Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Lirik Lagu Cheap Thrills

Living Like A Hell

Kali Eufracia Isvara A highly skilled assassin, a student at the prestigious De Lahnnel University, is tasked with a mission of profound personal significance: to avenge her mother's murder. This undertaking, however, proves to be a crucible, forging an unexpected transformation within her. Her relentless pursuit of justice leads her to a young woman whose plight unexpectedly softens the assassin's hardened heart, fracturing the icy resolve born from years of training and fueled by a burning desire for retribution. The path to truth is fraught with peril, complicated not only by the intricate web of deceit surrounding her mother's death but also by the staunch opposition of her beloved, whose allegiances remain a source of both comfort and agonizing uncertainty. The mission, initially a simple equation of vengeance, evolves into a profound exploration of morality, empathy, and the elusive nature of justice itself, forcing the assassin to confront not only her adversaries but also the very essence of her being. Averja Zhykiel Creuio A brilliant and exquisitely elegant young woman, flourishing academically at De Montel University, finds her spirit wounded by the relentless barbs of mockery. Seeking refuge from the cruelties of her peers, she contemplates a transfer to the more prestigious De Lahnnel University, hoping for a fresh start. Yet, fate intervenes in the form of an unexpected and electrifying encounter with another woman. This burgeoning romance ignites a passion that thrills her to her core, promising a future brimming with love and understanding. However, lurking beneath the surface of their idyllic connection is a significant obstacle, a looming problem that threatens to shatter their newfound happiness and test the strength of their bond to its very limits. The question remains: can their love withstand the storm that gathers on the horizon?
Yxenni · 378 Views

PERJALANAN ANAK DESA

Hutan Sancang, tempat yang dikenal sebagai tanah sakral bagi para pendekar, diselimuti kabut tipis saat fajar menyingsing. Di antara pepohonan raksasa dan akar-akar yang menjalar, seorang bocah lelaki berdiri tegap, tubuhnya kecil namun penuh tenaga, matanya tajam menatap seekor kijang yang tengah minum di tepi sungai. (Cicit burung terdengar bersahutan, air sungai mengalir dengan gemericik lembut…) Namanya Wira, seorang anak yatim piatu yang sejak kecil hidup di alam liar. Tubuhnya berbalut kain sederhana yang sudah usang, tetapi matanya penuh dengan semangat tak terkalahkan. Hari ini, ia harus berburu untuk bertahan hidup. Dengan nafas teratur, ia melangkah perlahan mendekati kijang itu. Namun tiba-tiba… (Dentuman keras! Seperti petir yang menyambar…) Dari dalam semak-semak, seekor harimau kumbang meloncat menerjang kijang itu dengan cakarnya yang tajam. Wira terperanjat, tapi bukan karena takut—melainkan karena kagum. Harimau itu melirik sekilas ke arahnya, seolah memberi peringatan untuk tidak mendekat. Namun, Wira tidak mundur. “Kau hebat,” gumamnya pelan. (Hening. Angin berbisik lembut di antara dedaunan…) Tanpa diduga, langkah kakinya justru membawanya lebih dekat. Harimau itu menatapnya tajam, tetapi bukan dengan amarah—melainkan dengan ketenangan yang menggetarkan jiwa. Saat itu, terdengar suara langkah kaki berat mendekat dari balik pepohonan. (Suara ranting patah, gemuruh langkah mendekat…) Sosok berjubah hitam dengan sorot mata tajam muncul dari balik rimbunan hutan. Wira menatapnya tanpa gentar. Ia tahu siapa pria itu—Prabu Siliwangi, penguasa Pajajaran, seorang raja sakti mandraguna yang konon memiliki ikatan batin dengan harimau putih. “Anak kecil, mengapa kau tidak lari?” suara Prabu Siliwangi bergema seperti petir di langit yang tenang. Wira menatapnya langsung. “Aku tidak takut.” (Guruh menggelegar di kejauhan…) Sang Prabu tersenyum tipis. Ia melihat ke dalam diri bocah itu—bukan sekadar keberanian, melainkan juga ketulusan yang langka. “Kau tidak takut mati?” “Aku hanya takut jika hidupku tidak berarti,” jawab Wira mantap. (Desir angin berhembus lebih kencang, dedaunan berjatuhan…) Mata Prabu Siliwangi berbinar. Di usianya yang telah matang, ia jarang menemukan seseorang seperti Wira—seorang anak yang tidak hanya kuat, tetapi juga memiliki jiwa yang bersih. “Aku akan mengajarimu ilmu sejati,” ujar sang Prabu. Wira mengernyit, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. “Mengajarku?” Prabu Siliwangi mengangguk. “Kejujuran dan keberanianmu lebih kuat daripada pedang mana pun. Kau layak menjadi muridku.”
popyy_5435 · 365 Views
Related Topics
More