Beberapa hari sebelumnya tak terjadi begitu banyak kejadian, Eideth senang semuanya cukup tenang hingga saat itu. Eideth dan Vista akan melanjutkan perjalanan seperti biasa, dan mereka akan berhenti dari waktu ke waktu untuk beristirahat dan berlatih. Eideth menggunakan Manascope miliknya untuk mencari tempat yang terbaik untuk latihan, sementara Vista mencari makanan untuk dimakan.
Vista kembali membawa kembali buruannya sementara Eideth menyiapkan api untuk memasak. "Aku hanya mendapat dua kelinci ini dan buah beri yang kutemukan, Aku sudah memperhatikan mereka terlebih dahulu, seperti yang kamu ajarkan, ini aman" Vista sudah mempersiapkan balasan sebelum Eideth mengatakan apapun yang tidak enak kepadanya, sepertinya ini bukan kali pertamanya menghadapi itu.
Meskipun begitu Eideth masih tidak yakin, Vista yang kesal memakan beri itu lebih dulu memastikannya tidak beracun, "jangan begitu paranoid bisa kan" ujar Vista sambil mengunyah. "Kata orang yang berniat mencekik leherku saat Aku tidur" balas Eideth. Vista tidak benar-benar melakukan itu, tapi Eideth bisa merasakan niat itu darinya setiap malam.
Selesai makan, kini giliran Vista membersihkan piring, dan selesai menyimpan semua dalam tas Eideth, Ia menyadari sesuatu. "Hey Eideth…", "ya", "kenapa masih banyak sekali makanan dalam tas ini, kenapa kita tidak pernah memakan ini, kenapa Aku terus yang mencari makanan kalau kita punya makanan sebanyak ini" keluh Vista sambil menunjukkan barang bukti.
"Em… kau tahu… itu untuk keadaan darurat, Aku hanya ingin kita berhemat kau tahu, bukannya Aku seorang pengepul atau semacamnya" Eideth memainkan jarinya dan menoleh ke tempat lain. Eideth punya kebiasaan pengepul yang tidak bisa Ia hentikan, Ia mengakuinya sepenuh hati. Kebiasaan itu sulit hilang walau Ia menjalani kehidupan ketiga. Eideth berjanji Ia akan memakainya saat perlu, katanya.
"Jadi… latihan apa kita hari ini" tanya Vista, "sejujurnya Aku tidak tahu, tidak sepertimu, Aku masih belum bisa merasakan Mana dengan jelas, bisakah Kamu berlatih sendiri dulu untuk hari ini" Eideth merasakan ketertinggalan, apa lagi Talentnya sedikit bermasalah karena Zatharna mengabaikannya. "Baiklah, Aku akan meninggalkanmu sendirian" ujarnya sebelum pergi.
"Akhirnya dia pergi, Zatharna bisa kita bicara sekarang" tanya Eideth. [Zatharna mengatakan mereka bisa bicara secara langsung sekarang] jawabnya. Eideth mulai melakukan ritual aneh itu, bermeditasi dan membiarkan pikirannya melayang.
…
"Hey, Aku kembali… lama tak jumpa Zathar –na …" Eideth melihat ruangan itu semakin ramai, tiga kali lipat dari sebelumnya. Empat orang telah duduk di meja itu, termasuk Zatharna. Ada kursi kelima yang disediakan olehnya, tapi Eideth sangat tidak menyukai ini.
"Eideth tolong duduk sebentar" minta Zatharna. Eideth sangat tidak nyaman dengan orang baru ini, Ia sudah mendapat firasat tidak enak saat Zatharna meminta bertemu seperti ini. Eideth duduk dan membuka pembicaraan, "jadi… kamu ingin memperkenalkan teman-temanmu" tanya Eideth.
"Iya, semuanya, ini Eideth, Ia adalah pemilik Manifestasi Talent ini. Eideth, ini saudari-saudari dan seorang… teman" Zatharna sedikit canggung entah karena alasan apa. Seorang Dewi berpakaian putih dengan rambut bercahaya emas.
"Halo Eideth, Aku Fawn, Dewi Keteraturan, Aku mendengar banyak tentangmu dari Kakak" Fawn memperkenalkan dirinya, "Kamu Dewi Fawn, berarti kamu…" Eideth seperti mengingat sesuatu. Saudari yang lain kemudian memperkenalkan dirinya, "Hi, Aku Ryx *(Riks), Dewi Kekacauan salam kenal" sapanya dengan ramah. "Bukannya kalian berdua, Dewi Pengadilan" ucap Eideth.
*itu cara membacanya ya, untuk alasannya masih ada kejutan.
"Itu benar, tugas utama kami adalah seorang Pengadil, namun disini kami bertindak sebagai keduanya" ujar Fawn. "Itu benar, kami tahu apa yang kamu lakukan "Pemain" nakal" balas Ryx.
"Apa maksud kalian, Aku tidak mengerti" Eideth coba mengelak. "Kami akan membiarkan yang satu itu, tapi sekarang saatnya kita membuat peraturan, tidakkah kau pikir begitu" ujar Fawn.
"Tunggu, bagaimana dengan dia, Dia masih belum memperkenalkan diri" kata Eideth menunjuk orang baru ketiga yang Ia lihat disitu. [Salam Kenal Eideth, Aku Deith, Aku seorang Quasi-deity] Deith berbicara menggunakan pesan. Eideth segera berdiri dari kursinya setelah membaca pesan itu, "SEMUANYA, MENJAUH DARI DEITH SEKARANG" teriaknya. Eideth langsung memperingatkan semua orang karena "quasi-deity" adalah istilah dari TTRPG, yang berarti Deith adalah makhluk dunia lain.
Mereka tampak tak bergeming dengan teriakan itu, "apa kalian tak mengerti dia itu—", "dia berasal dari dunia lain, kami tahu, dia sudah menjelaskannya lebih dulu sebelum kamu datang, Aku berjanji dia bukanlah musuh, jadi duduklah Eideth" potong Zatharna.
"Kamu pasti bercanda denganku, kalian …, bagaimana kalian bisa percaya dengannya begitu mudah, kita bahkan tidak tau dia berasal dari mana" Eideth masih bersikukuh. [Eideth, beri Aku kesempatan untuk menjelaskan, tolong] tulis Deith.
Eideth duduk dibangkunya, tanpa menurunkan kewaspadaannya. [Terima kasih, ehem, memang benar Aku dari dunia lain, posisi itu Aku dapat karena Aku memenuhi kriteria dari dalam buku panduan pemain yang kamu berikan pada Zatharna, Aku hanya tidak memiliki pengikut itu saja] jelas Deith dengan singkat, "jadi kamu seorang Vestige begitu" Eideth mengucapkan istilah baru lagi yang mereka tidak mengerti.
[Asal usulku tidak penting, jadi kita bisa mengabaikannya saja, yang penting Aku hanya seorang tamu disini] tulisnya. Eideth masih tidak bisa menerima itu, tapi untuk saat ini yang bisa Ia lakukan hanyalah mengawasi Deith dengan hati-hati.
"Baiklah, karena semuanya sudah mengenal satu sama lain, bagaimana kalau kita mulai kegiatan kita saat ini dengan mengevaluasi apa saja yang sudah terjadi hingga sekarang" ajak Fawn.
Seperti permintaan Fawn, Zatharna membacakan catatannya mengenai perjalanan mereka hingga saat ini. Fawn memperhatikannya dengan serius, sedangkan Ryx tampak bersenang-senang mendengar kejadian-kejadian tak terduga. Eideth sedikit menggertakkan giginya karena suatu hal, tapi Ia mencoba tetap santai.
"Jadi itu yang sudah terjadi … apa kamu baik-baik saja Kak" tanya Fawn, "tenang saja, Aku baik-baik saja" jawab Zatharna. Eideth bingung respon Fawn itu, "ada apa, apa ada masalah" tanya Eideth. "Tidak ada apa-apa" Zatharna meyakinkan, "apa yang maksud Kakak tidak apa-apa, Kakak tahu benar apa yang kakak lakukan, Kakak ikut campur urusan duniawi, Kakak tahu jelas konsekuensinya, kenapa Kakak tetap lakukan" Fawn memarahi Zatharna.
Eideth masih tidak mengerti jadi Ryx bantu menjelaskan, "dengar Eideth, kami, ketiga Dewi, tidak bisa ikut campur dengan tatanan dunia seperti yang kami lakukan dulu, melanggar peraturan itu akan membuat kami ditimpa konsekuensi atas kekuatan kami" jelasnya singkat. "Jadi maksudmu, karena Zatharna ikut campur lewat Talentku, Ia melukai dirinya sendiri" Eideth menyimpulkan.
"Tidak Eideth, itu tidak benar, Aku benar baik-baik saja, tolong dengarkan Aku dulu kalian semua" Zatharna mencoba menjelaskan, "um … bisakah kamu memberiku waktu sebentar" Eideth mengundurkan diri dari sana. Zatharna melihat raut wajah Eideth, tak bisa memaksanya untuk tetap tinggal dan mencoba menjelaskan situasi ini dengan saudarinya terlebih dahulu.
Eideth menjauh dari sana dan melepas nafas berat, kini Eideth menemukan beberapa jawaban dari pertanyaannya yang Ia simpan dalam hati. Ia mengatur pikirannya terlebih dahulu dan mengingat percakapannya dengan Zatharna saat pertama kali bertemu.
"Zatharna, kenapa kamu memakai wujud itu" tanya Eideth. "Huh … wujud ini, oh … Aku mengerti, Eideth, wujudku saat ini pasti seseorang yang kamu kenal di masa lalu bukan" Zatharna memastikan.
"Wujud asli kami tidak bisa di komprehensi pikiran makhluk fana, jadi pikiranmu memberi kami wujud sesuai pemikiranmu tentang kami, apa "tokoh" diriku ini orang yang spesial untukmu" tanya Zatharna, "bisa dibilang begitu" jawabnya singkat. Zatharna menggunakan penampilan dari orang yang Ia kenal di dunia kedua, Ia seorang Wanita rupawan yang sangat ramah namun memiliki pemikiran pendek, Ia mudah sekali bingung tapi bisa sangat serius tentang sesuatu.
Wujud yang Zatharna pakai adalah salah seorang yang tak bisa Ia selamatkan, salah satu penyesalan yang Ia pendam dan masih membakar hatinya hingga saat ini. "Kenapa lagi lagi Aku menyusahkanmu" Eideth benar-benar mendapat pukulan berat. Perasaan bersalah itu naik lagi ke permukaan, dan ditambah Ia melakukan kesalahan yang sama diatasnya. "Kenapa Aku tidak tahu … lagi dan lagi, kenapa …" Ia mulai menyalahkan dirinya.
Deith datang menghampiri Eideth dan mencoba menenangkannya. "Apa yang kamu mau, tidak usah mengasihaniku, kamu tidak tahu apa-apa" Eideth mengusir tangan Deith di pundaknya. [Aku mengerti, Aku sepenuhnya mengerti perasaanmu karena Aku juga pernah merasakannya, Zatharna bilang jangan menyalahkan dirimu dan tolong dengarkan penjelasannya] tulis Deith lewat layar itu.
Eideth melihat Deith yang ditutupi bayangan hitam, mencoba menatap matanya, merasa simpati yang tulus darinya. Itu adalah perasaan yang sedikit menenangkan, yang tidak Ia sangka datang dari orang yang Ia tidak sukai. [Jika kamu sudah lebih baik, ayo kita kembali] ajak Deith.
"Deith, tunggu," Eideth menarik Deith dan membawanya semakin menjauhi yang lain, "apa niatmu berada disini," Eideth menatapnya dengan raut wajah paling tegas yang pernah Ia buat.
[Apa kamu sangat membenciku seperti itu] tulis Deith. "Jangan bicara memakai layar itu, keluarkan suaramu" bentaknya. Mereka berdua senyap tak bersuara, Eideth jadi merasa sedikit bersalah memaksakan permintaannya.
"Sudahlah … intinya, apa kamu punya niat jahat, dan bisakah Aku mempercayaimu" Eideth menlanjutkan. [Aku tahu Kamu tidak bisa menerima kata-kataku untuk percaya denganku, bukan?] Deith berasumsi, Eideth tidak membantahnya karena itu benar. [Bagaimana jika kita buat kesepakatan] tawar Deith. Ini terlihat mencurigakan bagi Eideth tapi Ia tak dapat menahan dirinya untuk mendengar tawaran tersebut.
"Katakan, apa yang bisa kamu lakukan untuk mendapat kepercayaanku" tantang Eideth, tersenyum mendengar itu, Deith membuat sebuah penawaran yang hampir tidak masuk akal dengan percaya diri. "Kau … apa?" Tanya Eideth balik, tak percaya apa yang didengarnya.
…
Mereka berdua kembali bergabung dengan yang lain, sepertinya mereka selesai menyelesaikan masalah di sisi mereka masing-masing. "Ehem … Aku dan Ryx setuju kalau kalian membutuhkan peraturan agar tidak ada seorangpun yang akan tersakiti dengan apapun yang lakukan disini, tidak ada keluhan" tanya Fawn, Eideth dan Zatharna mengangguk setuju.
"Baiklah, ayo kita mulai dengan membaca buku ini" merekapun berdiskusi. Membaca buku panduan itu perlahan-lahan dan membuat catatan jika mereka perlu. Situasi ini adalah salah satu hal yang Ia takutkan, tapi tidak lagi karena Ia sudah mempunyai garansi.
Eideth tahu dengan baik permainan seperti apa TTRPG itu, sebuah permainan untuk semua orang tidak bisa terus Ia simpan sendiri. Menghadapinya dengan terus terang seperti ini, lebih meyakinkan daripada mencoba sembunyi-sembunyi terus menerus. Mereka mulai mendiskusikan pandangan mereka tentang Talent milik Eideth ini. Dan Eideth dapat belajar lebih banyak.
"Eideth, kamu tau kalau Talent milikmu ini bukan sepenuhnya kekuatan Artleya bukan" tanya Fawn, "apa yang membuatmu berkata begitu" Eideth serius bertanya karena Ia benar-benar tidak tahu. Ryx pun ikut campur dan menjelaskan,
"begini Eideth, kami akan jujur saja, Kamu tidak seharusnya memiliki Talent, Aku yakin kamu sudah belajar sedikit tentang sejarah Artleya bukan," Ia mengangguk, "Kami lah yang menganuhgerahi semua orang dengan Talent, mau sekecil apapun itu, tapi Kami tidak pernah berniat memberimu apapun, karena kami menyadari kontrak yang kamu punya saat datang ke dunia ini."
Eideth tertegun, pembicaraan ini lebih dalam dari yang Ia perkirakan. Ryx melanjutkan, "namun saat kontrakmu aktif, Kami merasakannya, pengaruh dunia lain, dewa lain yang lebih kuat, tak peduli sekuat apapun seorang dewa, Kami tidak bisa ikut campur dengan urusan makhluk fana, bahkan terikat pengaturan yang mengekang, tapi dewa itu dengan mudah menerobos" jelasnya. "Apa masalahnya separah itu, kenapa rasanya seperti Aku tidak boleh memiliki sihir" tanya Eideth balik.
"itu adalah kejadian yang mengejutkan, bahkan Aku sebagai Dewi Takdir yang dapat melihat garis takdir setiap makhluk di Artleya, termasuk dirimu pada saat itu, Aku tidak bisa melihat apapun lagi setelah kamu mendapat Talent milikmu" jelas Zatharna. Eideth tidak menyangka keadaannya separah itu. "Untuk itulah kami membuat rencana cadangan saat itu juga" lanjut Zatharna.
"Ehem, maksudmu", "Kamu pasti menyadari Talent milikmu tidak termasuk dalam jenis-jenis Talent di dunia ini—", "karena itu kami memberi individu-individu lain Talent yang serupa, jenis Talent baru yang memenuhi tiga jenis kriteria" potong Ryx.
"Tunggu, kamu bilang, kamu membuat Talent lain… karena Aku… Itu sama sekali tidak adil" bentak Eideth, "Aku hidup selama ini, dengan pengekang di tubuhku karena Aku tidak punya sihir, berlatih teknik sihir tanpa bisa merasakan Mana, 18 tahun Aku hidup meragukan diri sendiri, dan kalian mempersiapkan sesuatu untuk membunuhku—", "itu tidak benar, Kami membuat itu untuk menyeimbangkan dunia ini, Kami tidak berniat mempengaruhi kehidupanmu bagaimanapun itu, Kami berjanji" sela Fawn.
Eideth menyilangkan tangannya dan duduk mendengarkan penjelasan dewi-dewi itu sampai selesai. "jujur Kami tak bisa beralasan, Zatharna memberitahu kekhawatirannya pada kami, Ia tak bisa melihat garis takdirmu di dunia ini, di penglihatannya, kamu adalah bayangan samar yang memutus pengheliatan masa depan Zatharna, kami tidak bisa tidak membuat persiapan karena dirimu" sambung Ryx
"Tapi garis takdir tidak berubah, semua yang sudah kami rencanakan tetap berjalan sesuai ramalan kami, karena itulah Kami tidak bertindak lebih lanjut" tambah Zatharna mencoba meyakinkan Eideth. Mereka bertiga melihat Eideth dengan padangan serius.
"Tidak apa, Aku tidak marah … hanya kesal, Aku tidak akan memendam ini dalam hati, kalian tidak perlu khawatir" balas Eideth, Ia tidak menyangka mereka bertiga sangat berhati-hati disekitarnya. Nafas lega terlepas dari dada mereka, tapi cerita masih bersambung.
"Karena itulah Aku sangat senang ketika mendapat ajakan menjadi GM dari Talent milikmu, dan hasilnya lebih dari yang kuduga, Kami bisa turun tangan dengan urusan duniawi lewat dirimu, sebuah penemuan yang tidak terduga" Zatharna mengatakan itu dengan antusias, seperti akan melakukannya lagi.
"Kakak, bukannya kita sudah setuju–", "ayolah Fawn, kalau bertiga kita bisa melakukannya" ajak Zatharna, "apa maksud kakak … Ryx, kamu juga" Ryx segera merangkul tangan Zatharna bergabung di sisinya. Fawn tidak percaya dengan semua ini, tapi Ia juga tidak bisa membiarkan kedua saudarinya melakukannya sendirian, "baiklah Aku ikut" kata Fawn. Eideth segera mendapat notifikasi tersebut.
[Zatharna, GM saat ini, mengundang Fawn dan Ryx menjadi asisten GM, apakah pemain menerima perubahan ini
Y/N]
Pilihan sekarang di tangan Eideth, dan Ia tak dengan mudah menerimanya begitu saja, "apa keuntungannya untukku" Eideth membuat sebuah poin penting. "Seperti yang kalian tahu, Talent-ku ini adalah permainan dua sisi, Aku sebagai pemain, dan Zatharna sebagai GM, bukankah tidak adil jika Aku sendirian menghadapi kalian bertiga" jelasnya.
"Jadi, apa yang kamu sarankan, kamu ingin menambah pemain" tanya Zatharna, "tidak, pemain lain tidak dibutuhkan, ini Talent milikku ingat, Aku punya saran lain, Aku ingin sebagian otoritas GM, jadi Aku bisa ikut memberi pendapat, bagaimana, kalian setuju" usulnya.
"Bukankah tidak adil jadinya, jika Kamu seorang pemain ikut menjadi GM" Fawn membuat argument yang adil. Eideth merenung sebentar di tempat memikirkan balasan yang akan Ia buat, agak diluar karakternya untuknya bersikap seperti itu, tapi Eideth sudah berjanji untuk menjadi dirinya sendiri, pengalaman yang Ia punya sudah mengajarinya untuk berubah.
"Ini bukanlah usulan belaka, ini adalah caraku menilai kalian …" ujar Eideth dengan dingin. Mereka terkejut melihat perubahan sikap itu, "kenapa kalian kaget, kalian juga sudah mengatakannya sendiri, kalian waspada dengan sikapku, bukan? Itu tidak salah, secara tidak langsung Aku tidak berkewajiban untuk mengikuti kontrak ini, yang perlu kulakukan tinggal membunuh diriku untuk melepas diri dari kontrak" katanya terang-terangan.
Mereka tidak bisa berkomentar tentang itu dan hanya terdiam, "salah satu keinginanku tetap melanjutkan hidup ini karena Aku ingin bersantai dan menikmati hidup, melihat cara Talent-ku bekerja, kalian akan jadi permasalahan besar, dan alasan terakhir Aku masih disini karena kita adalah teman, Aku akan menunjukkan rahasia terakhir" Eideth menunjukkan sesuatu yang tidak terduga.
[Anda ingin keluar dari permainan? Anda tidak akan bisa kembali.
Y/N]
Semuanya terkejut dengan penemuan Eideth itu, "ini adalah tombol keluar, ada kemungkinan Aku akan kehilangan Talent milikku, tapi apa peduliku, Aku masih bisa melatih Teknik sihir, jadi apa pendapat kalian" tanya Eideth.
Mereka bertiga tampak memikirkan dengan dalam jawaban mereka, "Aku hanya ingin bilang sebelumnya, kalian tidak perlu waspada tentangku, Aku punya alasan bersikap seperti ini, tapi Aku benar-benar serius tentang kehidupan kali ini, Aku tidak bisa meminta apapun kecuali kalian percaya padaku" Eideth mengucapkan itu tulus dari dalam hatinya.
Mereka memikirkannya cukup lama, namun mereka tetap memberi jawaban. "Baiklah kami setuju" jawab Zatharna. Eideth menghela nafas lega dan bersandar ke kursinya, Ia menutup wajahnya menyembunyikan ekspresi senangnya. Tak berapa lama Eideth bangun dan berterima kasih pada mereka, "terima kasih semuanya, Aku sungguh sungguh berterima kasih, sebagai balasan, dan juga karena Aku memaksa kalian, Aku akan menceritakan kisahku, alasanku bersikap seperti ini" ucapnya.
Eideth lanjut menceritakan kisahnya, kenapa Ia datang ke dunia ini, walau membuang bagian-bagian yang sedikit pribadi. Mereka mendengar cerita itu merasa simpati padanya, Eideth bisa melihat itu pada mata Zatharna, pandangan matanya mengungkap dengan jelas apa yang Ia ingin lakukan.
"Eideth—", "tidak, tidak usah, Aku tidak akan memaksa kalian menceritakan kisah kalian, kita bisa bicarakan itu lain kali, siapa tahu kalian bisa menambahkannya pada petualangan lain" Eideth memotong Zatharna secepat yang Ia bisa. "Ayo kita mulai buat peraturan saja ya" ajaknya.
Mereka semua duduk, berkumpul bersama di meja itu, [bolehkah Aku ikut] tanya Deith. Ketiga saudari itu melihat Eideth, menunggu persetujuannya. "Ayolah" Eideth mengangguk. Deith mengambil kursi tepat di sebelah Eideth membuat mereka sedikit canggung dan takut Eideth emosi. "Ayo kita mulai" ajak Eideth kembali, Ia seketika sangat koordinatif, berubah kembali ke sikapnya yang biasa.
Zatharna merasa aneh tapi sedikit lega semuanya berjalan baik-baik saja, melihat semuanya berkumpul disekitarnya berinteraksi, membuatnya senang Ia punya teman-teman dan domainnya menjadi lebih ramai.
…
Setelah membaca buku itu bersama-sama, selama … yang terasa seperti satu hari penuh. Mereka akhirnya selesai membuat kumpulan aturan khusus untuk sesi permainan Eideth. Selesai dengan semuanya, Eideth masih ingin mengulas peraturan itu satu kali lagi.
[Fundamental Policy V. 1.01
[Pemain] dan [Game Master] harus mengikuti peraturan-peraturan berikut;
1. Talent hanya dapat diaktifkan jika Pemain mendapat Mana, layaknya persyaratan Talent pada umumnya,
2. Peraturan berkaitan dengan Talent akan diberlakukan bersamaan dengan peraturan sihir Artleya,
3. [Pemain] harus mengikuti peraturan permainan yang ditetapkan [Game Master]
Berikut peraturan permainan;
… ]
Karena Talent adalah jenis sihir spesial yang dimiliki individu tertentu, tak terbantah peraturan sihir Artleya berlaku secara otomatis. Terlihat kontrak itu lebih memihak [Game Master], tapi tidak melupakan fakta bahwa Eideth adalah wakil GM seperti dewi-dewi yang lain, itu adalah pilihan terbaik.
Tapi Ia segera menemukan calon masalah, Eideth melihat ada 4 GM yang bertugas mengatur permainan, jika terjadi sebuah pemilihan, kemungkinan besar akan terjadi pemilihan suara yang seri. Tidak baik membiarkan jalan buntu itu terbuka di masa depan, Eideth menyarankan hal yang lebih mengagetkan kembali.
"Deith, apa Kamu ingin jadi Game Master juga" ajak Eideth, para Dewi sontak terkejut, Eideth yang sebelumnya jelas-jelas tidak suka kepada Deith, menawarkannya semudah itu. "Jujur saja Aku tertarik, jika kalian –" Deith melihat kearah saudari-saudari itu–, "tidak keberatan, apa tidak apa kalau Aku ikut bergabung".
"Tentu saja, senang kamu bisa bergabung dengan kami" ketiga saudari itu jelas tau ada sesuatu yang mencurigakan yang sedang terjadi, tapi mereka tak punya bukti. Dengan begitu, Deith berhasil masuk dalam lingkaran pergaulan baru dengan sah.
"Karena kalian semua sudah paham dengan peraturan dasar, sekarang saatnya kita membuat kesepakatan antar Pemain dan GM, jika kalian mempersilahkanku," Eideth memindahkan kursinya ke satu sisi menghadap GM, "ayo kita mulai dengan 3 kesepakatan sederhana saja" usulnya.
Ini adalah kesempatan yang Eideth tunggu, bagian perancangan peraturan yang sesungguhnya, Ia tidak bisa langsung memaksa membuatnya karena Ia harus memastikan calon GM nya paham dengan peraturan-peraturan itu terlebih dahulu. Menjadi GM TTRPG adalah tugas paling berat dan tersulit, posisi mereka sebagai; juri, pencerita, dan dewa dalam permainan, adalah alasan mengapa sedikit orang yang bisa menjadi GM yang baik.
Eideth menggertakkan giginya, berharap rencananya berjalan dengan lancar, karena kalau tidak, Eideth menghela nafasnya selagi membayangkan semua hal buruk yang dapat terjadi, "ini tidak akan berjalan baik" ujarnya sedikit khawatir.