yang dibutuhkan satu per satu. Ada beberapa yang mengeluh tapi karisma Gobbi meyakinkan mereka untuk menuruti saja kehendak Eideth. Mereka mengatur posisi seperti yang direncanakan dan menunggu Eideth melakukan bagiannya. "Ingat, semuanya, tolong ikuti saja dengan baik karena ini sangat sulit untuk dilakukan, semua sudah siap" Eideth menoleh kepada yang lain.

Mereka jelas menunjukkan ketidaksetujuan mereka tapi mereka masih tetap akur. Eideth berdiri di tempatnya, menutup matanya dan membiarkan semuanya terjadi secara natural, seperti yang dilakukan para pendeta kuil Joan, Ia melakukan ritualnya sendiri.

Eideth tak tahu pasti bagaimana cara kerja, ataupun prosedur yang perlu Ia lakukan tapi Ia akan berpegang pada kekuatan kepercayaan untuk saat ini. Selagi dia menjadi lebih santai dan duduk ditanah, kesadarannya mulai terbawa oleh kekuatan misterius, dalam hatinya Ia benar-benar berharap Ia tidak melakukan hal bodoh didepan banyak orang karena ini adalah kali pertamanya mencoba hal ini sendiri.

Eideth membuka matanya kembali, cahaya redup yang tenang dan nyaman, menerangi pupil matanya. Ia berada ditempat familiar dengan seseorang yang Ia kenal juga, orang itu menyambutnya. 

"Eideth, kamu sudah sampai, Aku sudah membaca buku itu seperti yang kamu minta, dan isinya benar-benar luar biasa, Aku tidak menyangka dunia lain punya sesuatu seperti ini" teriak Zatharna dengan antusias. Eideth tidak menyangka kejadian ini terjadi, sikap seorang dewa yang bertanggung jawab atas dunia yang Ia tinggali sekarang, bersikap layaknya makhluk fana begitu mendapat pengetahuan dunia lain. 'Apa ini seperti shock-culture' pikirnya dalam hati.

"Zatharna, senang bertemu denganmu lagi, tapi kita sudahi ini terlebih dahulu karena Aku sedang sibuk sekarang, Kamu sudah mempersiapkan semua yang kuminta bukan" tanya Eideth. Zatharna sedikit ragu apakah Ia bisa melakukannya, ditambah ekspektasi dari orang lain yang ditaruh padanya, tak pernah Ia rasakan sebelumnya. Eideth melihat gerak gerik Zatharna membuatnya bernostalgia dengan pengalaman GM pertamanya, Eideth akan memberi saran pertamanya tentang GM semenjak bertahun-tahun.

Eideth memanggilnya dan Zatharna menoleh, "jangan terlalu panik dan jalani saja, tidak ada yang sempurna di percobaan pertama, dan saat kamu kebingungan, ingat ini baik-baik, buat saja aturan baru, itu semua terserah padamu, ikuti saja peraturan yang sudah Aku ajarkan dan yang kamu tahu, dan buat saja aturan baru, ingatlah untuk bersenang-senang" sarannya. Dengan dorongan semangat dari pemainnya, Zatharna mengatur kertas-kertas dan dadunya bersiap-siap.

Eideth benar-benar tidak sabar, sudah lama Ia tidak bermain TTRPG yang sebenarnya, duduk di sebalik meja, dengan kertas karakter dan kumpulan dadu miliknya. Sebuah perasaan yang nostalgia, apalagi Ia memanfaatkan kesempatan ini untuk menyelamatkan hutan, "sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui" katanya.

Eideth sedikit berpikir sesaat, seberapa banyak yang harus Ia tunjukkan di percobaan ini, apakah Ia harus menggunakan strategi yang Ia simpan. 'Tidak, jika begitu Zatharna akan tahu, akan kusimpan itu untuk nanti' ujarnya dalam hati. Ia melihat pada Zatharna dan memberinya dua jempol keatas, dan akhirnya Zatharna memulainya.

[Di suatu malam, seorang pria paruh baya pulang dari pekerjaannya. Suasana malam begitu dingin, Ia memakai jas panjangnya dan syal tebal melilit lehernya. Menggunakan tongkat berjalan miliknya, Ia berjalan melewati gang kecil yang Ia lewati sehari-hari. Ia tidak langsung pulang ke rumah seperti seharusnya karena Ia punya rencana dengan temannya. Hari ini adalah hari yang Ia dan temannya jadwalkan untuk melanjutkan permainan kampanye TTRPG miliknya. Mereka telah memainkan petualangan itu selama 4 tahun, 2 kali sebulan di ujung minggu.

Ia sangat sabar untuk berkumpul dengan teman-temannya, bercanda gurau sambil memakan cemilan, bercerita tentang pengalaman mingguan mereka. Bersantai dengan teman selagi Ia masih single… single?], Zatharna menoleh pada Eideth, karena itu adalah catatan darinya. Eideth mengangguk dan menyuruhnya untuk melanjutkan saja walau Ia tidak tahu apa artinya.

[… bersantai dengan teman, adalah caranya mendapat kebutuhan Rohani itu, keinginan untuk bersosialisasi yang dipendam oleh tanggung jawab dan stress. Ia tak lupa membeli makanan untuk mereka makan, karena saat itu adalah gilirannya. Ia masuk ke toko itu, dan beberapa karyawan mengejutkannya. Konfeti diledakkan dan suara terompet keras dibunyikan, "Selamat, Anda adalah pengunjung beruntung ke sejuta kami" teriak mereka.

Ia tertegun dan terdiam karena syok, Ia memegang dada kirinya kesakitan, Ia kesulitan bernafas, dan kesadarannya hilang kemudian terjatuh. "Pak… Pak" para staff langsung mengecek keadaannya, "oh sial, apa yang kita lakukan" penyesalan bisa terlihat dari mata mereka.

Ia terbangun disebuah tempat yang tidak familiar olehnya, remang-remang dan lembab, udara terasa sedikit pengap dan lantainya terasa sangat keras. Ia butuh beberapa saat agar matanya beradaptasi dengan cahaya redup itu.

Seorang goblin menyapanya dengan ramah, "hei, kamu sudah bangun" sapanya. Ia melihat makhluk hijau itu, termenung memproses apa yang Ia lihat, Ia memegang wajah goblin itu untuk memastikan, "awh, hentikan itu, itu sakit" wajah goblin itu terasa nyata di tangannya.

"Maaf anak kecil, Aku butuh waktu untuk… menyadarkan diri" Ia bangun dan melihat dirinya berada di dalam gua, dengan banyak makhluk ras fantasi yang biasa Ia baca dalam buku. Di sebelah kanan gua, Ia melihat kawanan manusia serigala dengan wujud campuran mereka, di hadapan mereka ada kumpulan peri dan gnome yang berbicang satu sama lain, begitu Ia melihat ke bawah, Ia berdiri di tengah kawanan goblin.

Kebingungan terlihat dari wajahnya, menanyakan bagaimana ini semua bisa terjadi, Ia coba meyakinkan dirinya ini semua hanyalah mimpi, tapi semuanya terasa begitu nyata. Ia mencoba mencari ponsel miliknya dalam saku jas miliknya, untuk mendapati ponselnya telah berubah menjadi sebuah buku catatan kecil yang familiar. "Ini buku…" ujarnya membuka buku itu.

[Nama: Halq

Penyihir (Chronurgy) 20, Manusia, Sage (Professor)

HP: 120 (20d6 +40) AC: 14

STR 11 / DEX 13 / CON 15 / INT 16 / WIS 12 / CHA 11

Proficiencies/Feats:

…]

Ia terkejut melihat buku kecil itu adalah catatan karakter yang Ia mainkan dalam kampanye TTRPG miliknya. Ia mencoba memproses informasi ini dan mendapat kesimpulan. "Aku sedang bermain" tanya pria itu tidak yakin. Seorang goblin kecil menarik-narik celananya untuk mendapat perhatian darinya. 

"Siapa namamu Tuan" tanya goblin itu dengan ramah. "Aku… Halq, itulah namaku" Halq menjawab dengan ragu, berpikir untuk memberikan nama karakternya mungkin tidak masalah, lagipula ini hanyalah permainan pikirnya. "Tuan Halq, senang bertemu denganmu, maaf dengan semua ini, tapi kami juga sama bingungnya dengan anda, seperti yang anda lihat, kami semua sedang mengungsi di dalam gua ini, kami menemukanmu disini tak sadarkan diri, apakah anda mengungsi juga" tanya goblin itu.

Halq menundukkan kepalanya, masih merasakan penolakan, bahwa semua ini hanyalah permainan, atau mungkin Ia bermimpi pikirnya. Tak lama, sebuah layar bercahaya muncul di depan wajahnya.

[Oneshot Campaign,

Sebuah Dungeon muncul di tengah hutan dan mengeluarkan monster-monster ganas. Penghuni hutan kini mengungsi dan membutuhkan seorang pahlawan untuk menyelamatkan mereka.

Misi:

Cari tahu apa yang sedang terjadi,

???

???

…]

"Apa mimpi sekarang serealistis ini, tidak mungkin benda seperti ini nyata, walaupun begitu…" Halq melihat pemandangan yang sama tak masuk akal nya, "yah, lebih baik Aku ikut bermain saja" pikirnya.

"Hey goblin kecil, siapa namamu" tanya Halq. "Namaku, Gobbi" jawabnya, "Gobbi, bisakah kamu menjelaskan padaku apa yang terjadi disini", "tadi siang, ada sebuah menara besar keluar dari tanah, dari menara itu keluar berbagai monster yang menyerang semua orang, kami akhirnya mengungsi disini" jawabnya. Mendengar penjelasan singkat itu, layar yang Ia lihat tadi mendapat pembaruan.

[Misi:

Cari tahu apa yang sedang terjadi,

Bantulah para pengungsi (0/2),

???

…]

'bantu pengungsi, apa yang harus kulakukan' pikirnya. Tiba-tiba perut keroncongan Gobbi berbunyi, "Maaf Tuan" Ia menahan perutnya dengan malu. Halq juga melihat kondisi yang lain juga serupa, menahan perut mereka, bahkan ada beberapa yang sedang terluka. Halq membuka bukunya dan melihat di halaman lembar karakternya, mencari tahu kemampuan dan mantra apa saja yang Ia punya. Ia sadar buku itu adalah lembar catatan permainannya dan juga buku mantra untuk penyihir seperti dirinya. Memastikan mantra yang dicarinya berada didalam buku itu, Halq mempersiapkan dirinya, "Semuanya, tolong berkumpul" panggil Halq.

Semuanya bingung apa yang terjadi, tapi mereka mengikuti perintahnya begitu saja, mungkin karena perut mereka kosong, pikiran mereka juga kosong dan menjadi lebih penurut pikirnya. Ia memegang bukunya di tangan kiri, dan tongkatnya di tangan kanan, mencoba merapal mantra buatan dari balik kepalanya berharap itu berhasil.

"[Wish], Aku berharap semuanya mendapat makanan untuk mengisi perut mereka dan luka-luka mereka sembuh" menuruti perkataannya, sihir aneh terjadi, dari langit-langit gua muncul cahaya menyilaukan. Seketika, didepan mereka terdapat begitu banyak makanan, daging, roti, segala jenis makanan kesukaan mereka masing-masing. Mereka butuh beberapa waktu untuk menyadarkan diri mereka bahwa ini bukan lah mimpi. 

"Makanan" ucap mereka serentak, mengambil makanan terdekat dari mereka dan menyumbat mulut mereka. Mereka terlihat begitu gembira, seketika mereka lupa dengan kesulitan yang mereka hadapi. Halq melihat mereka dengan pandangan iri, makan bersama dengan teman, keluarga berkumpul menjadi semakin dekat, kasih sayang terlihat di sikap mereka. Ibu menyuapi anaknya, anak menyuapi ayahnya, sepasang kekasih menyuapi satu sama lain. Halq menutupi sebagian wajahnya, agar ekspresi wajahnya tidak terlihat orang lain. "Sial, Aku juga ingin punya pacar" ringisnya, pria tiga puluh tahunan belum punya pasangan, sangatlah menyedihkan untuknya.

Halq mencoba menjauhi kerumunan dan pergi keluar dari gua. Ia dihadapkan lapangan yang sudah acak-acakan, terdapat beberapa tubuh makhluk yang aneh bertebaran dimana-mana. Pemandangan medan pertempuran nyata membuktikan padanya ini adalah dunia lain. "Aku benar-benar harus melakukan ini ya" ujar Halq memijat dahinya. Halq mengambil buku miliknya dan menandai slot mantra level 9 yang sudah Ia pakai tadi. Ia kemudian menyiapkan mantra yang akan Ia pakai.]

Zatharna berhenti memonolog untuk sekarang, Ia berhenti sebentar memastikan catatannya, bersiap untuk fase selanjutnya. Eideth terkagum Zatharna mampu melakukannya dengan baik dalam percobaan pertama, Ia sangat natural melakukannya untuk seorang pemula. "Ya, itu pasti karena Aku, catatan dan penanda buku yang sudah Aku siapkan lah, yang mempermudah pekerjaannya" kata Eideth dengan bangga. Eideth kemudian melihat ke meja yang mereka gunakan untuk bermain.

Meja itu sangat besar dan bentuknya bundar, Eideth tidak tahu terbuat dari apa meja itu, tapi Ia tahu meja itu pasti semacam sihir. Meja itu menunjukkan rekaman langsung dari Artleya, rasanya seperti menonton film simulasi yang alurnya berubah sesuai pilihan yang dipilih. "Andai saja Kami punya meja ini di dunia itu, semua orang pasti ingin main TTRPG" komentarnya. 

Eideth tidak percaya, TTRPG sudah tidak terlalu dikenal oleh kalangan muda di dunia itu. Yang membuat permainan itu tetap dikenal hanyalah pemain lama masih memainkannya sampai masa sekarang. Walau sudah banyak bentuk digital yang dibuat meniru TTRPG, tapi mereka semua tak bisa dibandingkan dengan memainkannya langsung. Contoh yang paling luar biasa yang Ia lihat di internet, adalah permainan Gerbang Baldur, walau masih iklannya saja, terlihat permainan itu sangat luar biasa di bidangnya. "Aku tak sabar menunggu game itu keluar nanti" ujarnya sambil menggulir layar ponselnya.

Berniat memulai fase selanjutnya, Zatharna menanyakan Eideth sebuah pertanyaan. "Apa sih slot mantra di TTRPG ini", karena Eideth belum terlalu menjelaskan terlalu dalam soal permainan ini, sudah jadi tugasnya untuk menuntun Zatharna sedikit demi sedikit. Lagipula semakin banyak Zatharna tahu, kemungkinan Ia bisa membantunya semakin besar.

Eideth mulai menjelaskan, "dalam TTRPG, merapal mantra sihir memiliki beberapa aturan. Bayangkan seperti ini, sebuah senapan, kamu tahu senapan bukan", Zatharna mengangguk, Eideth menambahkan "penyihir dan slot mantra bekerja layaknya sebuah senapan dengan pelurunya. Penyihir harus menyiapkan mantra yang ingin Ia pakai terlebih dahulu sebelum memakai mereka. Dengan begitu banyak mantra yang bisa penyihir pelajari dan Ia simpan bila perlu dalam buku sihirnya".

"Kalau begitu kenapa tidak menyiapkan semua sihir yang mereka punya" Zatharna bertanya kembali. "Bukannya tidak bisa, hanya saja, ada batas seberapa hebat penyihir bisa mengingat mantra tersebut, untuk sekarang hanya itu penjelasanku, nanti akan kujelaskan lebih jelas" jelasnya. Zatharna terlihat sedikit kecewa, Eideth paham sikapnya itu, "Zatharna, Aku tahu kamu ingin tahu lebih banyak, tapi sekarang bukan saatnya, mengetahui semuanya tidak terlalu berguna dan hanya akan membuatmu bingung" Eideth mengutip salah satu saran lama yang dikutip oleh setiap GM berpengalaman.

Zatharna memahami maksud perkataannya tersebut, dan berterima kasih atas saran bijaknya. "Terima kasih Eideth, kamu benar, tahu lebih banyak tidak berguna disini", "sama-sama, jalani saja untuk saat ini, Aku akan menunjukkan padamu lebih banyak lagi nanti" balasnya. Selesai dengan persiapannya Zatharna lanjut menjalankan permainan.

[Halq selesai menyiapkan mantranya, tapi Ia masih tidak yakin semua ini nyata, "Masa menulis beberapa kalimat di kertas bisa melakukan semua ini" ujarnya ragu. Halq bukanlah penyihir, Ia seorang pria kantoran biasa, tidak masuk akal pikirnya, sihir akan bekerja dengan cara yang sama seperti TTRPG. 

Gobbi keluar dari gua menghampiri dirinya, "Tuan Eid… maksudku, Tuan Halq, anda tidak ingin makan" tanya Gobbi menawarkannya sepotong daging panggang besar. "Tidak apa, Aku tidak lap… *eurgh…" Halq malu pada dirinya sendiri dan menerima daging itu dengan berat hati.

Selesai menghabiskan makanannya, Halq memutuskan untuk berjalan diluar. Ia dihalangi Gobbi tapi dengan mudah meyakinkannya dengan beberapa janji. Halq mencoba membiasakan dirinya memakai mantra yang Ia punya. "bagaimana Aku melakukan ini, apa cuma… [Misty Step]" Halq mengetuk tanah dengan tongkatnya. Tubuhnya berasap dan Ia berpindah 30 kaki kearah yang Ia mau. "Uwoh… Gak mungkin ini beneran, gila" teriaknya gembira. Halq mencoba melawan beberapa monster dari menara itu yang berkeliaran di luar.] 

"Eit… tunggu sebentar" Eideth memotong, "apa kamu bisa melihat kemampuan dari Aether itu Zatharna" tanya Eideth. Eideth selalu bertanya-tanya, monster ini tidaklah terdaftar dalam TTRPG, bagaimana Talent miliknya memperkirakan kemampuan mereka, mempengaruhi, dan membuatnya seakan benar-benar permainan TTRPG. Eideth teringat saat Ia belum mendapat Talent miliknya, Aether memang cukup sulit untuk dikalahkan, tapi kesulitannya meningkat signifikan setelah Talent miliknya muncul. Beberapa serangan yang Ia lontarkan, hanya ditepis oleh tubuh mereka, seperti plot armor bekerja melawan dirinya.

"Em… jujur saja Aku tidak tahu, kamu lihat ini" Zatharna menyentuh meja itu, tepatnya pada gambar Aether yang ditampilkannya. Ia menarik sebuah kertas yang terbentuk entah bagaimana, Zatharna memberikannya pada Eideth. Ia sangat terkejut melihat semua itu.

[Slasher

Aether, Otherworldy, ???,

HP: ???, AC: ???

…]

Itu juga terjadi ke semua jenis Aether yang dilihatnya, seperti itu terbatas pada pengetahuan Eideth. Ini membuatnya tidak nyaman dan merasa kemampuan curang yang dimilikinya tidak bekerja. Eideth menggertakkan giginya, "yah… Aku bisa mencari tahunya sendiri, atau kukalahkan saja" ucapnya dengan yakin. Selesai menjawab pertanyaan Eideth, Zatharna melanjutkan permainannya.

[Halq mencoba melawan beberapa monster dari menara itu yang berkeliaran di luar. Kemudian Ia mendapat tambahan baru dalam misinya, [Habisi semua monster yang keluar dari dungeon], Halq memastikan semua mantra yang Ia miliki bekerja dengan baik sekaligus mengurangi jumlah monster disekitarnya. Melihat mantra yang bisa Ia pakai sudah mulai menipis, Halq memutuskan untuk kembali ke gua, beristirahat mengembalikan sihirnya.

"Sihirmu benar-benar luar biasa ya" puji seorang manusia serigala padanya, sepertinya Ia melihat Halq bertarung melawan monster-monster itu. Tapi perasaan aneh muncul didalam hati Halq, perasaan bodoh yang sangat menggoda.]

"Eh???" Eideth kebingungan, kok Zatharna keluar dari skrip pikirnya. Namun Ia tetap diam dan membiarkan Zatharna melanjutkan.

[Perasaan ingin membunuh dan mendapat XP bergejolak dari dalam hatinya, Halq menutup wajahnya agar ekspresinya tidak terlihat oleh yang lain. Ia menggenggam tongkatnya dengan kuat, menahan perasaan haus darah itu. "Permisi, bisakah Aku beristirahat" ujar Halq, berpikir istirahat dapat meredam sensasi aneh itu.

Melihat penolong mereka kelelahan, mereka memberinya jalan dan menyediakan tempat untuknya beristirahat. Itu tempat yang berdebu dan gelap, namun Halq tidak pernah merasa begitu nyaman bersandar di permukaan yang dingin. "Oh ya, satu hal lagi, tolong biarkan Aku istirahat selama 8 jam, jangan bangunkan Aku sampai saat itu" pesannya sebelum tidur.

Melihat Halq tertidur bergitu cepat, penghuni hutan mengadakan perbincangan, mereka harus membahas rencana mereka besok. "Apa kalian benar-benar akan mengikuti orang ini, lihat dia, kalian semua melihatnya bukan, setelah Ia merapal mantra aneh itu, Aku melihat bayangan orang tua sekilas darinya, ada yang aneh, ini tidak benar, bisakah kita mempercayainya" ujar seorang gnome. 

"Aku tahu, ini… tidak terlihat meyakinkan, tapi kita bisa mempercayainya" jawab Gobbi. [d20/13] penduduk hutan terlihat mempercayai perkataan Gobbi, mereka tidak lagi memandang para goblin sebagai makhluk lemah dan naif, Gobbi telah membuktikannya pada mereka. Mereka mulai membahas apa yang perlu mereka lakukan untuk besok, ada yang menyarankan untuk pindah namun beberapa kelompok yang memiliki pendirian kuat ingin terus memperjuangkan hutan mereka. 

Melihat pembicaraan mereka tidak membuahkan hasil, Ia menutup rapat itu menyarankan semuanya beristirahat untuk mengistirahatkan pikiran mereka agar tidak membuat keputusan yang terburu-buru. Para goblin melihat pemimpin mereka sedikit khawatir ikut merasa khawatir bersamanya, "semuanya istirahatlah, kita akan memikirkan ini lagi besok, semua akan baik-baik saja, kita punya Ei-Halq bersama kita" ujarnya pada goblin lain. "Semoga saja begitu" gerutu Gobbi sebelum tertidur melepaskan kejenuhan pikirannya.

Keesokan pagi, Halq terbangun dari tidur nyenyaknya, Ia merasa lebih segar dibanding tidurnya selama ini. Halq tidak yakin apakah Ia benar-benar beristirahat, tapi jika benar, Ia memastikan pada kertas karakter di bukunya bahwa Ia memulihkan semua mantra miliknya. Ia melihat kondisi gua sedang kosong, lebih tepatnya semuanya pergi keluar. 

Halq melakukan sedikit peregangan sebelum pergi keluar, tubuhnya terasa sangat ringan dan penuh energi. Tak pernah terasa tubuh pria paruh baya itu bisa bergerak sangat aktif pikirnya. Halq memutuskan untuk keluar dan bergabung dengan yang lain, mengambil tongkatnya dan keluar dari celah sempit pintu batu yang menghalangi mulut gua.

Matanya butuh beberapa saat untuk terbiasa dengan cahaya menyilaukan itu dan Ia melihat siluet yang lain. "Hey semuanya, kenapa kalian keluar…" kata-kata berhenti keluar dari mulut Halq selagi Ia terpaku dengan pemandangan itu. Semuanya terpaku melihat menara itu yang sudah menjadi lebih besar dalam semalam, terlihat Ia bertambah tinggi dan mengeluarkan aura yang lebih mencekam.

Gobbi menyadari kedatangan Halq menjelaskan kekhawatiran mereka semua padanya, "Halq syukurlah kamu sudah bangun, kami perlu membicarakan sesuatu padamu. Kami tadi malam mengambil suara untuk memutuskan pilihan selanjutnya, kami seimbang antara mempertahankan hutan atau pindah mengungsi ke tempat lain. Kami memutuskan untuk menambahkan suaramu juga" jelasnya.

Sebelum hendak menjawab, Ia dihalangi pemberitahuan, [Selesaikan Dungeon], yang membuatnya tak punya pilihan. Halq bisa melihat tatapan tidak suka diantara mereka seperti terjadi pertikaian sebelumnya, memilih salah satu sisi hanya akan membuat masalah pikirnya, walau pilihannya sudah jelas, Ia tidak ingin takdir dari penghuni hutan berpegang di pundaknya. 

"Semuanya, dengarkan Aku terlebih dahulu" sampai Halq, Ia menunggu hingga Ia mendapat perhatian semua orang sebelum menambahkan perkataannya. "Aku ingin pengambilan suara ini diulangi setelah kalian mendengar apa yang ingin Aku sampaikan ini. Aku tahu beberapa dari kalian ingin menyelamatkan hutan dan yang lain ingin menyelamatkan keluarga dan teman kalian terlebih dahulu, tapi Aku merasa itu tidak perlu. Aku akan menyelesaikan Dungeon itu untuk kalian" Ia menyatakan dirinya dengan berani. 

Mereka semua tak percaya dengan perkataan gila itu, tapi masih tetap membiarkan Halq menyelesaikan penjelasannya. "Kata kalian, semua makhluk itu keluar dari menara itu, jika Aku menyelesaikan dan menghancurkan menaranya. Hutan akan kembali aman bukan" jelasnya dengan santai. Halq memperagakan kemampuannya dengan menembakkan mantra [Fireball] ke udara membuat ledakan yang sangat besar, mencoba meyakinkan mereka.

Mereka terkesima melihat kekuatan Halq merasa mereka punya kesempatan dengan rencana tersebut, Gobbi melihat semua orang dan mengutarakan persetujuan dari pandangan mereka. "Apa yang bisa kami bantu Tuan Halq" tanya Gobbi mewakili semua penghuni hutan. Halq lega mereka semua bersedia membantunya, walau Ia bisa menghabisi semua monster itu sendirian, mendapat pertolongan bisa meringankan bebannya. Halq mulai menjelaskan rencananya, "baiklah, inilah yang harus kalian lakukan…"

Selesai menjelaskan rencananya, Halq membuat beberapa persiapan kecil dan membaca kembali semua kemampuan yang Ia punya di lembar karakter di buku catatannya.

[Nama: Halq

Penyihir (Chronurgy) 20, Manusia, Sage (Professor)

HP: 120 (20d6 +40) AC: 14

STR 11 / DEX 13 / CON 16 / INT 20 / WIS 13 / CHA 11

Proficiencies/Feats: Spell Sniper, …]

[Mantra tersedia: 22

Spell Mastery: level 1 [Shield], level 2 [Misty Step]

Signature Spell: Level 3 [Counter Spell], Level 3 [Fireball]

Mantra yang telah disiapkan: 25.

- Level 0: [Mage Hand], [Minor Illusion], [Prestidigitation], [Fire Bolt], [Frostbite], [Toll of the Dead]

- Level 1: [Catapult], [Magic Missile], [Shield]

…]

Halq membuat perubahan pada kertas karakternya setelah menyadari Stat miliknya masih pada pengaturan awal tanpa penambahan skor kemampuan pada level tertentu. Ia memaksimalkan Int miliknya karena Ia seorang penyihir, dan memastikan semua mantra yang sudah disiapkannya. Tak lupa Ia mengambil beberapa Feat yang Ia perlukan sebagai penyihir, seperti Spell Sniper yang meningkatkan jarak mantranya, tidak memperdulikan terlindungi tembok atau objek lainnya, dan juga sebuah Cantrip mantra level 0 gratis.

Setelah siap dengan kertas karakternya, Halq bersama penghuni hutan pergi menuju menara itu. Permintaan Halq pada penghuni hutan sederhana, mengantarkannya masuk ke menara lalu kembali, Ia juga akan memastikan mereka yang mengantarnya dapat kembali ke gua itu setelah misi mereka selesai. Gobbi mengatur sebuah tim untuk mengantar Halq, grup dari kumpulan Manusia serigala, Gnome, dan Dryad. 

Mereka tiba dan dihadapkan ratusan monster itu berpatroli di pos mereka disekeliling menara. Menara itu terus menerus mengeluarkan monster lainnya, seperti terus memproduksi mereka tanpa henti. Tak butuh waktu yang lama sebuah pasukan terbentuk begitu mudahnya. Wajah mereka terlihat begitu gusar, jerih payah melawan puluhan monster semalam terasa sangat sia-sia.

Melihat itu, Halq memutuskan untuk melanjutkan perjalanan itu sendirian, Ia berkata, "terima kasih sudah mengantarku sampai disini, kalian pulang lah, serahkan semuanya padaku". "Apa kamu gila, menerobos mereka semua sendirian, setidaknya biarkan kami membantumu" ujar seorang manusia serigala. "Tidak apa, Aku sudah berjanji pada Gobbi kalian semua akan pulang dengan selamat, lagipula Aku tidak sendirian" ucapnya dengan yakin.

Halq berjalan mendekati menara itu dengan santai, penghuni hutan yang sudah Ia perintahkan untuk menunggu di tempat mereka, "biarkan kami setidaknya mengawasimu hingga kamu masuk" saran seorang Gnome. Halq memastikan Ia tidak menarik perhatian monster-monster itu pada sekutunya dengan keluar dari sebelah pepohonan lain.

"Hey jelek, minggirlah" teriaknya pada monster itu, tak terlihat ada respon balik. Jeritan mereka pecah seketika menyerbu Halq yang seorang diri tanpa pikir panjang. Ia belum pernah mencoba ini sebelumnya tapi berharap sepenuh hati agar mantra ini berhasil. "[Summon Earth Elemental], menggunakan Spell Slot level 5" Halq mengetuk tongkatnya ke tanah, menunggu sihirnya bekerja.

Tanah mulai berguncang, tumpukan tanah mulai naik dari permukaan, tubuhnya mulai terbentuk dan Ia mengeluarkan raungan keras, Halq sama sekali tak tahu apa yang dikatakannya karena Ia tidak tahu bahasa Terran. "Ehem, teman, tolong kalahkan mereka" perintah Halq, Elemental itu melihat kearah Halq dan mengangguk tanda Ia mengerti perintahnya. Ia segera maju walau dengan tubuhnya yang lambat, mengayunkan tangan besarnya dan mulai menyerang apa saja didepannya. Monster itu mencoba menyerang dengan tangan bagai pedang mereka tapi tidak memberi begitu banyak kerusakan pada tubuh tanah itu.

"Wow, ini benar-benar seperti yang dijelaskan di buku, Aku tidak mengira ini akan berhasil, ketahanan dari serangan fisik nonsihir itupun benar" ujar Halq terkagum kagum. Yang lebih mengerikannya lagi, Halq bisa memerintahkan elemental itu untuk masuk kedalam tanah dan melompat keluar menyerang lawan dengan serangan kejutan yang memberi lebih banyak kerusakan. 

Tak tinggal diam, Halq juga membantu melemparkan bola api kecil dan sinar pembeku dari Cantrip [Fire Bolt] dan [Frostbite] miliknya, walau hanya sihir level 0 berkat level 20 miliknya, serangannya bisa memberi 40 damage, ditambah kemampuan Spell Sniper, yang membuatnya bisa menembak mantra lebih jauh dengan presisi tinggi. Jauh sebelum musuh mendekatinya, mereka sudah dikalahkan oleh Elemental tanah atau Cantrip miliknya. 

Penghuni hutan yang menonton dari kejauhan tidak percaya dengan apa yang mereka saksikan. Sebuah raksasa dari tanah bertarung begitu ganas diperintahkan oleh seorang manusia, yang juga menembak habis musuhnya dengan api dan es, sungguh pemandangan yang mengerikan. 

Sesampai Halq didepan menara, Ia melihat pintu menyeramkan itu dan membukanya, pintu dimana para monster keluar dari menara tanpa henti. Halq dihadapkan dengan pasukan monster berkumpul di tempat yang cukup sempit, Ia tersenyum dengan sinis. "Signature Spell: [Fireball]" kilatan api keluar dari jarinya dan menembak kawanan itu, saat bersentuhan ledakan api pecah kemana-mana membakar semua di areanya. Mereka semua tumbang dengan satu serangan, hangus menjadi abu. 

"Mari kita mulai solo raid ini" ujar Halq selagi Ia masuk kedalam menara itu.