Sebagai bentuk dukungan kawan-kawan buat Light Novel That Time One Class Summoned in the Another World ini. Penulis berharap, tanpa paksaan, cukup melakukan dua hal ini.
1. Sempatkan pencet tombol LIKE sebelum membaca.
2. Sempatkan tinggalkan KOMENTAR setelah membaca, terserah mau komen kayak apa, ketik satu huruf "A" saja termasuk komentar kok(。•̀ᴗ-)✧
_________________________________________
Suasana menjadi hening, tampaknya para murid masih menampakkan keraguan di wajah mereka. Melihat situasi yang tidak memungkinkan itu… sebagai ketua kelas, Amanogawa berinisiatif membuka mulutnya untuk memberi keyakinan pada teman-teman sekelasnya.
Amanogawa memancarkan getaran kepemimpinannya dan berteriak dengan dewasa.
"Semuanya! Jangan ragu untuk menyerangnya! Dia sangat kuat! Kalau tidak bisa, kita tidak akan bisa maju untuk menyelamatkan orang di dunia ini… dan kembali ke dunia kita! Oleh karena itu, kita semua akan menyerangnya secara bersamaan!"
Suara kerasnya bergema ke seluruh Arena Pelatihan. Teman-teman sekelasnya merasa mulai ada setitik harapan yang muncul dari senyuman mereka.
Melihat pemandangan itu, Leader Karlstahl merasa lega dan mulai tersenyum. Dia berpikir kalau orang dari dunia luar tidaklah terlalu buruk seperti yang ia pikirkan. Pasalnya, manusia tetaplah manusia yang memiliki tekad dan perasaan.
Selain itu, Amanogawa Jun dinilai olehnya sebagai orang diplomatik.
Disambung oleh Nazuna. "Um! Semuanya… perkataan Amanogawa-kun benar! Kita harus melakukan sesuatu yang kita bisa. Menyerah hanya akan membawa penyesalan!"
"Benar… aku setuju dengannya. Kita harus membuktikan bahwa kita semua itu mampu untuk bertarung!" Dibalik ucapannya Ryunosuke, itu menunjukkan bahwa dia setuju dengan temannya, Nazuna.
Sebelum mereka terpanggil ke dunia lain, Ryunosuke dan Nazuna lumayan akrab sejak awal di kelas. Bahkan, dia khawatir ketika Ryunosuke mencoba untuk menerobos dari pembatas pelindung sihir. Meski tidak terlihat, mereka berdua saling melengkapi satu sama lain.
"Kalau begitu, kami akan ikut."
Orihara dan kelompoknya mengambil langkah maju, meski masih terlihat ekspresi ragu di wajah mereka. Sedangkan… yang lainnya mengangguk percaya.
Amanogawa terpejam dan tersenyum. Lalu, membuka kedua matanya dengan ekspresi serius. Dia berjalan mengambil sebuah pedang lagi, memimpin barisan dan berkata.
"Semuanya! Apakah kalian semua siap?"
"Kami siap kapan saja."
Di sisi lain, Rin bingung apa yang harus dilakukannya untuk membantu Amanogawa, yap, hanya Amanogawa seorang yang ada dalam pikirannya.
Sementara, Nene terlihat bersemangat dengan tongkat sihirnya. Sedangkan, Shin berada di barisan paling belakang menunggu aba-aba dari barisan depannya.
Melihat pemandangan yang pantas untuk dilihat, kesunyian di sekitar berubah menjadi suara tawa.
"...Ku, ha, haha! Aku suka semangat kalian itu!"
Sebuah suara bisikan terdengar dari barisan tengah. Beberapa murid membuat ekspresi masam.
"Dia… tertawa."
"Sebenarnya… apa yang lucu?"
"Ya! Tetaplah bertahan, dan serang aku."
Mereka memandang Leader Karlstahl dengan tatapan yang tajam terlihat seperti ingin balas dendam ulah provokasi, dan ingin membuktikan sesuatu karena telah meremehkan mereka.
Kebanyakan dari mereka menggunakan pedang, ada juga beberapa menggunakan tombak dan tameng. Sedangkan, satu-satunya orang yang memakai tongkat sihir adalah Shirasaki Nene. Sungguh, dia sangat mencolok dengan tongkat sihirnya itu.
"Teman-teman… dengarkan aku. Kita akan menyerang dia secara bersamaan!" Ucap Amanogawa memposisikan pedangnya vertikal di depan pinggangnya, dan secara alami merendahkan tubuhnya.
Sementara teman-temannya menghisap dan menghembuskan nafas dalam-dalam. Mereka semua sepertinya benar-benar telah memantapkan hati untuk memberanikan diri mengangkat pedang dengan kedua tangan mereka. Kecuali… Yuasa Rin. Dia tidak memegang senjata apapun, dan pada akhirnya ia menggigit bibirnya sendiri.
Tangan dan kakinya gemetaran setiap saat. Terlihat jelas bahwa ia merasa ketakutan ketika melihat teman-teman sekelasnya mengangkat benda tajam dan berbahaya seperti itu.
Tak ada satupun orang di sekitarnya yang menyadari perasaan takut itu, sekalipun itu adalah sahabatnya yang berada disampingnya. Itu karena dia selalu bersikap kuat dan terlihat anggun yang membuatnya orang lain berpikir bahwa dia baik-baik saja.
Selama ini, dia selalu menyembunyikan ketakutannya sejak awal dia dipanggil ke dunia lain. Bahkan, dia selalu menangis semalaman di kamarnya tanpa ada sosok yang menghibur dirinya hingga ia tertidur sendiri dengan air mata membasahi pipinya… dan ia selalu berharap orang seperti Amanogawa Jun memberi bahunya ketika ia sedang bersedih seperti itu.
Akan tetapi, hanya ada seorang yang mengetahui ketakutannya Rin saat melihat benda tajam dan berbahaya. Orang itu adalah seorang pria yang ia sangat benci, lebih buruknya ia tidak ingin berbicara dengannya apalagi menatap wajahnya sekalipun. Orang itu mengetahui semua tentang dirinya, apa yang dia takutkan dan apa yang dia sukai.
Amanogawa berbalik menghadap Leader Karlstahl di depannya sekitar 100 meter. Ia menatapnya, Karlstahl itu mungkin juga sedang memandang Amanogawa.
"Semuanya, ayo serang!" Teriak panjang Amanogawa.
"Serang!"
"Haa!"
Amanogawa dan yang lainnya berlari diiringi dengan teriakan tersebut. Akan tetapi, Rin bahkan diam membeku di tempatnya berdiri bahkan pada saat Shin melewatinya. Tentu, Shin menyempatkan dirinya untuk berbalik dan melihat temannya.
Kepalanya tertunduk, mata dan pikirannya kosong. Namun, Shin berpikir, alangkah baiknya dia tetap seperti itu. Orang sepertinya tidak seharusnya memaksakan dirinya untuk ikut bertarung, hanya demi orang dicintainya.
Yuasa…
Shin merenung sejenak dan bertanya-tanya dalam ekspresi yang cukup sedih. Apakah dia selalu seperti itu sejak awal ia datang ke dunia ini?
—! Ketika ia sadar bahwa dia adalah satu-satunya yang masuk dalam daftarnya sebagai gadis yang paling ia tidak sukai. Dia pun segera membuang pikirannya itu dengan menggelengkan kepalanya ke kiri kanan.
Sialan buat diriku! Mengapa aku harus mengkhawatirkan dirinya!?
Shin mengambil nafas berat, ia tidak berupaya untuk memperdulikan atau mendekatinya, dia memilih untuk berbalik 180 derajat bergabung dengan yang lainnya untuk mencoba menyerang Leader Karlstahl habis-habisan. Meski mereka tahu itu perupayaan yang berakhir sia-sia.
Pada saat mereka menyerangnya, Karlstahl hanya menahan serangan lemah, dan menangkis tombak beberapa. Ia sendiri terlihat senang ketika mengajari para murid ini berlatih. Meski dia merasakan hawa membunuh yang sangat mengerikan di antara salah satu murid dari kedua belas orang itu.
Selain itu, menurut Karlstahl sendiri, tanpa di sadari yang lain, mungkin teknik berpedang Shin lebih bagus daripada Amanogawa yang memiliki julukan pahlawan legendaris yaitu {King Arthur}. Kemudian teori muncul di kepalanya, mungkin saja itu semacam pengalaman di dunia asalnya.
Semua murid kelelahan atau mungkin kewalahan.
"Jika kalian menyerang brutal seperti itu, yang ada energi kalian akan cepat habis. Di sisi lain, kalian harus menggunakan mana yang kalian miliki. Cobalah untuk menggunakan skill yang kalian sudah miliki dan tunjukkan kepada aku seberapa hebat itu."
"Benar… juga," gumam Amanogawa. "Sejauh ini, aku tidak pernah berpikir untuk menggunakan skill yang kumiliki..."
Amanogawa bangkit dari posisi membungkuk. Tampaknya ia tidak berpikir untuk menyerah dengan mengambil pedangnya kembali yang tertancap di tanah.
"Aku tidak akan menyerah. Kami tidak boleh kalah di sini. Setidaknya, akulah yang akan berdiri untuk teman-temanku. Jadi, biarkan aku menyelesaikan ini sekarang?"
Amanogawa mengangkat pedang sejajar lurus dengan pinggangnya. Pedangnya memunculkan cahaya emas di sekitar pedangnya. Dia sepertinya telah mengaktifkan kedua skill sekaligus yang ia miliki. Dengan skill Seni Pedangnya, Amanogawa menggabung skill tersebut dengan Afinitas Sihir ke dalam pedangnya dan mengalirkan mana ke seluruh pedangnya.
Karlstahl berdiri sebagai pengamat terlihat terkesan dan mengatakan.
"Jadi… kau akan menggunakan Teknik Rahasia."
Seperti namanya, Teknik Rahasia di sini mengacu pada serangan penghabisan yang tentu akan mengakhiri semua ini. Saat Amanogawa memutuskan untuk menggunakannya, tidak ada yang bisa menghentikannya.
Dengan kata lain, jika pertahanan Leader Karlstahl gagal, itu bukan hanya akan memojokkannya, tetapi juga akan menghancurkan tubuhnya. Amanogawa mungkin sadar akan hal itu, meski begitu, ia tidak peduli. Kemungkinan besar, dia sendiri berpikir setidaknya bisa melukainya.
"Hen…tikan, hentikan… itu…"
Dari kejauhan seratus meter, Rin berkata dengan suara isak kecil yang bahkan tidak ada satupun orang yang mendengarnya. Air matanya mengalir— Mungkin itu sudah terlambat.
Sedangkan sebaliknya, teman-teman sekelasnya yang lain mendukung dan memberikan semangat kepada Amanogawa agar tidak menyerah.
Wajah Amanogawa gemetar sembari menguatkan giginya.
Melihat hal ini, membuat teman-teman sekelasnya menahan nafas mereka.
"Kraaaaa—!!"
Dengan teriakan seperti objek burung yang besar, teknik itu diaktifkan. Ia mengambil langkah yang berat ke depan dengan kaki kiri nya, mengangkat pedang logam yang ada di bahu nya, dan mengayun pedang nya secara diagonal yang diarahkan ke Leader Karlstahl.
—KINN!!
Suara logam yang tajam terdengar, dan sepertinya terdengar di seluruh Arena Pelatihan.
Sepotong cahaya menari-nari di udara, memantulkan cahaya dari Solus dilangit dan kemudian pelan-pelan mendarat. Pedang yang terpotong ujungnya melayang dan menusuk tanah dari lapangan Arena itu.
Mata Amanogawa melebar dan terdiam. Namun, ia melihat momen ajaib yang sangat penting. Kemudian dirinya mulai kehilangan keseimbangan untuk berdiri dan terjatuh dengan keadaan pingsan.
"Um," angguk Karlstahl. "Serangan yang mematikan. Namun, sepertinya kau terlalu banyak menggunakan mana."
Oleh karena itulah, Amanogawa sampai pingsan. Dia terlalu banyak menggunakan mana pada saat menggunakan tekniknya. Sepertinya dia belum bisa mengatur mana nya sendiri, sehingga terlalu banyak menggunakannya.
Karlstahl sendiri terkesan merasa kalau seluruh bulu kuduknya berdiri.
Manusia bernama Amanogawa ini… benar-benar memiliki hal yang unik yang jauh melampaui perkiraannya. Meskipun dalam sejarah 10 tahun yang lalu di Axiys, melihat orang seperti dia sangatlah langka… bahkan mungkin ia berdiri sejajar dengan orang julukannya, {King Arthur}.
Ia terus merasakan perasaan yang gak bisa dijelaskan itu, enggak, perasaan ini yang bahkan ia gak sadari, ia hanya memikirkan satu hal.
Aku ingin menyaksikan akhir dari perjalanan mereka.
Meskipun Karlstahl menyadari bahwa ada satu orang yang tertinggal.
Pada akhirnya, mereka semua gagal mengalahkan sang Leader dari Pasukan Militer Nycto, itu memang mustahil. Setidaknya, hatinya dapat terpuaskan dan membiarkan kedua belas orang murid ini berpetualang.