"Yeay, bagian pertama selesai" ucap Zatharna dengan gembira. Ia melakukan semuanya dengan baik. Walau yang perlu Ia lakukan adalah menceritakan kembali apa yang mereka lihat dari meja ajaibnya yang Ia gunakan untuk mengawasi dunia. Eideth senang semuanya berjalan dengan baik hingga saat ini, perasaan memainkan karakter pada level maksimal memang menyenangkan. Ia merasa sangat natural berakting seperti Halq, seperti bertingkah apa yang Ia lakukan jika Ia pertama kali di pindahkan ke dunia lain.
"Halq, itu cerita yang cukup lama" Eideth mengingat kembali permainan TTRPG pertamanya dengan teman-temannya, mereka menjalani permainan itu selama 3 tahun, membuat cerita-cerita lucu, mengharukan, dan menegangkan di saat-saat kritis. Halq adalah nama karakter yang Ia pakai, walau Eideth memakai sifat asli Halq seperti permainan lamanya, Ia memakai sikapnya dulu saat kehidupan kedua.
"Eideth, bisa kita bicara sebentar" panggil Zatharna, "ya, ada apa", "begini, Aku sedikit bingung, karaktermu ini, Halq, kenapa kemampuannya tak tertulis di buku" tanya Zatharna. Eideth langsung termenung, 'AGH… Aku lupa… Chronurgy Wizard gak ada di buku peraturan pemain, itu dari buku lanjutan' teriaknya dalam hati. Eideth selama ini sembunyi-sembunyi menyimpan pengetahuan tentang TTRPG dari Zatharna, berniat mengeksploitasi kenaifan pemula miliknya. Ia pikir jika Ia bisa curang dengan adil sedikit demi sedikit demi keuntungannya, Zatharna akan mengambil itu sebagai pelajaran dan melanjutkan permainan.
Untuk menjadi seorang GM, wawasan adalah yang terpenting. Eideth menyadari, alasa Zatharna yang terpilih menjadi GM adalah karena Ia adalah dewa dari Artleya. Ialah yang berhak mengatur dan menjalankan permainan sesukanya. Eideth belum mengenal Zatharna dengan cukup baik untuk membiarkannya mengatur pilihan yang secara pribadi Ia akan buat. Eideth tahu Ia egois, karena [Conceptualize: TTRPG] adalah Talent miliknya, Ia ingin memiliki semuanya sendiri. Ia belum siap berbagi dengan siapapun, apalagi ini juga menyangkut hidupnya.
"Um… begini, TTRPG adalah permainan dengan sumber yang terbuka, pemain bisa bebas memasukkan konten baru ke dalam permainan dengan izin dari GM, alasan Aku memakai karakter ini agar kamu tahu kalau ada lebih banyak lagi sumber tambahan yang berada diluar sana. Aku sudah juga sudah memberikan catatan itu, agar kamu tidak kesulitan" Eideth beralasan. Eideth memutuskan untuk tidak menggulir dadu dan berharap pada takdir. Ia benar-benar tak ingin Zatharna membencinya karena berbohong, dan jika GM membenci pemain mereka, hal tidak menyenangkan akan terjadi.
"Jadi begitu… terima kasih sudah menuliskan catatan ini kalau begitu, Aku sangat terbantu berkat ini" balas Zatharna. Eideth sedikit lega Zatharna mempercayai alasannya, tapi tumbuh rasa bersalah dalam hati Eideth, 'Aku berjanji akan memberitahumu semuanya nanti' ujar Eideth dalam hatinya.
Mereka pun melanjutkan permainan, Zatharna membuat catatan kecilnya sendiri, menyirup minuman miliknya, dan merapikan kertas-kertas di meja itu. Eideth juga bersiap dengan ponselnya, sedari awal Eideth menggunakan setiap kesempatan untuk membuat konten sosial media miliknya, Eideth sudah tidak bisa lagi mendapat uang dari like, walau merasa sedikit kecewa, rencananya tidak berubah. "Okay, ayo kita mulai" ujar Zatharna mulai bermonolog.
[Halq memasuki lantai dasar dari menara, ruangan itu penuh dengan asap berkat serangannya. Halq memerintahkan elemental miliknya untuk menghabisi semua monster yang berada disekitar menara dan di dalam hutan, Ia memerintahkannya agar hanya menyerang makhluk-makhluk aneh yang baru saja mereka lawan, penghuni hutan dilarang, perintahnya. Ia mengangguk kemudian pergi, Halq tahu batas waktu pemanggilannya hanya satu jam, tapi lebih baik membiarkannya menghabisi ancaman diluar daripada membawanya masuk.
Seperti penyihir yang baik, Halq membuat beberapa persiapan. Pertama, sebelum Ia menjelajah ke lantai atas ada beberapa hal yang harus Ia lakukan. Halq menutup pintu menara dari dalam, mengambil sebuah tas kantong kecil dari sakunya yang berisi serbuk emas. Ia mendapat serbuk emas itu dengan menghancurkan koin emas yang Ia punya di kantungnya, mengurai 25 koin emas menjadi bubuk berkat bantuan dari seorang Gnome. Halq dan Gnome terlihat sedih melakukannya karena mereka terlihat seperti membuang uang tapi Halq benar-benar memerlukannya.
Dengan tangan penuh bubuk emas, Halq menyentuh pintu itu selagi merapal mantra, "Kunci, [Arcane Lock]" ucapnya. Serbuk emas di tangannya mulai bereaksi, mengeluarkan cahaya berkilauan dan membentuk efek sihir pada pintu itu. "Itu sedikit mengecewakan" Halq tidak tahu apa yang Ia harapkan karena mengira efek sihirnya akan terlihat memukau. Halq memastikan pintu itu benar-benar tidak bisa dibuka sebelum sihirnya dihilangkan, Ia mendorong dengan segenap tenaganya tapi pintu itu tak bergerak sedikitpun.
"Bagus, rencana pertama selesai, lanjut rencana kedua" ucapnya dengan semangat. Halq melihat buku catatan lembar karakternya, mencari mantra yang Ia perlukan. Ia menggerakkan tangannya, mengikuti arahan dari bukunya, "bangkitlah, [Arcane Eye]" teriaknya.
[Arcane Eye] adalah mantra dari kelas penyihir, menciptakan sebuah mantra pengawas berbentuk sebuah mata yang tembus pandang melayang di udara. Seorang penyihir bisa menggerakan mata itu sejauh mungkin. Secara mental, informasi visual dari mata itu tersampaikan oleh si penyihir. Itu adalah mantra curang untuk mengawasi lingkungan asing seperti dungeon, labirin, dan lain-lain.
Halq mulai memantau setiap lantai dari menara tersebut, berkat informasi yang Ia dapatkan, Halq dapat menghindari pertarungan yang tidak berguna dan mengendap-ngendap melewati musuh. Namun keberuntungannya hanya mampu membawanya hingga lantai 4, tangga ke lantai berikutnya dijaga dengan sangat ketat.]
Zatharna berhenti, Eideth paham apa yang dipikirkannya. Ini adalah puzzle untuk Eideth, bagaimana cara Ia melewati penjaga itu tanpa ketahuan. Eideth melakukan apa yang dilakukan pemain yang baik. "Aku ingin memperhatikan sekitar, apakah ada sesuatu yang belum Aku ketahui" minta Eideth, "tolong guliran persepsinya" balas Zatharna. Eideth mengambil dadunya, [d20/3(+2)] "sial cuma lima" ujarnya.
[Halq melihat sekitar, tapi semua lorong terlihat sama olehnya, Ia tidak mendapati apapun]
Eideth berpikir, apa lagi yang harus Ia lakukan. Ide terlintas dibenaknya, "Aku akan memakai Arcane Eye untuk melihat diseluruh lantai apakah ada hal tersembunyi lainnya".
[Halq menjelajahi lantai empat itu, di ujung koridor, sebelah utara ruangan, Halq menemukan beberapa kumpulan monster.]
"Baiklah, ini yang akan Halq lakukan, Ia akan membuat peta kecil pada catatannya, Ia kemudian akan menentukan jalan aman untuk mengitari monster penjaga, setelah persiapannya selesai, Ia akan menembakkan bola api pada kawanan monster di utara. Setelah membuat keributan yang cukup besar, para penjaga akan pergi dari pos mereka dan Ia akan naik ke lantai selanjutnya" jelas Eideth.
[Halq tidak percaya dengan ide gila yang muncul di kepalanya ini, Halq pergi ke utara, disana kumpulan monster yang Ia lihat masih berada di sana. Ia berniat membuat keributan untuk menarik perhatian penjaga, mengecoh mereka pergi dari posnya. Halq merapal mantranya [Fireball], [d20/ 7 (+11)] bola api itu meledak dan membakar semua makhluk disana. Ledakannya cukup keras hingga terdengar oleh penjaga, Halq menempatkan Arcane Eye di dekat lorong dimana penjaga itu menjaga tangga ke lantai selanjutnya.
Monster itu bergerak mendengar ledakan barusan, Ia segera mengitarinya lewat jalan yang sudah Ia tandai. "Hrawkh…" seorang monster entah dari mana melihatnya dan berteriak dengan kencang. Ia ketahuan, Halq menyerang monster itu dengan [Frostbite], hebatnya, makhluk itu berhasil bertahan dari serangannya. Halq yakin Ia membuat kerusakan tapi Ia tak punya banyak waktu untuk berpikir.
Makhluk dengan berlengan pedang itu menyerangnya dari jarak dekat, [d20/19/18] Makhluk itu menargetkan dadanya dengan pedang itu. Halq mengetuk tongkatnya ke tanah, menggunakan reaksi miliknya Ia merapal "Spell Mastery [Shield]" teriaknya dengan cepat. Sebuah dinding tembus pandang tak terlihat menghalangi pedang monster itu mengenai tubuhnya.
[Shield] adalah sihir perisai yang dimiliki penyihir, memiliki waktu rapalan yang singkat sehingga bisa dijadikan sebagai reaksi. Saat lawan menyerang, penyihir dapat membuat dinding pelindung.
Halq menyerang balik, mendorong monster itu menjauhi dirinya dengan aksi [Shove]. Halq segera berlari ke mengambil jarak dan merapal mantra, "menghilang, [Misty Step]" tubuhnya ditutupi kabut dan menghilang.
Halq berpindah ke depan tangga menuju lantai selanjutnya, Ia dihalangi sebuah monster bertubuh manusia kuda. "Itu harusnya Centaur" ujarnya tak percaya. Seketika makhluk itu berbalik dan menendang Halq dengan kaki belakangnya, Ia terpental jauh ke belakang. "Ugh… itu menembus AC ku, plus berapa hit nya" tanya Halq. Tak selesai monster itu menarik panahnya, membidik Halq.
Halq segera berdiri diatas kedua kakinya dan mengetuk tongkatnya ke tanah, "[Catapult]". Busur dan panah miliknya terlepas dari genggaman monster itu dan terlempar ke samping, Halq kemudian menembakkan [Fireball] padanya mengakhiri hidup monster itu. Melihat mayat monster Centaur itu tidak kembali lagi, Halq menghela nafas lega kemudian Ia lanjut menaiki menara.]
Eideth merasa lega melihat sihirnya tak dibatasi oleh pengetahuan GM, melainkan pengetahuannya sendiri. Tidak penting apakah GM tahu mantra itu atau tidak, memiliki buku atau tidak. Sihirnya tetap bekerja seperti yang Ia harapkan. Tapi hal itu membuatnya bertanya-tanya, bagaimana hal itu mungkin? Zatharna tak punya bukunya, walau hanya catatan apakah itu cukup? Eideth membuka ponselnya dan mendapat pencerahan, walau ini hanya teori pikirnya, 'apa karena ponselku, semua file dari buku-buku itu ada disini, bahkan aplikasi TTRPG yang ku unduh juga berpengaruh, apa sumbernya dari ponselku' tanya Eideth dalam hati.
Eideth tahu dengan benar, sihir karakternya, Halq, adalah dari permainan lama yang dijalankan oleh GM berpengalaman di kehidupannya dulu. Berkat itu, sihir yang dimiliki Halq, berasal dari berbagai buku atas seizin GM sebelumnya. [Frostbite], [Toll the Dead], [Catapult], dan banyak lagi berasal dari buku yang berbeda.
Eideth memutuskan untuk tidak terlalu mempertanyakannya dan fokus dengan masalah yang ada didepannya. Walaupun saat ini, Ia berperan sebagai Halq, namun tubuh Halq tetap tubuh miliknya. Ia seperti memainkan tubuhnya sendiri seperti boneka, berkat campur tangan dari Zatharna. Ia mencoba sebaik mungkin meminimalkan serangan yang Ia terima, takut akan terjadi efek samping begitu Ia kembali ke tubuhnya setelah sesi permainan ini selesai.
[Halq menaiki tangga ke lantai selanjutnya, sebelum masuk ke lantai 5, Ia memperbarui catatannya. Ia memastikan setiap Spell Slot yang Ia sudah gunakan ditandai, dan menghitung berapa banyak mantra yang Ia punya.
Halq mempunyai 18 mantra tersisa yang bisa Ia gunakan, lebih dari itu Ia harus mengandalkan Cantrip. 18 mantra memang terlihat banyak, tapi Ia tahu dalam sebuah pertarungan, itu hanyalah peluru sekali tembak.
Halq mencoba mengintip dan melihat satu ruangan yang sangat luas, Ia tahu lantai itu adalah lantai terakhir dari menara tapi tak terlihat satupun monster berjaga disana. Ia memasuki ruangan itu dengan waspada, Ia selalu memperhatikan belakangnya selagi masuk lebih dalam. Sesampai di tengah ruangan, Ia menyadari sesuatu. Di langit-langit menara terdapat sebuah bola kristal raksasa, Ia tak yakin jika kristal itu asli karena ukurannya yang diluar nalar.
"Apa yang harus ku lakukan sekarang" pikirnya. Halq, menggunakan pemikiran TTRPG miliknya, instingnya setelah bermain selama bertahun-tahun tidak pernah usang dan selalu terasah dengan baik. Ia mengarahkan tongkatnya keatas, mencoba merapal Fireball, namun Ia terlalu lambat. Seseorang sudah berdiri di belakangnya sejak lama tanpa Ia sadari, Ia baru tersadar setelah mengangkat kepalanya dan melihat kepala orang itu. "Apa yang kamu lakukan disana" tanya pria itu.
Halq segera menjaga jarak dengan orang itu, Ia bisa merasakan niat buruk darinya, tapi Ia menjaga ekspresinya dengan baik. "Halo, Aku tidak tahu ada manusia lain yang menyelesaikan menara ini" ujar Halq, "Oh, Aku bukan manusia teman… Aku adalah musuhmu" pria itu menutup jarak dengan cepat dan menyerang Halq dengan tangan kosong, kuku jarinya terlihat sangat tajam dan hendak menusuk dadanya.
[Shield] dengan ketukan tongkat perisai terbentuk diantara mereka berdua, menghentikan serangan pria itu. Halq mundur beberapa langkah dan mencoba berbicara dengannya, "Hey, itu berbahaya tahu, Aku tahu kita baru bertemu tapi bukan berarti kita musuh bukan, bisakah kita membicarakan ini" ujarnya. [d20/1] Pria itu tertawa sinis, "Oh… kita ini musuh tahu, Aku bisa berjanji padamu soal itu" ujarnya.
Halq tahu Ia harus membalas tapi jika Ia melakukan itu, Ia akan menyerah mencoba bernegoisasi. "Setidaknya bisakah kamu memberi tahu namamu" tanya Halq. Ia terdiam sejenak terlihat kebingungan, "Kamu aneh manusia, baiklah namaku…" selagi perhatiannya teralihkan, Halq menembakkan [Fireball] padanya. Itu mengenainya telak, Halq menunggu agar api hilang seluruhnya untuk melihat apakah lawannya sudah mati. Halq tidak yakin mendengar jawabannya dengan jelas karena suara ledakan tadi, "apa dia bilang 'Apostle' tadi" tanya Halq.
Api telah menghilang seluruhnya dan tidak ada mayat pria itu, "itu sangat tidak sopan tahu, Aku tidak menyangka itu akan terasa menyakitkan" Halq mendengar suara itu tepat dibelakangnya dan menjaga jarak. Halq memfokuskan perhatiannya dan mengawasi gerak gerik pria itu. "Kenapa kamu suka sekali muncul di belakang, kamu Gay" tanya Halq.]
Zatharna bingung dengan perkataan Eideth barusan lewat Halq, Ia melihat Eideth dengan tatapan aneh. "Apa? Aku Cuma bertanya, sikapnya sangat aneh tahu, dari tadi Ia terus mencoba menusuk dengan jarinya" jelas Eideth. Zatharna semakin tidak mengerti dengan yang dikatakan Eideth seperti mendengar istilah asing, Eideth tidak mau menjelaskan lebih lanjut, "bisakah kita melanjutkan ini" pintanya.
[Pria itu menunjukkan ekspresi kebingungan, Ia sama sekali tak mengerti apa yang Halq katakan. "apa itu gay" tanya pria itu, "oh syukurlah kamu lurus, jujur saja penampilanmu tidak meyakinkan" Halq menunjuk pakaian pria itu yang terlihat mencurigakan. Ia memakai semacam pakaian ketat hitam seperti latex, dan Ia menunjuk wajahnya yang terlalu cantik untuk seorang pria.
"Oh, ini" tanya pria itu. Ia mulai mengeluarkan kekuatannya, udara disekitarnya bergetar. Kekuatannya memanifestasi sebuah baju zirah yang melayang mengelilingi tubuhnya, selesai terbentuk Ia mengeluarkan hempasan angin ke segala arah. Halq melihat wujud sempurna dari baju zirahnya itu mengingatkannya pada sesuatu, "Apa itu sebuah Battle Suit, gila, maaf Aku meragukanmu, itu benar-benar keren" puji Halq.
"Pujian takkan membuatku melupakan perbuatanmu sebelumnya manusia, jujurnya sihirmu tadi cukup sakit, Aku akan membunuhmu dengan cepat jadi jangan coba melawan" tegasnya selagi helm dari kekuatan magis menutupi wajahnya. Halq menyiapkan kuda-kudanya dan sedikit berkomentar, "bisakah kamu berhenti memakai kalimat Gay seperti itu" keluhnya.
Halq terus menembakkan [Fireball] pada pria itu, sambil menjaga jarak dengan [Misty Step]. Apostle itu dapat mengejarnya dengan mudah namun serangannya selalu terhalang oleh perisai tembus pandang. "Ini aneh, Aku yakin seranganku harusnya bisa menyampaimu, entah kenapa kekuatanku terhambat, apa ini karenamu" tanya Apostle itu membuka helmnya. Halq tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan menembak wajahnya dengan [Fireball] sebelum Ia selesai bicara.
"Bisakah kamu hentikan itu" teriaknya murka. Ia mengenakan kembali helmnya, mengangkat tangannya dan memanggil puluhan anak buah. Itu adalah monster yang Ia lihat sebelumnya, kawanan monster dengan tangan pedang, dan beberapa makhluk aneh seperti centaur. Melihat itu, Halq menggunakan [Misty Step] untuk keluar dari kepungan, melihat posisinya sudah sesuai, Halq merapal mantranya. [Chain Lightning] petir menyambar pada salah satu monster kemudian menyebar ke segala arah, ikut menyambar monster lain disekitarnya, petir itu membentuk seperti akar di udara menyambar semua makhluk didekatnya.
Apostle itu juga terkena sambaran petir, Ia tampak menerima dampak yang besar darinya. Semua keroco yang Ia panggil langsung musnah, dan hilang menjadi debu. Halq dengan kegugupannya, menembakkan [Fireball] sekali lagi padanya memastikan Ia benar-benar tumbang. Setelah menerima bola api kesekian kalinya, Ia benar-benar marah. "Cukup" Ia bangun dan membentuk sebuah tombak dengan kekuatannya, melemparkannya pada Halq.
[Shield], Halq mencoba menahan tombak itu namun tombak itu menembusnya dengan mudah. Ia tertusuk dan terhempas di dinding, tombak itu menembus tubuhnya dan menggantungnya disana. "Ugh… Kamu benar-benar menusukku, sudah ku duga kamu Gay" walau sudah memuntahkan darah, Halq masih saja memancing amarah Apostle itu. Ia muncul didepan wajahnya seketika dan membungkam Halq dengan tangannya. "Tutup mulutmu, Aku tidak tahu apa itu Gay, tapi mendengarnya membuatku kesal" geramnya.
Ia memegang tombaknya dan menusuk Halq lebih dalam, "Ugh…" Halq menahan sakit itu, tanpa mengeluarkan jeritan. Kemudian Apostle itu mencabut tombaknya dari dinding dengan Halq masih tersangkut padanya. Ia melempar Halq ke seberang ruangan dengan begitu mudah, Halq terhantam ke tembok pada punggungnya.
Ia terjatuh dan segera memulihkan diri walau seluruh tubuhnya kesakitan, Ia mengambil botol ramuannya dari sakunya dan menyiramnya pada luka di dadanya. "Agh…" rasanya seperti dagingnya melepuh untuk menutupi luka tanda ramuannya bekerja, Ia juga menyiramnya pada luka di punggungnya, menerima rasa sakit itu untuk kedua kali.
Halq menggunakan seluruh tenaganya untuk berdiri dengan tongkatnya. Ia melihat Apostle itu sudah tidak bermain-main lagi, tapi begitu juga dengan Halq. Halq merapal sebuah Mantra, "jatuhlah, [Reverse Gravity]" ujarnya.
Apostle itu tak sempat menhindar dan terkena mantra Halq, gravitasi seperti terbalik dan Ia terjatuh ke atas mengarah tepat ke kristal raksasa yang berada diatasnya. Halq baru saja menyadari langit-langit itu sangat tinggi, bola kristal itu terlihat besar ternyata begitu jauh, seperti ruang terdistorsi diatas sana.
Terdengar hantaman keras begitu Ia menghantam kristal itu, suaranya begitu keras seperti ledakan, Halq menyadari kenapa kristal itu terlihat aneh, terdapat kekuatan aneh yang mendistorsi ruang disana, Ia penasaran apa itu ulah dari Apostle itu yang membuatnya disana. Halq penasaran seberapa banyak kerusakan yang diterima Apostle itu, "jika Ia terjatuh selama 59 detik, di kali dengan percepatan gravitasi. Maka jaraknya adalah… di kali, eh bukan seperti itu, maksimal kerusakan yang Ia terima dari jatuh adalah 20d6, uh… pasti itu sakit" ujarnya.]
Eideth meminta Zatharna untuk menggulir dua puluh dadu enam sisi bersamaan. "Apa, itu banyak sekali" walau ragu-ragu, Ia membentuk semua dadu dengan kekuatannya dan melemparnya. "Berapa hasilnya" tanya Eideth penasaran, "Delapan puluh kerusakan" jawabnya. Eideth membuat wajah kasihan melihat kerusakan sebesar itu, tapi itu belum selesai.
[Tepat setelah sihirnya habis, gravitasi kembali seperti biasa, Apostle itu terlihat jatuh kembali namun kali ini lebih buruk. Kristal yang Ia hantam saat jatuh telah goyang dari posisinya dan sekarang ikut jatuh bersamanya. Walau ruang terdistorsi, Halq bisa melihat dengan jelas bahwa kristal raksasa itu jatuh. Ia segera berlari ke pinggir bersiap untuk hantaman.
Hampir satu menit berlalu membuat Halq menjadi deg-degan. Tapi Ia tetap waspada, Halq menggunakan [Wall of Force] untuk melindungi dirinya. Sebuah kubah dari energi yang tak kasat mata, tak ada benda yang bisa masuk maupun keluar, pertahanan yang tidak bisa di tembus. Akhirnya hantaman tiba, Apostle tertindih kristal raksasa itu menghantam lantai dengan sangat keras. Dentumannya sangat keras, namun tak berhenti sampai disitu.
Layaknya meteor menghantam bangunan, Kristal itu jatuh sangat keras menembus lantai, jatuh ke lantai sebelumnya, dan terus begitu hingga lantai paling dasar. Halq melihat lubang di lantai, dan benar-benar kasihan kepada Apostle itu. Halq melompat turun dan menggunakan mantra [Feather Fall]. Seperti angin membawanya, Halq melayang turun dengan aman.
Halq melihat Apostle itu merangkak keluar kristal itu, zirah sihirnya telah hancur menyisakan baju ketatnya yang memiliki beberapa sobekan dimana-mana. Halq memutuskan untuk tidak berkomentar untuk yang satu ini. Ia menodongkan ujung tongkatnya pada Apostle itu, "Menyerahlah, Menara ini sudah hancur, kamu sudah kalah, Aku akan mengampunimu karena Aku juga belum mengeluarkan seluruh kemampuanku" ancamnya.
"Kamu membuat kesalahan besar manusia, Kristal ini adalah alat untuk menarik mana dari dunia ini, untuk memanggil dewaku, kamu pikir menaruhnya didasar adalah ide yang cemerlang bukan, akan kutunjukkan padamu" Apostle itu meninju kristal itu memasukkan tangannya ke dalamnya.
Halq merasakan tanah berguncang dengan keras seperti gempa, Ia menaikkan kewaspadaannya. Entah apa yang Apostle itu lakukan, kristal yang dihancurkannya mengeluarkan cahaya yang sangat menyilaukan, hampir membutakan Halq jika Ia tidak reflek menutup mata.
Begitu Halq membuka kembali matanya, baju zirah Apostle itu terbentuk kembali dan terlihat semakin kuat. Aura yang dikeluarkannya seakan merobek ruang membuat angin tertiup keluar darinya. Halq mencoba sebaik mungkin menguatkan dirinya agar tidak jatuh dan menutupi wajahnya dari debu yang berterbangan. "Selamat tinggal manusia" ujarnya sebelum Ia menghantam Halq dengan tinjuan bertubi-tubi. Serangannya menembus [Shield] milik Halq dengan begitu mudahnya.
Merasa Ia telah mengakhiri nyawa musuhnya, Apostle itu membalikkan punggungnya padanya. "Aku tidak bisa membiarkanmu melakukan itu" ujar Halq berbaring di tanah, terkejut lawannya masih hidup, Ia berbalik. Mendapati dirinya masih diposisi awal, Ia melakukan serangannya itu lagi tapi Halq menghindar. "[Chronal Shift] pernah dengar kemampuan itu" tanya Halq.
Apostle benar-benar tidak mengerti apa yang barusan terjadi, Ia yakin Ia melihat tubuh lawannya hancur oleh tinjunya. Halq mulai memancing emosi Apostle, Ia terus menjaga jarak dan menyerang menggunakan mantra miliknya, "Level 7, [Prismatic Spray]" Halq menembakkan delapan cahaya bagaikan pelangi ke Apostle itu. Halq berpikir untuk sekejap apakah itu buang-buang Spell Slot level tinggi, tapi entah kenapa Ia merasa dirinya akan beruntung.]
"Tolong gulir dadunya Eideth" pinta Zatharna, Eideth mengambil dadunya bersiap. [d8/8] Eideth menunggu Zatharna membaca deskripsi mantra itu di bukunya, "semburan prisma, delapan warna cahaya dengan efek sihir berbeda, gulir dadu delapan sisi untuk melihat efeknya, untuk angka 8, special, target terkena dua sinar, gulir ulang dua dadu delapan sisi".
Eideth menggulir kembali [d8/3/8], Ia melihat Zatharna yang tengah bingung harus membuat keputusan. "Gulir lagi untuk dadu yang delapan, biarkan dadu nomor 3 elemen petir itu", Zatharna memutuskan Eideth bisa mendapat tiga serangan dari satu mantra. Eideth menggeratkan giginya sedikit tanpa menunjukkannya dengan jelas, Ia menggulir kembali [d8/3/1/4].
Eideth sedikit merasa tidak enak menipu Zatharna seperti ini, guliran sebelumnya Ia coba sebaik mungkin agar menggulir angka terbesar, walau secara probablitas hampir tidak mungkin, Eideth punya tekniknya tersendiri. Ia takut jika Ia terus curang seperti ini, Zatharna tidak akan mempercayainya lagi. 'tapi selagi cuma kecil-kecil mungkin tidak apa' pikirnya dalam hati.
Eideth tidak bisa membohongi dirinya yang mencoba memaksimalkan permainan seperti ini, walau Ia berniat untuk membuat permainan yang santai untuk GM pemula seperti Zatharna, siapa yang tidak akan mengambil kesempatan dari orang yang polos. Eideth tahu dalam hati Ia merasa bersalah, tapi tak penting apa perasaannya, itu takkan mengganggu pemikirannya.
Zatharna mulai menghitung kerusakan yang diterima oleh Apostle itu, "mari kita lihat, dua dari tiga guliran berhasil, kerusakan dari racun dan api dikurangi setengah, jadi totalnya, 70 kerusakan (18+14+38)." Selesai menghitung, Zatharna lanjut menjelaskan bagaimana Apostle itu terkena serangan Halq.
[Halq berkata, "biarlah ada terang" dan menembakkan cahaya bagai pelangi dari tangannya. Sihir aneh menyerang Apostle itu, Ia merasa tak bisa menangkap bagaimana semua itu terjadi, tubuhnya bagai tersambar petir, terbakar, dan meleleh karena cairan asam. Sihir itu sangat tidak masuk akal pikirnya.
Akhirnya Apostle itu jatuh ketanah, butuh delapan [Fireball] dan sebuah [Prismatic Spray] untuk membuatnya tumbang di fase tiga. Melihat lawannya masih hidup, Halq memutuskan untuk tak menunda ini lebih lama. Ia merapal [Hold Person] pada Apostle itu, menahan tubuhnya agar Ia tidak bisa bergerak lagi. Karena ancamannya sudah dinetralkan, Halq memakai mantra terkuat yang Ia miliki.
"[Wish], Aku berharap menara ini menghilang seperti tak pernah muncul dari awal untuk selamanya" ujarnya. Apostle itu melihat Halq bertingkah seperti orang gila, tapi melihat kekuatan anehnya dari pertarungannya, Ia mencoba sebaik mungkin untuk kehilangan akalnya jikalau sesuatu terjadi.
Seluruh menara itu menara itu mulai memancarkan cahaya… maaf, seluruh reruntuhan menara itu memancarkan cahaya. Perlahan dengan angin yang bertiup, reruntuhan menara itu hancur menjadi pecahan cahaya dan terbang ke angkasa. Itu adalah fenomena yang tidak disangka-sangka, itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Tidak ada logika di dunia itu yang bisa dipakai untuk mencerna apa yang terjadi.
"Heh… itu cukup keren" puji Halq pada dirinya sendiri. Melihat Menara telah hilang seluruhnya, monster aneh yang keluar darinya juga ikut menghilang. Penghuni hutan yang mengawasi dari jauh bersorak gembira begitu Halq menyadari kehadiran mereka dan melambai dari jauh. "Kita Menang, Hutan Kita Terselamatkan" penghuni hutan berlarian bergerombol mendekati pahlawan mereka.]