Eideth kini berada dalam situasi yang membingungkan, Ia duduk berhadap-hadapan dengan 3 wanita yang memakai rupa kenalannya, dan sosok dengan bayangan hitam. Ini tidak terlihat bagus untuk Eideth, apalagi Ia tidak bisa melihat GM nya dengan serius.
Kakak tertua, Zatharna, Dewi takdir, memiliki sosok Wanita muda yang gemar memakai ekspresi ramah, karakternya yang mudah bingung ditutupi wajahnya yang cantik.
Saudari (kedua?), Fawn, Dewi Keteraturan, memakai wujud kenalan Eideth, Guru dari Penyihir yang berkontrak dengannya di kehidupan kedua. Sikapnya yang tegas, memiliki mata tajam, dan menatap balik padanya dengan serius, bersiap membalas apapun yang akan Ia katakan.
Saudari (ketiga?), Ryx, Dewi Kekacauan, memakai wujud milik Saudari dari Penyihir yang sama, Eideth tidak membantah, sikap saudari Penyihir itu yang kekanak-kanakan dan sulit ditebak, mungkin alasan Ryx mendapat wujud itu.
Itu seperti reuni dengan kenalan lama, tapi melebih menegangkan dan canggung untuk Eideth sendiri, Zatharna dan saudarinya tak merasakan itu. Posisinya benar-benar tidak menguntungkan, tapi Eideth tetap tersenyum menantang kemungkinan yang akan terjadi. "Yang terburuk yang bisa mereka katakan adalah tidak, bukan itu sih, nanti Aku di counter" Eideth mau mengutip sesuatu tapi segera tersadar kembali.
Inilah peraturan yang Eideth buat untuk kesepakatan kali ini; akan ada 3 kesepakatan antara Pemain dan GM, permintaan akan disebutkan satu per satu, dan sisi lain berhak memikirkan bahkan menolak usulan tersebut, jika permintaan dari satu sisi langsung diterima, sisi lawan berhak membuat permintaan tanpa dibantah.
Terdengar sederhana, namun bagian ketiga adalah kontroversinya. Jika permintaanmu langsung disetujui, kamu harus menerima balasan mereka, yang bisa saja menentang atau lawan dari permintaan sebelumnya, atau permintaan Pemain atau GM direbut lebih dulu, begitu pula sebaliknya. Ini adalah perang dingin, pikir Eideth menelan ludahnya.
Eideth mulai terlebih dulu karena Pemain mendapat giliran pertama. "Aku meminta, agar Pemain tidak dipaksakan untuk menyelesaikan Quest yang diberikan GM, dan akan mengerjakannya semampu yang Pemain bisa" usul pertamanya. Eideth menunggu respon dari GM dan mereka menerimanya tanpa pikir panjang.
Sesuai peraturan, kini giliran GM membuat usulan dan Pemain tidak boleh menolak karena usulan Pemain tidak dibantah. "Giliran kalian" Eideth mempersilahkan, "ehem, kalau begitu, Kami meminta, Pemain untuk tidak mencurangi peraturan yang akan diberlakukan, jika Pemain menemukan celah dalam peraturan, maka GM meminta waktu untuk mendiskusikannya" usul Zatharna.
Itu adalah usulan yang bagus pikir Eideth, Ia tidak menyangka mereka memikirkannya begitu cepat. "Kamu boleh berikan usulanmu lagi, Aku ingin dengar" Eideth mengalah.
"Oh sungguh, kalau begitu Kami meminta agar sistem level diganti dengan sistem XP" usul Fawn, Eideth terkejut bukan kepalang, terlihat dari pandangan matanya. Eideth mencoba menahan amarahnya dan mengepalkan tinjunya. "coba pikirkan, bukankah sistem ini membuat perkembangan Pemain jadi lebih adil" Fawn menambahkan.
Eideth coba memikirkan jawaban yang baik, sambil memikirkan perasaan lawan bicaranya. "Aku akan menyanggah, menurutku sistem itu tidak baik dengan sesi permainan ini, pertama Aku, sebagai Pemain, harus membunuh untuk mendapat XP, apa kamu tahu pintu apa yang terbuka untuk Pemain … Pemain dapat membunuh tanpa memikirkan konsekuensi" jelasnya.
Fawn langsung menyadari kesalahannya, Ia memasang wajah malu pada dirinya sendiri, Eideth menambahkan "Aku sarankan jika sistem itu digunakan tergantung situasi, mungkin buat sistem itu dibuat menjadi objektif saat Quest yang berkaitan dengan melawan pasukan Dunia lain, dengan begitu, Sistem Milestone akan menjadi lebih bervariasi."
Fawn senang dengan saran itu, Eideth tidak menjelek-jelekkan pendapatnya dan memahami ketidaktahuannya, walau ini pertemuan pertama mereka, Fawn merasa sedikit mengenal Eideth. Sisi GM menerima itu dengan baik, dan mencatat saran tersebut. "Giliranku, Aku ingin Pemain mendapat sistem hadiah yang baik, GM dapat memutuskan hadiah apa yang diberikan."
Pendapat itu diterima kembali dengan baik, Eideth jadi merasa bersalah karenanya, "Kalian bisa menolakku kalian tahu" ucapnya. "Apa maksudmu Eideth," kata Zatharna, Ia melihat balik pada Eideth walau Ia paham akan peraturan mereka dengan baik, "Kamu kan tidak menolak usulan kami" lanjutnya.
"Kamu malah mengingatkan kesalahan kami dan memberi saran sebagai balasannya, untuk apa kami menolak usulan baik darimu" sambung Ryx. Eideth tertawa kecil mendengar itu dan menutupi wajahnya, "hehe … ternyata dari awal kalian memang tidak memperdulikan aturan itu, ini salahku karena berpikir demikian" bisiknya pelan namun mereka dapat mendengarnya dengan jelas.
Eideth tidak percaya dirinya masih meragukan orang-orang yang ada di depannya, menjaga jarak dengan mereka. Ia tahu bahwa Ia harus berhati-hati dengan kepercayaan, tapi untuk kali ini, Ia akan percaya dengan kenaifan mereka. "Baiklah kalau begitu, kita buang aturan tadi, dan ayo lanjutkan ini" ajaknya. "Ayo" jawab mereka dengan semangat.
…
Eideth bersandar di kursinya selesai membuat peraturan yang cukup lengkap dibandingkan yang sebelumnya, "ini tidak banyak, tapi Aku suka dengan hasil ini" ujarnya. Eideth melirik pada halaman kertas itu,
[…
Berikut Peraturan Permainan;
1. GM dapat memberikan Quest pada Pemain. Quest tidak akan dipaksakan kepada Pemain, dan Pemain tidak diharuskan untuk menyelesaikan Quest tersebut dengan sempurna sesuai pandangan GM.
2. Pemain tidak bisa melanjutkan Quest saat Talent dinonaktifkan, Objektif dari Quest dapat bervariasi, dan saat Objektif terselesaikan, Pemain akan dihadiahkan, dan Naik level sesuai izin GM.
3. Pemain dan GM harus bekerja sama untuk mengembangkan permainan, GM bertugas menjadi juri yang adil untuk Pemain dan lawannya, sementara Pemain harus memberi usulan, masukan, serta sanggahan kepada GM yang membawakan permainan.
… ]
Itu adalah gabungan dari ide-ide mereka, walau sedikit, butuh waktu yang lebih lama dari yang Eideth perkirakan untuk membuat itu. Wajah mereka terlihat bangga dengan peraturan-peraturan itu, dan tidak sabar untuk mencobanya dalam permainan.
Ryx disisi lain meja, hanya diam menatap ruangan itu sambil tersenyum, Ia menikmati waktu yang mereka luangkan bersama setelah sekian lama. Eideth menghampirinya yang berdiri menjauhi yang lain, "Kamu tidak ingin bergabung dengan mereka" tanya Eideth.
Ryx memikirkan kata-kata yang Ia ingin ucapkan, sedikit membuka dirinya pada kenalan barunya itu. "Kau tahu, Kami sudah lama tidak seperti ini, berapa milenia … Kami habiskan sendirian melakukan tugas Kami, tapi Kamu, membawa Kami semua kemari hari ini, terima kasih."
"Ini bukan yang terakhir kalinya, ini baru awal," Eideth memegang kedua bahu Ryx dan mendorongnya mendekati saudarinya, "bicaralah dengan Mereka sepuasmu, Kita tak tahu berapa banyak kesempatan yang Kita punya" dorongnya.
Ryx, mendapat keberanian, mulai berbincang dengan saudarinya, mengejar ketertinggalan satu sama lain. Eideth ikut senang untuknya, Ia semakin yakin alasan Ryx, mendapat wujudnya yang sekarang. Eideth tak membantah dalam hatinya, Ia ingin menghidupkan kembali kenangan lamanya dan memperbaiki mereka. Walau lubang dalam hatinya itu tak bisa diperbaiki, Ia mengisi ingatannya dengan kenangan membahagiakan baru.
Eideth menunggu hingga mereka selesai bicara untuk berbicara, melihat pada Deith untuk memberinya tanda. "Zatharna, Kamu bilang Aku naik level semenjak sesi terakhir bukan" tanya Eideth, "itu benar, Kamu ingin menaikkan level kelasmu yang sekarang atau …", "Kamu benar, Aku ingin mempelajari kelas baru" jawabnya.
Kebingungan Zatharna bisa terlihat jelas di wajahnya, apalagi setelah mendapat wawasan baru dan pandangan umum tentang TTRPG. "Bukannya Aku tidak menyetujui rencanamu, tapi bukankah itu berarti, Kamu membuat dirimu lebih lemah" tanya Zatharna.
Yang Ia katakan tidak salah, dalam TTRPG, tidak semua kelas memiliki sinergi yang baik satu sama lain, dan memperlajari kelas baru sama dengan membuang kemampuan level tinggi dari kelas asli yang Karakter Pemain punya untuk kemampuan level rendah di kelas lain.
"Aku mengerti kekhawatiranmu Zatharna, Deith, bisa Kamu jelaskan rencana kita" pinta Eideth. [Begini Zatharna, jika Aku …] jelas Deith. Setelah mendengar penjelasan itu, Zatharna mendapat dilemma, Ia paham niatan baik mereka berdua, tapi ragu apa itu pilihan yang benar. Saat Ia menanyakan pendapat dari saudarinya, mereka menjawab itu tidak adil, dan itu seru, jawab Fawn dan Ryx bergantian. Zatharna memikirkannya sebentar dan mendapat konklusi.
"Selama Kamu, Eideth, sebagai Pemain, mengikuti Aturan, Aku sebagai GM utama, memperbolehkannya" putusnya. Eideth senang usulannya diterima dan mendapat izin. Saking senangnya Ia menawarkan pekerjaan gratis sebagai wujud terima kasih, "Kalau begitu, bagaimana jika kita melakukan percobaan dengan Peraturan baru yang kita buat ini, Aku tidak akan meminta hadiah apa-apa, ini niat baikku, sungguh" ajaknya. "Sungguhan, kalau begitu ayo kita mulai uji coba lapangan ini" seru Zatharna.
…
Eideth bangun kembali di siang hari, Ia terbangun dengan Vista yang mencoba mencengkram lehernya saat Ia tertidur. Begitu Ia terbangun, Vista tidak ragu dan langsung mencekik Eideth menggunakan kerahnya, "Vista, apa yang kau … Humph …."
"Dasar brengsek, Kamu malah tidur saat Aku berlatih sendirian dan membuat makanan, Kamu harusnya bersyukur Aku tidak langsung membunuhmu setelah kembali dari berburu, Kamu tahu betapa kesalnya Aku" keluhnya.
"Hey, tenanglah, Aku sungguh-sungguh latihan, Aku bermeditasi tadi" Eideth mencoba memberinya alasan sambil berusaha melepas cengkaraman Vista. "Jangan bercanda denganku, Aku tahu orang tidur saat Aku melihatnya" Vista tak bisa diyakinkan sedikitpun.
Eideth mencoba memikirkan alasan di kepalanya, dan Ia mendapat ide terburuk yang bisa Ia pikirkan. "Heh, kenapa, Kamu takut Aku menendang bokongmu saat sparring nanti" tantang Eideth, Vista tak tahu apa Eideth gila atau hanya nekat. "Apa jadinya jika Aku menang" Vista menerima tantangan itu dan memintanya memasang taruhan.
"Jika Kamu menang, Aku tidak akan memerintahmu selama seminggu, menyiapkan makanan kita sendiri, dan berlatih bersama tanpa mengeluh," Vista terlihat tertarik tapi ingin mendengar taruhan Eideth, "tapi jika Aku menang, Kamu berhutang dua permintaan padaku" Ia bertaruh.
Vista melepas cekikannya dan menjatuhkan Eideth ke tanah, Eideth mengambil kembali nafasnya yang hampir terputus. Vista, seperti tidak terjadi apa-apa, memberikan Eideth makanan yang baru saja Ia masak dan segelas air. "Uhuk, uhuk, terima kasih" katanya menerima pemberian itu, "jangan terlalu santai, karena Kamu yang akan mengurus semua ini nanti" ancam Vista.
Selesai makan, mereka beres-beres bersama, tapi Eideth tidak bisa lari dari tatapan tidak enak itu. Setelah semuanya selesai, mereka pun mencari tempat yang sempurna untuk latihan. Menggunakan Manascopenya, Eideth mendapat tempat yang memiliki jumlah Mana yang tidak begitu banyak dibanding tempat-tempat yang mereka temukan sebelumnya, tapi memiliki regenerasi Mana yang cukup cepat.
"Ini dia tempat yang lebih baik diantara yang lain" ujarnya menunjuk ke sebuah padang rumput kecil, Vista bisa merasakan Mana disana tapi Ia tak puas sampai disitu, "Hey, tunjukkan padaku semua informasi tentang tempat ini, Aku merasa Kamu curang saat latihan sebelum-sebelumnya karena Aku tidak tahu informasi lapangan" desaknya. Eideth memberitahu Vista semuanya agar sparring mereka adil tanpa tipu daya.
Eideth meminta waktu untuk menyiapkan diri, Vista tidak mempermasalahkannya, karena Ia ingin lawannya bertarung dengan serius. Mereka mengambil sisi berlawan di padang rumput tersebut untuk bersiap.
Setelah memastikan pandangan Vista tidak ada padanya, Eideth mulai mengaktifkan Talentnya setelah sekian lama. Ia bisa merasakan perasaan familiar itu kembali, dengan tambahan orang-orang baru dapat berbicara dalam kepalanya. [Zatharna mengucapkan selamat datang kembali], [Ryx melihat Anda dengan antusias], [Fawn berkata bagaimana Anda bisa mendapat masalah seperti ini], [Deith berkata semoga beruntung].
"Ya ya, terima kasih atas dukungannya, sekarang yang terpenting, Deith, bagaimana kita membuat kontrak ini, bisakah Kamu memberikan padaku Kontraknya" kata Eideth. […] Deith tidak menjawab apa-apa, Eideth mencoba bersabar berpikir tanda itu berarti Ia sedang mengetik pesan yang panjang (berpikir positif).
[Um … Aku tidak tahu bagaimana] tulis Deith di layar itu. Eideth mencoba menenangkan pikirannya dan merespon dengan sabar, "DEITH … apa maksudmu Kamu tidak tahu bagaimana melakukannya, tinggal beri saja Aku kontraknya" ujarnya dengan tenang (tidak tenang).
[Sistem Peraturan tidak memperbolehkanku melakukan itu] tulis Deith. Mereka semua segera menyadari apa yang terjadi, namun hanya Eideth yang membuat muka paling suram.
Mereka melupakan bagian, [Pemain dan GM harus mengikuti peraturan Talent dan Sihir Artleya], disini Eideth melanggar peraturan sebagai Karakter milik Pemain. "Dari sisi bercerita, Karakter harus berusaha mendapat Kelas baru yang Ia inginkan, sederhananya, Eideth harus melakukan cerita latar belakang Ia mendapat kelas baru, cara yang masuk akal agar Karakter mendapat kelas yang Ia ingin pilih, Warlock.
"Tapi Aku harus belajar …" keluhnya, Ia menyesal tidak berpikir panjang dan menyadari semuanya setelah terlambat. Ia menutup wajahnya dengan malu, dan depresi memenuhi kepalanya. Zatharna jadi kasihan melihatnya, memberinya sebuah saran, [Zatharna menyarankanmu untuk menaikkan level kelas yang kamu miliki saat ini saja, dengan begitu Kamu bisa bertambah kuat].
"Terima kasih sarannya, tapi itu tidak terlalu membantu, Aku tidak bisa menambah mantra atau kemampuan lain sebelum mempelajarinya ingat, aturannya mengatakan bahwa Aku harus melakukan petualanganku tanpa jalan pintas, itu peraturan yang kita sepakati, walaupun Aku menaikkan level kelas Wizard, Aku tidak akan mendapat mantra baru yang kupikir akan kudapatkan" jelasnya.
Mendengar penjelasannya itu, Eideth semakin bingung harus bagaimana. Para GM terlihat memberinya kata-kata dukungan positif, dan tak ingin membuat mereka murung juga Eideth merelakan rencananya. "Terima kasih semuanya, Aku tidak apa sekarang berkat kalian, tidak apa rencana A gagal, kita lanjut rencana B" ujarnya spontan. Itu bukan ide yang terbaik, tapi hanya itu yang Ia punya.
Eideth mengeluarkan berbagai barang-barang dari tasnya, semua beban berat itu, semua barang yang Ia kepul untuk dirinya sendiri, "saatnya untuk membuat barang-barang ini berguna" ucapnya mencoba terdengar positif.
"Zatharna, sangkalan awal, Aku akan mengeksploitasi peraturan yang kita buat" kata Eideth tanpa ragu. Eideth mencoba tak terlalu memperhatikan layar pesan yang penuh dengan kata-kata terkejut. Ia mulai bekerja dan mulai menjelaskan kelemahan dari peraturan baru mereka. Ini rencana terbodoh, tapi lebih baik menguaknya sebelum GM yang menyadarinya lebih dulu. Jika Ia melakukan ini, itu akan terlihat seperti Ia membuat komentar kepada GM sebagai Pemain, untuk memperbaiki peraturannya.
Fawn yang paling tegas diantara semua GM, yang pertama memarahi Eideth. [Fawn benar-benar marah dan berkata; kenapa Kamu tidak memberitahu ini lebih awal, Kamu coba mempermainkan Kami] tulisnya.
"Jujur, Aku tidak punya pemikiran seperti itu, Aku juga tidak menyadari ini saat Kita membuat peraturan ini, tapi setelah kembali ke sudut pandang Pemain, Aku segera menemukan kesalahan yang Kita buat, ini bukanlah pelanggaran, hanya saja bagian yang tidak terpikirkan oleh Kita" jelasnya sambil menyiapkan peralatannya. Mereka bisa merasakan kejujuran dari pernyataan itu, Eideth tidak berbohong sedikitpun.
"Jika Kalian ingin tahu, Inilah yang Kami lakukan di duniaku dulu, Kami akan menguji peraturan yang kami buat, tidak apa-apa Kita salah pada awalnya, yang penting Kita belajar dari kesalahan, tidak ada permainan yang langsung sempurna pertama kali keluar" jelasnya menyelesaikan peralatannya.
"Tapi tidak peduli bagaimanapun, apapun yang Pemain lakukan, selagi itu butuh persetujuan GM, ada batas segila apa hal yang mereka bisa lakukan … tunggu sebentar, bukankah Aku pernah mengatakan sebelumnya, GM butuh memberi hadiah untuk pemain setelah menyelesaikan objektif, Aku belum mendapat bantuan apa-apa secara fisik, jadi … maukah Kalian, GM baik hati, memberiku izin dengan perlengkapan sihir ini" ujarnya.
Yang Eideth buat dari tadi adalah beberapa peralatan sihir, Ia hanya memilih peralatan yang tidak terlalu mahal dan masih logis untuk dimiliki Pemain pemula. Sebuah topi penyihir, beberapa jam kantung, "bisakah kalian mengizinkan benda-benda ini menjadi alat sihir, tidak banyak, hanya [Hat of wizardry] dan [Clockwork Amulet], Aku punya penjelasannya di catatan yang kuberikan itu, ini alat sihir umum kok" minta Eideth.
Dari sisi GM, tak satupun dari mereka memberinya balasan, sampai Zatharna buka suara. "Maaf Eideth, tapi Kami tidak bisa melakukannya, sedikit tidak adil, jika benda itu kami beri sebagai alat sihir, walau Kamu sudah mengajari kami tentang "peraturan keren" tapi Kami tetap tidak bisa membantu" jawabnya.
Eideth mengerutkan dahinya, bukan karena kesal tapi Ia sedang memikirkan rencana secepat yang Ia bisa, Ia tak punya waktu untuk mengeluh. "Tidak apa-apa Zatharna, terima kasih sudah mencoba, lanjut ke rencana C" kata Eideth mengambil barang-barang lain dari tasnya.
…
"Eideth, Kamu sudah siap, jangan bilang Kamu takut" panggil Vista dari kejauhan. Melihat Eideth tak kunjung keluar, Ia pergi ke tengah padang rumput. Tak berapa lama Eideth keluar tanpa memakai perlengkapan apa-apa, hanya sebuah celana dengan kalung dari jam-jam tangan yang diikat, beserta sebuah topi penyihir yang diikat ke lehernya, serta sebuah tas selempang mengitari tubuhnya. Ia terlihat Aneh, sangat aneh. Vista mengira Eideth akan melawannya memakai sihir, tapi sekarang Ia tak yakin apa yang Eideth persiapkan selama itu.
Sampai di tengah lapangan, Eideth memperingati Vista. "Vista, Aku akan menghajarmu hari ini" tantangnya. "Heh, jangan banyak bicara dan maju saja, Aku siap kapanpun Kau mau" balas Vista.
Vista dapat merasakan aura yang berbeda dari Eideth, "Vista, Aku tidak akan memakai Teknik hari ini, hanya Talentku" perkataan Eideth meyakinkan Vista. Ia sudah bersiap jika Eideth melawannya menggunakan Mantra sihir.
"Kuperingatkan, saat Aku mengaktifkan Talentku, Aku akan menjadi lebih lemah, begitu juga denganmu" ancamnya. Vista tak mengerti kenapa Eideth mengungkapkan itu, tabu untuk memberitahu rahasia Talent kepada orang lain, melakukan itu melemahkan Talent pemiliknya.
Eideth menghunuskan tongkatnya, mengarahkan tangannya kearah Vista seperti merapal mantra, "Room, Takuto" ucapnya. Tidak terjadi apa-apa, semuanya hening canggung setelah itu, bahkan angin tidak bertiup sedikitpun. [Eideth, apa tadi itu?] tulis Zatharna, "Arrgh… Aku hanya ingin terlihat keren" Eideth segera lari menyerbu Vista dan mulai menyerangnya tanpa henti menggunakan ujung tumpul tongkatnya.
Vista hanya meladeni serangan Eideth dengan menepisnya ke samping, "ini aneh … seranganmu tak ada tenaga sama sekali, jadi benar, kamu jadi lebih lemah" Vista melakukan tendangan samping, menghempaskan Eideth ke udara. "Humph … arghh…" Eideth berhasil memblokir menggunakan kedua lengannya tapi dampaknya terlalu besar.
Saat Eideth terjatuh ke tanah, Vista sudah berada di depannya siap untuk menyerang. Eideth menghadapinya dengan baik dan mencoba membalas dengan pukulan di wajah.
Tongkat Eideth berhenti begitu menyentuh pipi Vista, "jangan bercanda denganku" Vista terdiam disana, kecewa dengan permainan ini. "Kenapa Kamu seperti ini, bertarunglah dengan serius, jangan bermain-main denganku" Vista mulai mengamuk.
Setelah itu, Vista menghajar Eideth habis-habisan. Eideth hanya bisa menangkis dan menghindar, jika Ia punya kesempatan, segera menjaga jarak tapi Vista tak peduli dan mengejarnya kembali.
Eideth akhirnya merespon, Ia memakai kuda-kuda menusuknya, tapi ada sesuatu yang berbeda. Vista tak menyadari itu dan hanya bersiap untuk meng-counter dari dekat. Begitu Vista sampai dalam jangkauannya, Eideth segera menyerang. Vista mencoba menunduk tapi Ia tak percaya dengan benda didepannya. Tongkat Eideth menghajarnya tepat di hidung memberinya pukulan keras, membuatnya berdiri terhuyung-huyung kehilangan keseimbangan.
Eideth sudah tahu Vista mulai terbiasa dengan teknik tusukannya, tepat saat Vista menunduk, Eideth memutar tubuhnya, memberi Vista pukulan backhand. Tandanya terlihat lewat tongkatnya.
Senjata Eideth, adalah sebuah tongkat pemberian Balak, yang Ia beri nama Flatline. Sebuah tongkat lurus dengan dua ujung, sisi tumpul dan sisi lancip. Eideth mulai mengembangkan teknik bertarungnya sendiri dengan senjata itu, gaya memukul dan menusuk. Dengan menggunakan kedua ujungnya, Eideth bisa membuat variasi serangan yang sederhana namun sulit diprediksi.
[Flatline, simple, two-handed, finesse
1d4~1d6 bludgeoning damage
1d4~1d6 piercing damage]
Vista merasa aneh, pukulan itu terasa begitu sakit, lebih dari yang seharusnya. Ia sangat terkejut dengan serangan balik itu. Banyak sekali asumsi yang Ia buat dikepalanya, sehingga Ia kehilangan fokus dalam pertarungan. Eideth tidak mengambil kesempatan itu dan menunggu Vista kembali berdiri dengan kedua kakinya.
"Sudah sadar" panggil Eideth. "Aku serius, memang sulit dimengerti, tapi Aku lebih lemah saat menggunakan Talentku, tapi itu juga berlaku untukmu, berhenti mengatakan Aku main-main, ini tidak mudah Kau tahu" jelasnya.
Vista memperhatikan lukanya dan sadar bahwa Ia punya kesempatan, "kalau begitu Aku akan serius membunuhmu, akan kulakukan dengan cepat" ujar Vista menghempaskan Eideth dengan mudah menggunakan satu pukulan. Kali ini Eideth tak memblokirnya menerima dampak penuh serangan itu.
Karena Eideth tampak tak menggunakan Mana, Vista memonopoli semua Mana untuk dirinya sendiri, karena itu kekuatan fisiknya mendominasi Eideth. Ia mulai mengeluarkan cakarnya, menguatkan mereka dengan Mana dan kembali menyerang.
Vista mengira dari awal pertarungan Eideth tidak serius, tapi kini Ia sadar bahwa dirinya lah yang meremehkan Eideth. Ia tertipu penampilan aneh Eideth, membuatnya menurunkan penjagaan, Ia sejenak melupakan bahwa lawannya adalah orang yang membuatnya mengalami semua ini.
"Kau selalu seperti itu, menjaga jarak didekat semua orang, memakai topeng didepan mereka, Aku tidak tahu kenapa kamu melakukannya, tapi Aku akan menghancurkan topeng itu hari ini."
Itulah pendapat Vista mengenai Eideth dalam hatinya, setelah mengawasi dan berlatih dengannya selama hampir sebulan, Ia sadar bahwa Eideth adalah orang yang menakutkan, karena Ia sendiri tidak tahu wajah Asli mana milik Eideth sesungguhnya. Sejenak Ia mengingat Apostle milik dewa lain, Penipu dengan seribu wajah, membuatnya tak boleh tertipu dengan trik miliknya.
Eideth yang mendapat jarak setelah dihempas, kini membalas balik dengan merapal mantra sihir, "elemen api, [Chromatic Orb]" bola api kecil terlempar kearah Vista. Kini Eideth mengganti gaya bertarungnya seperti penyihir.
Vista tak sempat menghindar jadi Ia menguatkan tubuhnya dengan Mana, menerima serangan itu. Api membakar tubuh Vista tapi segera padam tak begitu lama. "Apa ini versi lemah dari sihirmu waktu itu, Kamu masih meremehkanku" geram Vista.
"Anak ini sensi terus, maju kalau Kamu berani, akan kuberi versi aslinya" tantangnya. Vista maju mengira Eideth termakan aktingnya, kali ini memperhatikan gerak geriknya secara menyeluruh. Eideth tampak mengambil sesuatu dari tasnya, dan melihat pertahanannya terbuka Ia coba melayangkan pukulan.
"Argh…" teriaknya sakit, sebuah benda tajam menusuk kakinya saat Ia melangkah di tanah. Memperhatikannya sejenak, tampak duri-duri Galtrop bertebaran disana. 'kapan Ia menebarnya di tanah' pikir Vista. Ia segera tersadar kenapa selama ini Eideth menerima serangannya terus menerus.
Semuanya untuk mempersiapkan ini, Ia menerima serangan agar bisa membuat jarak dan menebar Galtrop di saat di udara. Begitu Ia kembali terfokus pada pertarungan Eideth telah melempar beberapa botol kaca kearahnya. Botol-botol itu pecah ketika menghantam tubuhnya yang dilapisi Mana tak memberi kerusakan yang signifikan.
'cairan apa ini … minyak?' botol-botol itu menumpahkan dan melumuri tubuh Vista dan sekitarnya dengan minyak. Begitu pandangan mereka bertemu, Eideth bisa melihat Vista sudah sadar dengan rencananya, tapi Ia masih belum selesai. Ia melempar sebuah kantung ke udara, ikatan di kantung itu terlepas dan isinya melimpah ke udara. Bubuk-bubuk putih melayang di udara dan Eideth di ujung yang lain sudah mempersiapkan mantra untuk meluncurkan serangan terakhir.
'Aku tidak bisa menggunakan Fireball dengan kelas penyihir level satu, tapi Aku bisa memberimu penggantinya' ujar Eideth dalam hati. "Bakar dan meledaklah, [Chromatic Orb]" bola api ditembakkan melalui tangannya menargetkan Vista.
Dengan semua persiapan yang Eideth buat, menahan pergerakan Vista, menyiramnya dengan minyak, membubuhi udara dengan bubuk putih (tepung). Sebuah bola api kecil mulai menyambar dan membakar semua benda disekitarnya menghasilkan ledakan besar. Merasa Ia sudah mengalahkan Vista dengan serangan tersebut, Eideth berbalik dan berkata, "terima kasih atas taktikmu, pembantai goblin."
"Berapa kerusakan itu Zatharna, bisakah Kamu menghitungnya" tanya Eideth. [Chromatic Orb: 3d8 (11) + Minyak: 5 + tepung: 10 = 26 kerusakan api] tulisnya. Minyak untuk memastikan Vista terkena api itu dan tepung untuk memberi serangan area. "Tidak buruk untuk tiruan Fireball" ujarnya sedikit bangga.
Eideth sontak merilekskan ototnya dan mendapat dampak lanjutan, Ia memuntahkan sedikit darah dari mulutnya. Dengan tangan menahan mulutnya, Ia sangat kecewa untuk memastikan cairan itu adalah darah. "Oh … ini tidak bagus, jika Vista bisa bertahan dari itu, Aku akan menyerah saja" ujarnya. Eideth cukup realistis untuk menyerah, Ia sudah memakai dua Spell Slot miliknya, strategi utamanya sudah dipakai, tubuhnya juga sudah kewalahan.
Eideth kemudian mendengar langkah kaki di belakangnya. Eideth berbalik dan kata-katanya langsung menyerangnya balik. Vista berjalan keluar dari kobaran api itu, dengan wajah yang cukup menyeramkan. Ia tak mendapat luka bakar yang cukup parah, 'sial, dia berhasil menggulir dadu yang bagus untuk menghindar, jadi dia cuma mendapat 13 kerusakan ya' pikir Eideth.
Ia berjalan mendekati Eideth menggumam, "Aku belum kalah, masih belum ugh…" kemudian terjatuh tak sadarkan diri. Eideth jatuh terduduk menghela nafas lega, Vista akhirnya tumbang.
Eideth senang pertarungan sah pertamanya setelah peraturan dibuat berakhir dengan baik. Saat membuat peraturan, Ia, dengan terpaksa, harus mengisi lembar karakternya dengan lengkap. Senjata, perlengkapan, kemampuan, semuanya Ia isi berkat Fawn mengingatkannya dengan tegas sementara Ryx menertawainya dari samping.
Eideth melihat tubuh dan dengan rasa kasihan, Ia memberi perban pada luka-lukanya. Sebagian besar lukanya adalah luka bakar tapi, "perban aja cukup, ini TTRPG kok" ujarnya membalut tubuh Vista dengan perban.
…
Vista terbangun didepan api unggun dengan tubuh dililit perban, tertahan tak bisa bergerak. Ia melihat sekitar dan tidak ada siapa-siapa bersamanya.
"BOOO" kejut Eideth dari belakang. Vista terkejut dan segera kehilangan keseimbangan dan terjatuh, bergulir di tanah. "Hey" teriaknya kesal, "maaf maaf, sini kubantu" Eideth menggunakan belatinya untuk memotong perban-perban itu. "Terima kasih, kenapa sih menggulung tubuhku dengan perban seperti itu, kenapa buang-buang perban sih" keluh Vista selagi melepaskan diri.
"Jangan banyak mengeluh, seharusnya Kamu berterima kasih Aku menyembuhkanmu seperti ini, Kamu itu Zombie, tidak seharusnya Kusembuhkan dengan perban seperti ini" ujarnya. "Bagaimana sudah lebih baik", "sudah jangan bicara denganku" Vista mengambek.
"Hey, ayolah bicara denganku, bagaimana Aku akan mengatakan permintaan pertamaku jika Kamu tidak mau mendengarkanku" Eideth membujuk. Vista sangat kesal tapi Ia seorang lelaki yang memegang perkataannya, dengan helaan nafas berat Ia berkata "haaah … Apa yang Kau mau."
Eideth menggosok kedua tangannya bersamaan, seperti ingin menyantap sesuatu, Ia sudah memikirkan ini cukup lama. Kali ini Ia yakin, Ia bisa membuka kedok orang itu, Eideth menonaktifkan Talentnya berharap Zatharna dan GM lain tidak melihat apa yang Ia lakukan. "Vista, Aku ingin Kau menceritakan padaku enam Dewa Dunia lain yang menjajah dunia ini" ujarnya dengan seram.