Chereads / Let me be carefree, please / Chapter 28 - Gobbi Side-Story

Chapter 28 - Gobbi Side-Story

Kembali ke Balai desa, Ia langsung melanjutkan pekerjaannya. Semua pekerjaan itu Ia lakukan dengan sungguh-sungguh, seperti yang sudah Eideth ajarkan. Konsentrasinya pecah saat ada tetesan air jatuh ke punggung tangannya. Ia melihat ke atas dan tak terlihat ada bocor sama sekali, bahkan diluar tidak hujan sedikitpun. Hingga Ia menyadari air itu jatuh dari matanya.

Ia memutuskan untuk berhenti bekerja sejenak, merenungkan perasaan itu. Gobbi sedikit menyesal karena gagal meminta Eideth tetap tinggal, mengingat kembali yang terjadi ketika Ia coba membujuknya kesekian kali. 

Terus-terusan gagal dan diberi tugas tambahan oleh Eideth, Gobbi merasakan depresi untuk pertama kalinya. Beban pekerjaan kepala desa ditambah tekanan dari Eideth yang sebentar lagi akan pergi, pikiran tentang teman dan guru pertamanya akan pergi tak kuat untuknya pikul sendirian. Gobbi memutuskan untuk pergi keluar dari balai desa, menyegarkan pikirannya, Ia berjalan-jalan sekaligus memantau pekerjaan dari jauh. 

Semua orang menyapa dirinya dengan ramah, tak peduli ras apapun mereka, "Kepala desa" kata mereka semua. Berbanding terbalik saat Ia masih bukan siapa-siapa. Ketika Ia masih goblin kecil, Ia suka belajar tentang berbagai makhluk hidup dan akibatnya sering membuat masalah, babi hutan yang dipantaunya malah menghancurkan rumah-rumah di desa. Ia dijauhi oleh yang lain karena sikapnya yang sok pintar itu, tak diberi kesempatan sedikitpun untuk bergaul.

Suatu hari ketika kepala desa goblin menugaskannya dan beberapa goblin lain untuk mencari makanan, Ia senang merasa dapat kesempatan untuk bekerja sama dengan goblin lain. Berpikir mungkin Ia bisa membuat teman, tapi malah ditinggal berburu sendirian. 

Gobbi kemudian mendengar perangkap yang Ia buat menjerat sesuatu, Ia tak menyia-nyiakan kesempatan dan segera melompat keluar dari persembunyiannya untuk menyerang makhluk itu membunuhnya lewat serangan kejutan. Tak diduga yang mengaktifkan perangkap miliknya adalah seorang manusia, dengan mudah menghancurkan mereka.

Merasa belum ketahuan Gobbi kembali bersembunyi dan berkumpul dengan teman-temannya. Ia menemukan seorang manusia, dengan tas penuh makanan (asumsi), mendengar hal itu perhatian mereka tertarik. Gobbi mulai menjelaskan rencananya kepada mereka, "Aku akan jadi umpan, kalian akan menjebak manusia itu dengan jaring ini, kita bisa menghajarnya saat Ia terperangkap dan mengambil makanannya, bagaimana". Merasa teryakinkan dengan rencana pintar itu, mereka setuju bekerja sama.

Rencananya gagal total dan teman-temannya meninggalkannya di saat-saat genting. Ia ditangkap oleh manusia itu, dan ketika Ia terbangun, manusia itu tengah mengasah pisau dengan api unggun besar di sampingnya. Pemikiran terburuk lewat di kepalanya, dan membuatnya sangat putus asa, berpikir dirinya akan dimakan oleh manusia yang Ia serang.

Manusia itu bertingkah sangat aneh, menyapa dirinya dengan sebutan daging, membuat Gobbi semakin takut, kemudian membuat sup yang enak dengan campuran daging dan sayuran. Selesai menghidangkan dua buah mangkuk, manusia itu melepas tali yang mengikatnya dengan sebuah belati.

Memaksanya makan makanannya dengan mengancam menggunakan sebuah belati, "kalau kamu berani ambil belati ini dan tusuk Aku, jika tidak makan" manusia itu menancapkan belatinya ditengah mereka berdua dan memberinya semangkuk sup hangat.

Gobbi menghabiskan sup itu dengan lahap, karena masih panas Ia harus menggunakan sebuah sendok, dan mengikuti cara manusia itu memakan supnya. Gobbi merasakan nikmatnya makanan layak untuk pertama kalinya, Ia belum pernah mencoba masakan seperti ini. Perutnya entah kenapa berbunyi dan Ia menangis haru tapi tak berhenti menyuapi mulutnya.

Selesai makan, manusia itu mencuci peralatan makan memakai sihir, Ia tak henti-henti mengingatkan ancamannya jika menarik belati itu. Ketika Ia selesai, Ia hanya duduk disana menatap Gobbi dan mulai berbicara sendiri, "menyelamatkan mereka, kamu bercanda" katanya. 

Gobbi seketika merasa malu Ia sudah makan sendirian tanpa temannya, Ia mengingat lagi goblin lain dan Kepala desa yang menunggunya membawa makanan. Apalagi akhir-akhir ini sulit bagi mereka mendapat makanan karena kumpulan manusia serigala datang dan membuat wilayah mereka sendiri.

Gobbi cukup realistis berpikir mereka takkan mampu bertahan lama dengan makan tumbuh-tumbuhan yang sudah terbatas. Ia juga tahu bodoh untuk meminta manusia itu, tapi Ia tak punya pilihan lain. Sebelum Ia sempat membuat permintaan manusia itu berkata, "Aku akan meminta bayaran harga diri kalian" ujarnya.

Tidak diminta, manusia itu menawarkan bantuan, namun dengan persyaratan dengan tidak karuan. Itu persyaratan paling aneh yang pernah Ia dengar tapi Gobbi hanya mengiyakan dan mengikutinya. Ia tak tahu apakah yang akan terjadi selanjutnya, tapi jika mereka semua berhasil meyakinkan manusia itu, mereka mungkin akan terbantu. Ia bahkan memaksanya menandatangani sebuah kontrak, yang Ia tidak tahu isinya kecuali dibacakan "Tuan…", "tidak, jangan panggil Aku itu, panggil Aku Eideth" katanya. 

 Ia sangat bersyukur, Kepala desa berhasil melewati tes dari manusia bernama Eideth itu. Sifatnya langsung berubah total, Ia bersikap sangat ramah. Ia mengajak Gobbi pergi berburu dan mendapat tangkapan besar, itu adalah kali pertama mereka melakukan pesta seperti itu.

Setelah semua berpesta dan perut para goblin terisi penuh, Eideth menjalankan rencana, Ia mengatakan semua makanan tadi adalah kerja keras Gobbi. Seketika Ia menjadi Kepala desa yang baru.

Kepala desa sebelumnya menurunkan diri menjadi Tetua dan mengangkat Gobbi sebagai Kepala desa selanjutnya. Berkat ajaran Tetua Gobbi tahu apa yang harus Ia lakukan sebagai Kepala desa tapi Eideth berkata itu tidak cukup dan ikut mengajarinya.

Dengan ajaran Eideth dan nasihat Tetua, Gobbi mulai membangun Desa goblin menjadi lebih baik, rumah yang lebih layak, semuanya mulai makan 3 kali sehari. Dan ketika goblin yang Gobbi tugaskan untuk menjelajah sekitar menemukan rombongan manusia dengan puluhan kereta kuda, Eideth segera menghampiri mereka. 

Gobbi mengira awalnya Eideth akan pergi saat itu, tapi Ia malah kembali membawa peralatan besi yang tak pernah Ia lihat. "Eideth, ini…", "tidak apa, ini adalah kebutuhan penting yang harus kalian miliki, anggap saja hadiah dariku jadi gunakan seperti yang ku ajarkan" balasnya.

Gobbi menjalankan tugasnya sebagai Kepala desa, tapi Ia merasa Eideth lah yang mengarahkan mereka agar bisa jadi seperti ini. Tidak mungkin mereka bisa mencapai ini sendirian, Gobbi cukup realistis.

Beberapa minggu berlalu, perkembangan desa goblin meningkat begitu signifikan. Gobbi cukup senang semuanya berjalan dengan lancar. Mereka melakukan pergantian, siapa yang bekerja dan siapa yang belajar. Tetua dan Eideth mengajari mereka semua hal penting yang perlu diketahui. 

Ketika mereka membangun sebuah tambang, Menara aneh bangkit dari tanah. Wajah Eideth terlihat ketakutan, "Gobbi ayo ikut…" Eideth melihat kearahnya, Gobbi tidak tahu wajah seperti apa yang Ia buat tapi Eideth menarik kembali perkataannya, "Gobbi, jaga semua orang disini, Aku akan ke desa menyelamatkan yang lain" ujarnya kemudian langsung berlari pergi.

Ia hanya bisa menunggu disana sesuai perintah Eideth, sekarang Ia sadar apa yang terjadi dengan wajahnya, Ia sangat ketakutan setelah mendengar ledakan dan melihat Menara itu tumbuh semakin tinggi. Ia membenci dirinya kenapa Ia takut saat itu, melihat warga desa goblin lain datang, Ia sudah melakukan apa yang Eideth perintahkan, menyiapkan sebuah baru raksasa untuk menutupi pintu gua. "Ayo masuk" ajak Gobbi, "sembunyilah, Aku akan menyelamatkan yang lain dulu" ujarnya sebelum pergi lagi.

Dengan pintu gua yang hampir tertutupi seluruhnya oleh baru besar, Gobbi mengamankan semua goblin ke dalam gua. Tak lama, kawanan Manusia serigala setengah berubah datang mengungsi bersama, "tolong goblin, bisakah kami mengungsi disini" tanya pemimpin mereka.

Semua goblin didalam gua mulai ketakutan tapi Gobbi menenangkan mereka, walau dalam hari Ia sendiri takut. Melihat beberapa manusia serigala masihlah seorang bayi, Gobbi memutuskan untuk membiarkan mereka masuk. Ia menerima banyak penolakan, tapi sebagai Kepala desa Ia bisa meyakinkan goblin lainnya untuk menerima mereka. "Terima kasih, Kepala desa goblin" ujar Manusia serigala itu.

Lama kelamaan, semakin banyak yang mulai mengungsi di gua itu, tapi Gobbi menerima mereka semua, peri dryad, dan bahkan gnome. Itu adalah hal yang benar pikirnya setelah mendapat ajaran Eideth. Seorang gnome berkata, masih ada beberapa yang belum berkumpul dengan mereka melawan monster aneh bersama seorang manusia" Gobbi langsung mengetahui bahwa manusia itu adalah Eideth.

Agar memanfaatkan semua ruang yang ada, Gobbi menempatkan semua Wanita dan Anak-anak di bagian gua yang paling dalam, sementara para Pria berjaga di dekat pintu masuk gua. Ia kaget saat penghuni hutan lain mengikuti perintahnya, tapi semuanya tak berjalan lancar begitu lama. 

Begitu Eideth kembali, Ia membuat keributan tak terduga, Eideth mengisyaratkan Gobbi untuk menenangkan semuanya dan memimpin mereka semua. Dengan bantuan Eideth, Gobbi berhasil membuat semua penghuni hutan disana dibawah perintahnya. 

Mereka melawan balik monster aneh bersama-sama, peri ditugaskan untuk tetap dibelakang membantu dengan sihir mereka dan menyembuhkan yang terluka, gnome menggunakan sihir tanah mereka memerangkap musuh, para Manusia serigala dan Eideth menjadi penyerang utama, tapi goblin menjadi pendukung yang terbaik. Mereka melempar jaring pada lawan, menarik yang terluka ke belakang untuk disembuhkan. 

Melawan semua kemungkinan, mereka menang, berhasil mempertahankan diri mereka. Walau ada beberapa korban luka, tidak ada korban jiwa satupun. Semuanya mengira mereka bisa senang sekarang, namun masalah tetap berlanjut. Mereka kelelahan, kelaparan, dan terluka. Makanan yang dibawa sebelumnya bahkan tidak cukup untuk memberi makan semua goblin. 

Gobbi merasakan beban aneh di pundaknya, dan perasaan tidak enak itu semakin jelas saat Ia melihat penghuni hutan yang mengungsi bersamanya disana. Semua orang disana, kelelahan, terluka, dan kelaparan. Walau suasana hati mereka masih gembira, jika mereka merasakan yang Ia rasakan, sebentar lagi mereka akan kelaparan. 

Gobbi langsung memikirkan kemungkinan yang terburuk dimana semua orang menyalahkan dirinya, temannya, grup penghuni hutan lain yang mengikutinya bertarung bersama diluar, ketakutan akan rekannya akan memusuhinya dalam sekejap. 

Anehnya Ia menemukan sebuah ketenangan saat melihat Eideth, pandangan matanya yang tenang mempercayai dirinya ikut menenangkan hatinya. Mengingat semua yang Tetua dan Eideth sudah ajarkan padanya, Ia yakin dengan pilihan yang Ia akan buat. Ia berbincang dengan goblin dan langsung dibalas dengan penolakan.

"Bagaimana dengan kita" pertanyaan itu hampir terdengar dengan keras di dalam gua, Gobbi melihat sekitar dan tidak ada yang menyadari mereka. "Semuanya, dengar, coba dengarkan lagi yang kalian katakan, kalian semua juga kelaparan, bukankah kalian pikir yang lain juga begitu, kita semua kesusahan disini, bukankah tidak adil jika hanya kita yang makan" tanya Gobbi pada warganya sebagai Kepala desa.

Para Goblin beberapa minggu tidak akan mengerti, tapi mereka paham sekarang, sudah tahu masa sulit dan bisa bersimpati pada orang lain. Akhirnya mereka menerima ajakan tersebut dengan ikhlas, dan mulai mengatur makanan mereka.

Itu adalah pemandangan yang menakjubkan, warga desa goblin mulai membagikan makanan mereka kepada penghuni hutan yang mengungsi lainnya. "Ini tidak banyak, tapi kita semua butuh makan, kita masih harus bertarung besok jadi tolong terima ini" kata Gobbi. Ia mengatur porsinya, agar wanita dan anak-anak mendapat porsi yang sedikit lebih banyak dari para pria. Mereka semua berterima kasih atas belas kasih dari goblin, dan menyantap makanan mereka.

Sedikit ironis melihat ras lain menghabiskan makanan itu dengan cepat karena porsi kecil itu, hampir tidak bisa disebut cemilan karena perbedaan ukuran tubuh yang begitu besar. Semuanya tampak tak puas tapi mereka tidak bisa berkomentar, Gobbi memahaminya dengan baik dan meminta pertolongan Eideth lagi.

Bukannya menjawab dengan jelas, Eideth membuat permintaan aneh lagi untuk kesekian kalinya, tanpa memberikan penjelasan apa-apa, "panggil Aku Halq mulai sekarang, sampai Aku bilang Aku kembali, mengerti" kata Eideth sebelum duduk diam bagai tertidur.

Eideth terbangun kembali tapi auranya berbeda, semua orang dalam gua, sekilas melihat sosok pria paruh baya darinya, itu benar-benar tidak masuk akal. Saat itulah Eideth menggunakan sihir anehnya, Ia memunculkan makanan entah dari mana. Jenisnya bervariasi, namun tampaknya makanan itu adalah makanan yang mereka inginkan, baik itu kesukaan atau Jumlahnya sangat banyak, hingga mereka menyisakan begitu banyak. 

Melihat begitu banyak sisa makanan diluar perkiraannya, Eideth membungkus makanan itu dengan sihir aneh, wadah tembus pandang membungkus semua makanan itu dan mereka menghilang. Gobbi senang semua orang dapat menyantap makanan yang layak, tapi dalam hatinya ada perasaan tidak senang. Gobbi memendam perasaan itu dalam hatinya karena mereka masih harus menyelesaikan masalah dalam tangan mereka. 

(Eideth/Halq) membuat rencana untuk menyerang Menara, penghuni hutan hendak menolongnya, tapi dibalas dengan penolakan. "Biarkan kami mengantarmu" saran Gobbi, Ia tidak menolak mereka lagi. Ia berniat menyerang Menara keesokan hari setelah beristirahat, dan semua setuju dengan rencana itu. Saat (Eideth/Halq) tidur semua orang membicarakannya, pendapat mereka tentang keanehan itu, dan kenapa mereka ragu dengan rencana gila itu. 

Gobbi mengerti pendapat mereka, karena semua kejadian tiba-tiba ini dan semua berjalan terlalu cepat, tapi Ia percaya padanya dan meminta semua untuk percaya juga. Merekapun memutuskan untuk tidur setelah beberapa orang setuju untuk berjaga jikalau terjadi sesuatu.

Pagi mereka pergi sesuai rencana, Gobbi membentuk sebuah grup terdiri dari para penghuni hutan dengan kondisi terbaik diantara semuanya, terutama para pemimpin dari grup lain yang mengajukan diri sebagai perwakilan. (Eideth/Halq) melambai pergi selagi mereka meninggalkan gua menuju ke Menara, karena dirinya tidak bisa tenang bagaimanapun jugam Gobbi meminta Tetua untuk menjaga selagi Ia menyusul grup pengantar.

Gobbi melihat para pemimpin dari penghuni hutan lain berhenti diujung hutan berbatasan dengan Menara, "kenapa kalian semua disini, dimana Halq" Gobbi tak bisa menahan amarahnya namun segera mengerti apa yang terjadi.

Semua keraguan yang mereka punya tentang (Eideth/Halq) seketika hilang melihat pertunjukan kekuatan darinya. Ia menembakkan bola api yang menghanguskan lawan didepannya menjadi abu, merasa dikepung Ia memanggil sebuah makhluk tanah raksasa yang melompat-lompat keluar masuk dari tanah, melumatkan monster-monster itu dengan mudah. Ia masuk kedalam menara itu dan menutup pintunya dengan rapat walau monster-monster it uterus menyerbu dirinya. 

"Aku tidak menyangka, dia pria yang sama yang bertarung disamping kita tadi malam, dari mana kekuatan itu berasal, apa manusia bisa memiliki kekuatan seperti itu" mereka berpendapat. "Yang penting, manusia itu akan menolong kita menyelamatkan hutan, karena itu kita harus percaya padanya" balas Gobbi atas komentar tersebut.

Mereka menunggu dan terus menunggu, hingga suara ledakan pecah dari atas menara. Tak tahu apa yang terjadi mereka masih menunggu untuk maju ditahan Gobbi. Mata mereka tak percaya ketika tak lama setelahnya, Menara itu mulai memancarkan cahaya dan terurai perlahan-lahan bagai debu hingga tak satupun tersisa. Yang terlihat hanyalah dua siluet diatas landaian kecil tempat Menara tadi sebelumnya.

Mereka berteriak bahagia berpikir (Eideth/Halq) berhasil dan mendekatinya, sampai benda aneh terbuka diudara, sebuah bola api muncul memancarkan kekuatan aneh, membuat mereka terjatuh seketika tak sadarkan diri. 

Yang selanjutnya Gobbi sadari hanyalah Eideth membangunkannya, Gobbi memanggilnya dengan nama Halq tapi Eideth membalas, "sudah cukup, Aku kembali" ujarnya menandakan permintaan Eideth telah selesai. Ia meminta untuk tidak membahas itu lebih panjang dan mereka sebaiknya pulang memberitahukan kabar baik itu dengan yang lain.

"Eideth, siapa itu" tanya Gobbi menunjuk pada seseorang dengan kulit putih pucat yang tak memakai pakaian apa-apa, "Aku Vista, zombie" jawab orang itu. 

Setelah grup pengantar kembali ke gua, mereka semua berbahagia dan membuat pesta saat itu juga. Eideth mengeluarkan semua makanan yang Ia simpan dalam wadah tembus pandang itu dan meletakkannya ditanah, mengambil makanan itu mereka mulai membuat hidangan yang besar.

Gobbi dengan yang lain semangat memasak bersama, sedangkan Eideth dan Vista beristirahat. Tapi saat memasak, Ia menyadari perasaan yang Ia rasakan sebelumnya, Ia membuat kata-kata untuk mengambarkan perasaan itu, "perasaan tidak puas apa ini" tanya Gobbi pada dirinya sendiri.

"Gobbi bangunlah, tidak bagus kamu termenung disini" panggi Tetua menyadarkan Gobbi dari lamunannya. Gobbi tersadar Ia berada didekat rumah Tetua tanpa sengaja saat tengah mengingat ingatan lamanya. "Apa ada sesuatu yang memenuhi pikiranmu, katakanlah sekarang, jangan buat pak Tua ini menunggu" Tetua bisa melihat langsung kedalam hatinya. Gobbi pun mulai menjelaskan masalahnya itu. 

Selesai menumpahkan isi hatinya, Gobbi menambahkan, "Tetua, apa Aku layak menjadi Kepala desa aliansi ini, Aku merasa tidak melakukan pekerjaan apa-apa, semua ini hasil kerja keras Eideth, aduh…" Tetua memukul kepala Gobbi dengan tongkatnya. "Tetua, kenapa" ringis Gobbi mengelus kepalanya.

"Gobbi, ikut Aku sebentar" ajak Tetua. Mereka kemudian jalan-jalan mengelilingi desa. Gobbi terus mengikuti Tetua, tapi pikirannya tak bisa tenang karena sangat menginginkan jawaban. "Tetua ini sangat tidak membantu, apa yang sebenarnya kita lakukan ini" tanya Gobbi, Tetua berbalik dan membalasnya.

"Lihat ke belakangmu Gobbi" tunjuknya, Gobbi berbalik dan melihat pemandangan desa dari jauh. Tak disangka mereka berjalan begitu jauh, mereka berada diatas lereng dimana Menara Sixen sebelumnya. Gobbi melihat bagian hutan telah dibersihkan untuk memperluas wilayah desa, perumahan yang teratur, banyak ladang baru untuk memberi makan semua orang. Pemandangan yang sederhana tapi begitu indah mengetahui semua kerja keras itu.

"Lihat desa itu, apa yang kamu lihat" tanya Tetua. Gobbi hanya diam dan terus menatap desa, "itu adalah kerja keras semua orang, termasuk dirimu, jika kamu merasa ragu pada dirimu, dengarkan pendapat orang lain tentangmu" lanjut Tetua.

"Tapi Tetua…", Tetua langsung memotong perkataan Gobbi, "Kamu tahu, Eideth memperingatiku sebelumnya jika sesuatu terjadi" Tetua lanjut membuka surat dan membacanya. "Yang kamu miliki itu adalah sindrom penipu, ketika kamu merasa kamu meragukan kemampuan, pengetahuan, dan pencapaian, dan membandingkannya dengan orang lain, obat untuk itu adalah respon balik, dengarkan pendapat orang lain tentangmu, terima masukan dari mereka, untuk mengingatkan seberapa keras kamu bekerja dan banggalah" Tetua melipat kembali kertas itu selesai membacanya.

"Awalnya Aku bingung kenapa Eideth memberiku surat ini, tapi Aku paham sekarang, Aku iri padamu Gobbi" kata Ketua. "Aku sudah menjadi Kepala desa sebelum kamu tapi Aku tidak pernah bisa mencapai semua ini, tapi melihat Kamu bekerja keras setiap harinya, Aku sadar akan kekuranganku, karena itu Aku ingin terus belajar lagi dan membantumu ke depannya" lanjut Tetua.

"Banggalah, Gobbi kecil, Kamu sudah bekerja keras" Tetua mendekati Gobbi dan memeluknya. Gobbi merasa nyaman, seketika pikiran tentang keraguan itu jadi lenyap, tapi muncul perasaan baru. Gobbi mulai menangis, Ia menangis dengan keras di bahu Tetua. 

Kini yang ada dipikiran Gobbi adalah perasaan campur aduk, senang bahwa Ia salah, Ia benar-benar bekerja keras untuk semua ini, dan sedih karena Ia sekali lagi harus mendapat pengingat dari temannya Eideth. Kemudian Ia menyadari perasaan ketiga, Ia sudah merindukan temannya itu.

Ia menangis untuk waktu yang cukup lama, hingga Ia bisa mengatur dirinya kembali. Selesai menangis, Ia berterima kasih akan bantuan Tetua, mencuci mukanya dengan sekantung air yang Tetua bawa tanpa Ia ketahui. Ada lebih banyak benda yang Eideth minta Tetua persiapkan di surat itu, dan semuanya tepat sasaran. Setelah menyegarkan wajahnya, Gobbi mengantar Tetua pulang kemudian kembali ke Balai desa dan mulai bekerja. 

"Eideth… terima kasih anak muda… bahkan setelah kamu pergi, kamu masih saja membantu kami, kamu manusia pertama yang melihat kami dengan tulus, Aku mengerti seutuhnya kenapa Gobbi seperti itu, Aku juga merasa hal yang sama, tapi ternyata suratmu untukku juga ya, huhu…" Tetua berbicara pada dirinya sendiri sambil merapikan barang-barangnya.

Sesampai di Balai desa, Gobbi menutup pintu rapat-rapat dan mulai bekerja, Ia memperhatikan kertas-kertas di mejanya, dan mendapat sesuatu yang menarik matanya. Surat "kontrak" yang Ia buat dengan Eideth. Kini karena sudah diajari membaca, Gobbi mulai mengerti sebagian isinya. "Ini…" Gobbi menemukan sesuatu di kontrak itu yang membuatnya tersenyum.

"Eideth tunggulah, Aku merasa seperti ini karena kamu sulit sekali menerima terima kasih kami, kali ini Aku akan buat kamu tidak bisa menolaknya" ujar Gobbi.