Matahari mulai terbit dan berdiri tinggi diatas langit, sudah dua jam semenjak Eideth berpisah dengan Vista, mencoba mengecoh kelompok bandit. Jujur saja, rencana ini tercipta karena kebetulan. Eideth tak sengaja menggulir dadu cukup tinggi dan berhasil menyadari keberadaan Pengintai dibelakang mereka. Ia berharap besar rencana ini berhasil, karena itu melakukan semua hal yang Ia bisa.
"Ini dia tempatnya" tunjuk Eideth. Lewat jalur memutar yang cukup jauh, Eideth dapat mencari daerah yang memiliki persediaan Mana yang rendah, menyiapkan perangkap untuk bandit yang mengejar mereka. Rencana ini takkan berhasil tanpa bantuan dari kekuatan barunya. Kekuatan yang Ia dapat karena membentuk kontrak dengan Deith, entitas asing yang kemungkinan besar dari dunia lain.
Ketika Eideth mendapat kekuatan itu, Ia tidak menyangka akan mendapat sebuah Talent. Ini diluar prediksinya rencana awalnya Ia ingin mengambil Cantrip tipe serangan sebanyak mungkin dari Kelas barunya Warlock. [Eldritch Blast] itu cantrip yang cukup kuat, tambahan yang bagus dalam arsenalnya. Ia kekurangan daya serang dan ketahanan dalam kombinasi karakternya saat ini. Mengambil tiga Kelas ini rasanya sangat bodoh tapi tidak sebanding dengan hadiah dari Talent barunya.
Talent adalah sihir khusus yang dimiliki seorang individu, mereka mendapat kekuatan spesial yang dapat mereka kembangkan sesuka hati. Karena itu pula, mereka tak dapat menggunakan Sihir umum, baik itu Mantra ataupun Teknik sihir. Eideth adalah kasus yang aneh, bahkan Aneh terlalu kecil untuk menggambarkan masalah yang Ia punya.
Sejak lahir, Eideth tak memiliki sihir apapun, juga Ia memiliki kondisi khusus seperti kutukan. Ia tak bisa menyentuh benda secara normal, satu sentuhan mengaktifkan Mana pada benda itu membuatnya merasakan sakit. Ia membutuhkan perlindungan khusus, dan itu membatasi kegiatannya sehari-hari.
Ia berlatih Teknik sihir dengan bibinya, agar Ia tak merasa lemah. Belajar tentang Mantra sihir untuk memperluas wawasannya. Semuanya selalu terasa sia-sia diujung hari, mengingat keterbatasannya itu Eideth terus berlatih. Semuanya terassa seperti mimpi saat Ia mendapat Talent miliknya, kondisinya pun berubah menjadi berkah. Setelah bertahun-tahun menahan penderitaan itu, Ia mendapat sedikit kekebalan terhadapnya.
Kini saatnya Ia menggunakan Talent kedua, "[Stasis]" Eideth memanggil nama Talent miliknya. Sebuah bilah cahaya muncul di depannya. Alban dan Paladin melihat itu dengan takjub. Eideth mengambil cahaya itu dengan kedua tangannya, dan menusuk dadanya dengan benda itu. Alban dan Paladin kaget kenapa Eideth menusuk dirinya tapi Eideth mengatakan dirinya tidak apa-apa, dadanya tidak mengeluarkan darah.
Tubuh Eideth seperti dialiri kekuatan aneh, memaksa kendali tubuhnya, mengubahnya diluar persetujuan. Eideth melihat layar di depannya, saat tubuhnya sedang malfungsi paksa, kelap-kelip dari realita.
[Eideth Raziel Wizard 1, Barbarian 1, Warlock 1], Eideth mengatur layar itu sesuai latihannya dalam kereta. "Kalau Aku ubah ini maka…" Eideth tidak merasakan rasa sakit di dadanya melakukan ini, malah rasanya sedikit menggelitik. Ia tak tahu apa ini wajar, tapi selagi semuanya berjalan lancar, Ia akan terus mendorong batasnya. Setelah selesai mengutak-atik layar itu, Eideth bisa merasakan perubahan dari tubuhnya.
[Eideth Raziel, Wizard 3], "YEAH… Aku berhasil" teriak Eideth dengan bangga. Ia tak menyangka hal itu berhasil, Ia mengubah lembar karakternya. Tak hanya itu, Ia juga mengubah Stat miliknya optimal dengan kombinasi itu. Banyak Spell Slot yang bisa Eideth pakai meningkat menjadi 6 Mantra, 4 mantra level 1, 2 mantra level 2. Itu lumayan pikirnya. Alban dan Paladin kaget melihat tingkah aneh Eideth walau sudah diperingatkan, namun mereka dapat merasakannya. Orang didepan mereka berubah, bertambah kuat dari sebelumnya.
Eideth tersenyum sinis, senyum sangat jahat membuat Alban sedikit takut siapa penjahat disini. "Eideth…" Alban memanggil Eideth memastikan dirinya tak apa, "ya, ahh… maaf, Aku membuat wajah yang jelek bukan, itu terjadi kadang-kadang saat Aku mendapat ide" sahutnya balik. Alban menjadi lega dan mereka mulai bekerja. Dalam hati Eideth
Rencana Eideth adalah menyiapkan perangkap di tempat itu. Pertama Ia perlu menghabiskan persediaan Mana di tempat itu sampai habis, sehingga para bandit tak bisa memperkuat diri mereka dengan Mana. Eideth menyerahkan tugas itu pada Alban dan Paladin, lagipula mereka adalah penyerang utama. Eideth harus melakukan tugasnya dengan baik sebagai support. Ia meninggalkan mereka untuk membuat persiapan masing-masing.
Paladin meminta waktu dengan Alban sebentar, walau Ia tak berbicara apa-apa, Alban seperti tahu apa yang Ia ingin katakan. "Apa Paladin… Huh, Kamu bertanya apa Kita bisa mempercayai Eideth, Kamu masih mencurigainya ya" ujar Alban membaca Paladin lewat helmnya. "Jujur, Aku juga bingung pada awalnya tapi Aku mempercayainya" ungkap Alban. Paladin memiringkan kepalanya, "kenapa katamu, mungkin karena Ia membawa aroma Dewi, maaf ini cuma perasaanku saja, tapi Aku percaya Sphyx mengirimnya untuk menolong kita" tambah Alban.
Paladin memegang pundak Alban seperti mengatakan, Aku akan mempercayainya seperti Aku mempercayaimu. "Terima kasih Paladin, Kamu tahu, Aku tidak bisa memahamimu pada awalnya tapi kurasa Aku lebih memahamimu sekarang, terima kasih sudah menjadi teman perjalananku selama ini" ungkap Alban. Paladin mengankat satu tangannya ke depan dadanya, seperti berkata kenapa Kamu berkata seperti itu, Kita akan berhasil. "Terima kasih semangatnya, Kamu benar, Kita akan berhasil."
Selagi mereka berbincang, Eideth tengah membuat perangkap dimana-mana. Eideth terpaksa mengeluarkan strategi curang pertamanya, karena Zatharna tidak melarangnya, Eideth bebas merusak permainan ini. Ia sudah siap dimarahi Fawn dan ditertawai oleh Ryx nanti, "tapi masalah sekarang diselesaikan dulu, mereka juga takkan terlalu marah nanti" ucap Eideth. Strategi pertamanya adalah menebar ranjau yang bernama [Glyph of Warding].
Saat Eideth bermain sebagai Halq, puluhan mantra itu sudah Ia simpan dalam ponselnya. Mantra-mantra yang secara teknis sudah bisa Ia pakai. Fawn menyuruh Eideth untuk menerjemahkan semua mantra itu kedalam sistem sihir Artleya, tapi Zatharna (GM utama) berkata mantra yang sudah dipakai tidak perlu diterjemahkan. Ia masih bisa menggunakan mantra itu sesuka hatinya. Tapi Eideth seharusnya tidak bisa melakukan itu karena [Glyph of Warding] adalah mantra level 3. Ia tak memenuhi persyaratan memakainya.
"Apa peduliku" balas Eideth merapal Mantra itu ke pepohonan dan bebatuan sekitar. "Aku kan punya bonus ini." Eideth menunjuk ke layar Talent.
[Smartphone yang dimiliki oleh [Authority] tidak dapat dijadikan Spellcasting Focus, bila melanggar, penalti Talent akan dikenakan.
Berikut daftar penalti bila tidak memenuhi persyaratan:
Tanpa Kelas: tingkat kegagalan pengaktifan, meningkat sebanyak 50%.
Tanpa Rapalan: tingkat kegagalan akurasi, meningkat sebanyak 50%.
Tanpa Gestur: tingkat kegagalan kerusakan, meningkat sebanyak 50%.
Tanpa Material: tingkat kegagalan efek, meningkat sebanyak 50%.]
Tujuan utamanya bukanlah memasang perangkap itu melainkan menghabiskan persediaan Mana disekitar. Kalaupun sihirnya gagal, Mana yang digunakan untuk merapalnya akan tetap terkuras. Eideth tertawa terbahak-bahak bangga dengan kelicikannya tersebut. "Maaf ya Fawn" ujarnya selagi terus mengeksploitasi mantra tersebut.
Alban dan Paladin yang melihatnya sedikit takut mengganggunya. Paladin tampak bingung dengan sihir yang dipakai Eideth jadi Alban menjelaskannya. "Kamu belum pernah melihat jenis sihir seperti itu… kurasa itu cukup wajar, memang tak banyak yang tahu tentangnya, Paladin apa Kamu tahu persyaratan sihir" tanya Alban. Paladin mengangkat kedua jarinya, "itu benar, sihir memerlukan Mana dan Komponen dari formula mantra sihir itu, Komponen ini dibagi menjadi tiga dan ada 3 kelas yang berfokus pada ini. Ada sihir yang berfokus pada Rapalan atau ucapan (verbal), ada sihir yang memerlukan gerakan tangan khusus (somatic), dan ada sihir yang memerlukan material khusus (material)" jelas Alban.
"ada ajaran yang berfokus pada satu komponen saja dan ada yang menggabungkan mereka, seperti Eideth yang menggabungkan ketiganya" tambahnya. "Itu benar" sambung Eideth, Alban dan Paladin tidak menyadari Eideth mendengarkan mereka. "Fakta unik, ada ajaran yang hanya berfokus pada satu komponen itu, di utara, ada beberapa praktisi yang mengembangkan sihir Material, mereka mengembangkan dan mengeluarkan potensi sihir dari material khusus, di benua timur Rensha, para praktisi disana memakai sihir Somatic, mengembangkan bahasa sihir tersendiri, Aku tidak perlu menjelaskan tentang sihir Verbal bukan" Eideth menunjukkan pengetahuannya pada mereka.
Alban sangat takjub mendengar itu, wawasannya semakin terbuka. "Terima kasih atas ilmunya Eideth... tapi bagaimana Kamu tahu semua itu" tanya Alban penasaran, sampai sekarang Eideth masih belum mengungkapkan identitasnya dengan benar. "Shhh… itu rahasia, ingat sihirku juga berlaku pada itu, itu komentar sementaraku saat ini" jelasnya. Alban dan Paladin mengerti untuk tidak mengusiknya lebih jauh.
Eideth kembali ke pekerjaannya, dan semuanya berjalan… "ini cukup baik bukan" Eideth mencoba terdengar positif. Dalam TTRPG, ada yang namanya [Spellcasting Focus]. Benda ini gunanya untuk menyalurkan sihir perapal; tongkat sihir, bola kristal, dan medium sihir lainnya berguna untuk ini. Sebuah sihir yang memerlukan material khusus untuk dirapal bisa disubtitusi dengan [Spellcasting Focus] ini. Masalahnya, itu tidak berlaku untuk sihir yang mengkonsumsi Materialnya.
[Glyph of Warding, V, S, M (Dupa dan bubuk berlian seharaga 200 koin emas, yang dikonsumsi mantra ini)], mantra ini memperbolehkan benda menyimpan sebuah mantra yang bisa diberi pelatuk pengaktifan. Eideth tidak pusing-pusing dan memilih [Fireball] untuk disimpan. Waktu semakin sedikit dan persiapan mereka sudah siap, Eideth menyembunyikan kereta penumpang di balik pepohonan dan Semak, tak lupa menambahkan patahan ranting untuk menyembunyikannya dari pandangan mata.
Suara langkah kaki mulai terdengar semakin keras tanda para bandit telah sampai. Eideth segera meminta Alban dan Paladin untuk bersiap diposisi, bersembunyi di balik pohon menjauhi pandangan mereka sebaik mungkin. Langkah kaki itu terhenti dan Eideth memulai kejutannya. Menggunakan [Minor Illusion], Ia membuat pesan suara dimana-mana membuat suaranya sulit ditemukan posisinya.
"Selamat datang bandit, kalian sudah makan" ujar Eideth lewat pesan suara itu. "Huh… ternyata kita sudah ketahuan ya, tidak perlu mengendap-ngendap lagi kalau begitu" ujar Pemimpin bandit. "Keluarlah Kalian semua, Aku berjanji akan membunuh Kalian dengan cepat jika Kalian melakukannya" ujarnya menghunuskan pedangnya. Ia memberi tanda kepada bawahannya untuk mencari sumber suara itu.
"Maaf tapi itu tidak mungkin" ujar Eideth dari belakang mereka. Mereka kaget asal suara balasan itu dari belakang mereka, Pemimpin bandit itu terus berdalih, mencoba mengecohkan dan memerangkap mereka. Ia menunjuk pedangnya pada sumber suara menyuruh bawahannya memeriksa. "Oh iya, kenapa, Aku sedang dermawan hari ini loh, Aku masih kesal karena kejadian semalam tapi Aku mau memaafkan Kalian jika Kalian menyerah, kurang baik apa Aku" lanjutnya.
"Begini saja, karena Aku juga sedang baik hati, bagaimana jika Aku memberi kalian tawaran" ujar Eideth. Pemimpin bandit bingung bagaimana suara itu bisa keluar dari berbagai tempat yang berbeda dengan sangat cepat. Ia mulai memperkirakan kemampuan lawannya ini, "oh ya, apa tawaranmu" tanya Pemimpin itu penasaran.
"Aku akan melepas Kalian, Kita tidak perlu bertarung hari ini dan tak ada pertumpahan darah, bagaimana" usul Eideth. "Aku menolak, Kami dibayar besar untuk membunuh teman-temanmu itu" sanggahnya. "Maaf, tapi ini adalah peringatan, asal Kalian tahu, Aku sudah memasang jebakan di seluruh tempat ini, puluhan bom dibawah kaki Kalian, Kalian harusnya bersyukur belum meledakkan mereka" ancam Eideth.
"Omong kosong, tidak ada apa-apa disini" Pemimpin bandit memerintahkan anak buahnya mengecek area sekitar, menaikkan kewaspadaan mereka. "Kalian masih tidak percaya, baiklah, akan kuledakkan satu yang paling jauh dari kalian, ehem… JEDER" teriaknya. Berbarengan dengan sahutan itu, sebuah ledakan terdengar dari kiri mereka, api mulai menjalar kemana-mana, bahkan sebuah pohon tumbang terkena ledakan itu.
Para bandit jadi gelisah, berpikir jika mereka berada di sana, mereka akan terbakar menjadi abu. "Lihat, Aku bisa mendetonasi perangkap itu dengan suaraku, ini kesempatan terakhir, mundurlah" Eideth peringatkan. Pemimpin bandit melihat anggotanya, hanya dengan tatapannya Ia mengembalikan moral anak buahnya. "Tidak, Kami tidak akan pergi", "baiklah, ini akan jadi kuburan kalian, Aku masih beri kalian waktu pergilah dalam tiga detik" ujarnya. Mendengar itu, mereka menaikkan penjagaan mereka. Tetap ditempat bersiap untuk apapun yang terjadi.
"1… 2… 3, JEDER" teriak Eideth. Tiga orang jatuh dari atas pohon dan menyergap para bandit dari atas. Mereka yang bersiap untuk sebuah ledakan, tidak menjaga penjagaan mereka dan terkena serangan dari Paladin, Eideth juga mendapat beberapa pukulan menghalau mereka menjauhi dirinya. Alban bertanggung jawab mengurus Pemimpin bandit.
Itu adalah usaha terbaik Eideth, [Glyph of Warding] memerlukan satu jam penuh untuk menanamkan sebuah mantra pada permukaan sebuah benda. Eideth tidak memiliki bubuk kristal yang dibutuhkan dan mencoba menggantinya dengan bubuk batu yang Ia hancurkan. Sayangnya dari 4 tempat, hanya satu yang berhasil. Ia sedikit kecewa karena 3 jam kerja kerasnya sia-sia tapi Ia berhasil menanamkan sugesti pada lawannya.
Pikiran mereka sedang kacau, kejutan itu menghancurkan kembali moral mereka. Eideth pun bisa melancarkan beberapa serangan, memukul mundur bandit didepannya. "Ini berjalan cukup baik, Kami hanya harus mengurus keroco kecil ini saat Alban melawan Bos mereka, Aku harus mengulur waktu juga untuk [Stasis]" ujarnya.
[Stasis
Cooldown: 14:32]
Ia mempelajari bahwa waktu istirahat Statis itu sama dengan waktu aktifnya. Pada satu jam pertama saat Eideth merapal [Glyph of Warding]. Ia mencoba menghentikan Talentnya, dan mendapat pengetahuan itu. Eideth masih tidak mau mengakui kalau kegagalan 3 glyph lainnya karena Ia bereksperimen dengan mereka. Yang penting Ia berhasil menipu mereka pikirnya.
Alban menghadapi Pemimpin bandit itu, mencoba mendaratkan serangan tapi pertahanannya terlalu kuat. Walaupun serangan Alban mengenai tubuhnya, Harden miliknya cukup kuat untuk menahan kekuatan penuh serangannya. Jika Alban tidak cukup cepat, Ia takkan bisa menghindar dari serangan balasan dalam jarak itu. 'Tubuhnya terlalu keras, seranganku terlalu dangkal' ujar Alban dalam hatinya. Ia mencoba mengganti taktiknya dan menyerang kepala, tapi Pemimpin bandit itu tahu dan menahan semua serangannya.
Eideth tahu Alban tak bisa mengalahkan Pemimpin bandit itu sendirian, bukan Ia tak percaya, tapi Ia tahu seorang Mid Boss saat Ia melihatnya. Lagipula, pengaturan pertarungan ini telah berkembang. Setelah Eideth dan GM berbincang dengan peraturan pertarungan, mereka membuat beberapa aturan untuk mengikuti peraturan sihir Artleya. Jujur Eideth tidak ingin menambahkan peraturan itu tapi Ia tak takut dengan tantangan.
Peraturannya sederhana, Zatharna menambah fitur Mana Enhancing sebagai bonus action. Sederhananya, siapa saja dapat menambahkan kekuatan serangan mereka untuk satu giliran. Ini juga berlaku untuk pertahanan, ada fitur Toughness yang mengurangi dampak serangan yang diterima sebesar beberapa persen, tapi hanya berlaku satu kali. Itu adalah aturan yang keren. Ini juga terlihat dalam deskripsi senjata Eideth [1d4~1d6 Piercing/Bludgeoning damage], senjatanya naik satu tingkat ketika Mana Enhancing digunakan. Tidak semuanya sesederhana itu, terkadang peningkatannya hanya +2 kerusakan atau sebagainya, tapi itu lumayan pikirnya.
"Tapi yang bermasalah… adalah anak buahnya ini" Eideth kesulitan melumpuhkan puluhan bandit di hadapannya. Secara statistik, 3 pukulan dengan Mana Enhancing cukup untuk mengalahkan mereka, tapi dewa RNG tidak begitu membantu. Tak hanya itu, mereka semua cukup terlatih, dan mereka juga punya Toughness. Mereka sangat menyebalkan, apalagi Eideth tidak berniat membunuh lawannya. Tak seperti Paladin yang dengan mudah menebas lawannya menjadi dua dengan pedangnya. Mungkin karena hal itu, para bandit berkumpul lebih banyak ke sisinya.
Eideth tidak membunuh selama ini karena Ia punya sebuah teori dalam pikirannya. Ini adalah teori yang mengganjal pikirannya semenjak hari pertama. Ini teori lama, yang para pemain di meja TTRPG bertanya-tanya tentang karakter mereka. Menurut pemain, dunia TTRPG yang mereka mainkan hanyalah… sebuah permainan belaka, mereka hanya membunuh karakter tidak penting. Tapi untuk karakter yang mereka mainkan, itu adalah dilema moral untuk mereka.
"Hey, bisakah kalian menyingkir, ada musuh lain disana, kenapa kalian semua pindah kemari, dia hanya sendirian, hadapi dia" keluh Eideth, "kau tau apa, Ksatria itu terlalu kuat, kami akan mengalahkanmu dulu" balas salah satu bandit. Mereka tidak salah, Eideth bahkan tidak berani menghadapi Paladin jika Ia terpaksa, Ia tahu lari adalah pilihan terbaik. "Oh, kalian tidak boleh" Paladin datang menghantam kerumunan itu, membunuh tiga bandit dengan sekali tebasan.
Ketakutan terlihat di mata mereka dan mencoba secepat mungkin mengalahkan Eideth, membuatnya jadi tawanan tapi Eideth dapat menjaga dirinya dengan baik. Dengan keramahan hatinya, Eideth menghajar mereka hingga pingsan, menyelamatkan mereka dari kekejaman Paladin. Eideth kesulitan mengambil nafas karena kelelahan, Ia bahkan menggunakan Flatline untuk menopang tubuhnya. "Eideth, kenapa Kamu ragu, kenapa Kamu tidak membunuh mereka, itukah yang ingin Kau tanyakan Paladin" ujar Eideth terengah-engah.
Paladin membantunya berdiri, tak berkata apa-apa seakan Eideth telah membaca pikirannya begitu mudah. "Apa mungkin karena Talentku, atau ada alasan tersembunyi lain, pasti itu yang Kau pikirkan sekarang, jawabannya sih… ya" lanjut Eideth. Paladin, dengan dingin mengecek vital mereka, memastikan mereka takkan bangun lagi. "Boleh Kita pergi membantu Alban sekarang" tanya Eideth.
Alban kelelahan, Ia sudah mengeluarkan seluruh kemampuannya, dan Pemimpin bandit itu masih berdiri kokoh diatas kedua kakinya. Eideth kaget bagaimana perbedaan kekuatan yang besar ini bisa terjadi, "Zatharna… Kamu yakin dia tidak punya Legendary Resistance bukan" tanya Eideth. [Zatharna bertanya apa itu Legendary Resistance] tulisnya. "Jangan bertanya balik… tunggu, maksudmu, Ia mendapat guliran baik terus menerus, tidak mungkin, berapa AC miliknya" tanya Eideth balik.
[Zatharna menggelengkan kepalanya, Ia tak dapat memberitahu] tulisnya. "Kau bercanda denganku bukan" Eideth tak menyangka kesulitannya akan meningkat setinggi ini. Ia sangat ingin menonaktifkan Talent miliknya, mencoba melawan dengan Teknik sihir, tapi itu akan membatalkan hadiah penyelesaiannya nanti. "Tampilkan sejarah guliran dadu" ujar Eideth selagi maju menyerang Pemimpin bandit itu.
[3,7,11] Eideth mendaratkan tiga serangan, tapi tidak menimbulkan kerusakan sama sekali. Kulit Pemimpin bandit itu sangat keras ditambah lapisan Mana menggunakan Harden, hampir tak bisa tertembus]. "Apa yang kau lakukan, menyingkir dari hadapanku" teriak Pemimpin bandit menghempaskan Eideth dengan satu tebasan. Eideth tak dapat menghindar dan otomatis menangkis serangan itu, walau dampak yang Ia terima berkurang Ia masih terlempar mundur cukup jauh.
"Sial, damagenya terlalu tinggi, dan AC miliknya juga tak masuk akal, apa itu pengaruh Harden" tanya Eideth sambil meneguk ramuan penyembuh miliknya memulihkan HP yang baru saja hilang. Eideth mengerti kenapa Alban kesulitan melawannya, Talentnya mempengaruhi semua orang. Mereka harus bermain dengan peraturannya secara tidak langsung, dan yang tidak tahu akan hal itu mendapat bonus yang signifikan. Talent benar-benar pedang bermata dua pikirnya.
Pemimpin bandit melihat lawannya mulai berkumpul mengeroyokinya, menyadari tinggal Ia yang tersisa. Semua anak buahnya sudah dikalahkan oleh dua orang, membuatnya sangat kesal. "Argh… Kenapa kalian terus menggangguku" teriaknya murka. Eideth bisa merasakan luapan Mana yang besar darinya, walau mereka sudah menghabiskan cukup banyak Mana sebelum penyerangan ini. Pemimpin bandit itu telah mengumpulkan Mana perlahan-lahan sampai sekarang.
"Sial, apa itu fase dua" tanya Eideth tak percaya. Eideth melihat waktu cooldown Statis tinggal sedikit lagi, "Paladin, Alban, ulurkan Aku waktu, Aku akan menjaga kalian dari belakang serang saja Dia sekuat tenaga kalian" Eideth mengganti strateginya dan mulai menembakkan Mantra serangan kepada Pemimpin bandit. Ia mengeluarkan tongkatnya dan mencoba menembakkan [Chromatic Orb] dengan Spell Slot level 2 untuk meningkatkan kerusakannya.
Menyadari Pemuda yang menggagalkannya menyiapkan rencana membuat Pemimpin bandit memfokuskan perhatian padanya, Ia menerima serangan Mantra sihir itu tanpa ragu demi mendekati Eideth. Api membakar tubuhnya namun dengan cepat padam selagi Ia menyerbu maju. Alban dan Paladin mencoba menghalanginya sebaik yang mereka bisa, kerja sama mereka membuat perbedaan yang signifikan menghalangi pergerakan lawan mereka.
"[Chromatic Orb], [Chromatic Orb], [Chromatic Orb]" Eideth hanya menspam mantra menghabiskan mantra miliknya sebanyak mungkin mencoba menjatuhkan Pemimpin bandit secepat yang Ia bisa. Setelah mendapat dampak yang cukup signifikan, akhirnya pemimpin bandit itu jatuh berlutut satu kaki ke tanah. "Apa sudah selesai" Eideth kelelahan dan bisa merasakan penalti Mana Depletion mulai menimpanya.
"Ergh…" geram Pemimpin bandit itu selagi Ia berdiri untuk kedua kalinya. "Oh, tolong lah tetap jatuh di situ sebentar saja" keluh Eideth bersiap untuk babak ketiga. Seperti angin kedua bertiup pada Pemimpin bandit, Ia berdiri meskipun tubuhnya dipenuhi luka. Kondisi kelompok Eideth tidak jauh berbeda, semuanya kelelahan dengan tubuh penuh luka kecuali Eideth yang menjaga jarak sedari tadi. Alban dan Paladin tampak tak cukup kuat untuk bertahan satu ronde lagi dengan Pemimpin bandit tampak sedikit putus asa.
Eideth maju walau lelah dari Mana Depletion menumpuk di pundaknya, dengan nafas terengah-engah Ia mencoba bersikap keren dan maju melewati Alban dan Paladin. "Kerja bagus, Aku tahu ini permintaan yang berat tapi bisakah Kalian ambil posisi Hunt dan menyerang dari samping, Aku akan menjadi Breaker untuk Kalian menahan serangannya" ujar Eideth. Dengan bilah cahaya ditangannya, Eideth menusuk dirinya sendiri dan mengeluarkan luapan kekuatan.
[Eideth Raziel, Barbarian 3, Totem Warrior] Eideth melepas pakaiannya hingga tersisa celana saja, dengan sebuah kalung beruang kecil di lehernya. "Aku akan mengamuk" teriaknya selagi otot disekujur tubuhnya membengkak keluar. Ia maju menghajar Pemimpin bandit itu dengan tongkatnya. Itu adalah pertarungan yang kotor, Eideth tidak ragu-ragu menyerang membabi buta tak memikirkan keselamatan dirinya, mungkin karena Ia menggunakan [Reckless Attack]. Pemimpin bandit segera menyerang balik, namun sadar lawannya sudah kehilangan akal dan menerima serangan itu langsung.
"Sayang sekali bung, Aku punya Resistance" ujar Eideth tidak jelas. Pemimpin bandit tidak mengerti apa yang Ia maksud, dan menerima tendangan lutut ke perutnya. "Makanya jangan punya AC setinggi 17, susah tahu menghajarmu" keluhnya selagi mengjahar Pemimpin bandit itu, jujur saja hanya 1 dari 4 serangannya yang melukai Pemimpin bandit itu, AC 17 itu cukup tinggi. Tak berhenti disitu, melihat celah yang dibuka oleh Eideth, Alban dan Paladin menyerangnya dari samping. Eideth juga merelakan gilirannya untuk menyerang agar serangan Alban dan Paladin mendarat, itu aksi "Help" untuk mu.
Ketika Pemimpin bandit mencoba menjaga jarak, Eideth menghantam kepalanya dengan dagu Pemimpin bandit itu. "Oh, Kau tidak akan bisa lari, Aku akan terus menahanmu disini" ujar Eideth, kepalanya mengeluarkan darah begitu juga hidung serta bibir lawannya. Mencoba mendorong Eideth menjauh, Ia menusukkan pedangnya ke perut Eideth tapi Eideth tetap berdiri kokoh, tersenyum sambil meneguk ramuan di mulutnya. Tak puas Eideth menghantamkan kepalanya lagi ke tepat ke dada Pemimpin bandit itu.
Setelah menerima serangan telak di dadanya, Pemimpin bandit itu melihat sekilas ekspresi lawannya. Dengan darah mengalir keluar dari kepalanya, tubuh babak belur penuh luka, Ia tetap tersenyum lebar menampakkan giginya. Bulu kuduknya berdiri melihat kengerian itu, Ia menyadari ketakutannya itu. Ia mencoba sebaik mungkin melarikan diri tapi naas, punggungnya terbuka. Alban, setelah percobaan yang kesekian kalinya, akhirnya tombaknya berhasil melewati pertahanan Harden. Tombak itu menembus keluar dari perutnya, ketika Ia mencabut tombaknya, darah bercucuran keluar dengan deras. Akhirnya Pemimpin bandit itu jatuh tergeletak di tanah tanpa ada tanda dapat berdiri kembali.
"Haah… itu pertarungan yang bagus" ujar Eideth membuka tutup botol ramuan dan menyangkutkannya di rahangnya seperti rokok. Eideth segera terjatuh ke belakang, mendarat di tanah dengan punggungnya. "Eideth…" Alban dan Paladin segera menghampirinya tapi Ia kaget Eideth terbangun santai setelah meneguk ramuan itu, "hai…" sapanya dengan ramah mengagetkan mereka berdua.
Eideth melepas [Stasis] dan kembali ke dirinya yang biasa, tubuhnya penuh dengan darah namun sebagian besar lukanya sudah hampir tertutup. Penasaran Alban mengecek botol ramuan Eideth, "apakah ini ramuan tingkat tinggi" tanya Alban penasaran, Ia tahu ada ramuan tingkat tinggi yang bisa menyembuhkan luka secara instan. "Bukan, itu ramuan penyembuh murah, ini efek dari Talentku" jelas Eideth. Setelah bangun Eideth segera memeriksa tubuh Pemimpin bandit, yang secara kebetulan masih bernafas. Ia menahan lukanya dengan baik dan menarik nafas sekuat tenaga, mencoba memperlambat mautnya.
"Hey, kau bisa mendengarkanku bukan, bilang iya" tanya Eideth, Ia segera memakai pakaiannya untuk menutup luka di perut Pemimpin bandit itu. Tepat sebelum pandangan matanya kabur, Ia menjawab iya dengan terbata-bata. Eideth menyuapinya beberapa tetes ramuan yang tersisa dan menunggu. "Eideth apa yang Kau lakukan" tanya Vista heran dengan Eideth, mencoba menyelamatkan orang yang ingin membunuh mereka. "Shh… dengarkan…" beberapa detik kemudian, tubuh tak sadarkan diri itu mulai mengambil nafas, berjuang keras untuk tetap hidup.
"Tolong jangan bertanya, Aku punya alasanku tersendiri, dan… itu mereka" Eideth mendengar suara langkah beberapa kuda berlari mendekati mereka. Melihat dari kejauhan, mereka adalah pasukan penjaga dari Nous, terlihat dari bendera yang mereka bawa dan baju zirah mereka. Alban terkejut bala bantuan telah datang untuk menjemput mereka, Lin Yan bersama Stevan juga bersama mereka. "Karena mereka sudah sampai, kuserahkan padamu ya Alban, biarkan Aku tidur setengah jam, hoam… sampai jumpa" Eideth segera tertidur pulas setelahnya.
"Eide… Dia benar-benar langsung tertidur ya, kurasa tidak bisa dipaksakan, Ia terbangun semalaman dan belum istirahat semenjak itu…" ujar Alban dengan kagum. Stevan segera melompat dari kudanya, Ia bergerak sangat lincah untuk orang yang kritis semalam. "Tuan, apa Tuan baik-baik saja" tanya Stevan memeriksa kondisi tubuh Alban. "Dasar pak tua bodoh, Aku yang mengkhawatirkanmu disini, bagaimana lukamu bisa…" Vista bertanya balik keheranan.
"Ini kemungkinan berkat sihir Tuan Eideth, seperti perintahnya, saat Saya terbangun leher saya sudah pulih, bagaimana dengan kondisi Tuan" Stevan melihat tubuh mereka bertiga berlumuran darah, "Aku baik-baik saja, Aku berjanji, ini sulit dijelaskan Kau tahu" Alban tak tahu bagaimana Ia harus menjelaskan semua ini. "Aku mengerti," Ia melihat Eideth berbaring di tanah tertidur pulas.
Ketika para Prajurit yang datang melihat Alban, mereka segera mengenali identitasnya. "Tuan Alban… Kami sudah menunggu kedatanganmu, maaf Kami tidak datang lebih cepat" ujar salah seorang prajurit, mereka segera ingin membungkuk namun Alban memotong mereka. "Tidak apa… tolong angkat kepala Kalian, biarkan Kami beristirahat untuk sekarang, dan urus para kriminal ini" ujar Alban. "Segera Tuan, semoga perjalanan Anda ke kota berjalan aman, Kami akan mengamankan Kriminal ini" balas mereka coba mengangkat Eideth.
"Hey, hentikan, Dia teman perjalananku" perintah Alban. Malu mengira seseorang yang telanjang dada seorang kriminal, Ia meminta maaf dan mengajukan diri membopongnya keatas kereta karena malu. Paladin mengambil pakaian Eideth yang Ia lemparkan ke tanah dan menemukan benda aneh, tapi Ia memutuskan untuk tetap diam membawanya ke dalam kereta bersamanya.
Prajurit itu mendudukkan Eideth di pojokan kursi agar Ia bisa bersandar, kemudian meminta maaf kembali dan pergi membantu rekannya yang lain mengikat para bandit. Alban masuk ke dalam kereta, melihat Eideth membuka satu matanya mencoba mengintip dan segera tidur kembali. Alban melepas tawa kecil tanpa sengaja, "ada apa Tuan" tanya Stevan, "tidak ada… haa… Ayo kita pergi sekarang" ujar Alban mengajak yang lain pergi.
Kereta Alban lebih dulu meninggalkan tempat itu untuk kembali ke kota, menyerahkan sisa pekerjaan mereka untuk dibereskan oleh para prajurit. Helaan nafas lega terlepas setelah malam panjang yang mereka lewati, Paladin duduk disebelah Eideth mencoba sebaik mungkin tidak mengganggunya karena Ia tidak melepas semua baju pelindung itu. Lin Yan bersebelahan dengan Alban juga tampak kelelahan, "sepertinya disisi lain juga kesulitan ya" tanya Alban.
"Tidak perlu khawatir, Kami semua aman dan buku-buku Anda sudah diserahkan pada Kuil, hanya saja teman Tuan Eideth…" Lin Yan sedikit kesulitan untuk menceritakan kisah mereka. "Nanti saja Tuan Lin, sebaiknya Kita gunakan waktu damai ini untuk beristirahat" Alban menunda pembicaraan berat itu hingga mereka sampai di kota.
"Ya itu benar… ceritanya nanti saja" gumam Eideth dengan mata tertutup. Mereka kaget mendengar balasannya, dan tak bisa menebak apa Eideth benar-benar tertidur atau tidak. Stevan mengajukan diri untuk menjadi kusir mereka, Alban coba menolak tapi Stevan dengan mudah berdalih, "Tuan istirahat saja, Saya sudah pulih total karena istirahat semalam jangan khawatir". Suasana senyap dengan cepat karena semua orang sangat lelah, mereka benar-benar layak mendapat istirahat ini. [Dengan begitu, kelompok itu beristirahat sampai mereka kembali ke kota] tulis Zatharna, Eideth sangat bangga dengan pencapaian ini dan memberi acungan jempol pada Zatharna dalam hatinya untuk kerja yang bagus. [Sekarang tidur] suruh Zatharna lewat layar itu, walau Eideth menutup mata, layar tersebut adalah proyeksi batin sehingga Ia bisa melihatnya walau dengan mata tertutup. 'Ya, ya Aku tidur' jawab Eideth dalam hati.