Chereads / That Time One Class Summoned In The Another World / Chapter 9 - Chapter 6 : Labirin Underground (Part 01)

Chapter 9 - Chapter 6 : Labirin Underground (Part 01)

Sebagai bentuk dukungan kawan-kawan buat Light Novel That Time One Class Summoned in the Another World ini. Penulis berharap, tanpa paksaan, cukup melakukan dua hal ini.

1. Sempatkan pencet tombol LIKE sebelum membaca.

2. Sempatkan tinggalkan KOMENTAR setelah membaca, terserah mau komen kayak apa, ketik satu huruf "A" saja termasuk komentar kok(。•̀ᴗ-)✧

_________________________________________

Beberapa jam telah berlalu setelah mereka kembali beristirahat. 

Sejauh ini cuaca di siang hari masih begitu baik, menyegarkan dan sejuk. Kedua belas murid yang terpilih akan diberikan perlengkapan khusus seperti zirah dan senjata. Sedangkan sisanya, telah kembali ke dalam istana dan ada beberapa murid yang kembali tidur ke kamarnya untuk menikmati kehidupannya yang sugih, saat ini.

Haruka-sensei berdiri di depan mereka untuk mengantarkan murid-murid tersayangnya, dan mereka berjanji pada Haruka agar semuanya kembali dengan selamat. Para murid melambaikan tangan mereka kepada gurunya yang terlihat seperti sebuah perpisahan.

Perjalanan mereka untuk menaklukan dungeon cukup memakan waktu. Seperti yang kita tahu bahwa labirin dungeon itu sangat luas. Setidaknya membutuhkan satu minggu lebih untuk menyelesaikan dungeon tersebut. Akan tetapi, tidak ada syarat mereka juga perlu menyelesaikannya.

Kemudian, Leader Karlstahl datang menghampiri mereka. Dan menjelaskan semuanya tentang apa labirin dungeon itu.

Sebenarnya labirin dungeon tersebut memiliki nama yaitu, Labyrinth Underground. Seperti namanya, labirin tersebut terletak di bawah tanah yang dasarnya merupakan garis akhir mereka. 

Para murid dipenuhi rasa gugup dan ingin tahu yang sama. Mereka berjalan keluar dari kerajaan mengikuti Leader Karlstahl menuju kota.

Suasana cerah di kota. Ini adalah kota modern dengan hal-hal seperti sistem saluran dan sihir sebagai pembangkit tenaga listrik.

Sejumlah kios berjejer di alun-alun di sekitar pintu masuk, para pedagang saling berkompetisi saling memamerkan barang dagangan mereka. Rasanya hampir seperti sebuah festival.

Mata mereka melihat pemandangan itu dengan takjub saat mereka berada di keramaian kota. Sepanjang jalan dipenuhi oleh kerumunan. 

Orang-orang disekitar melirik ke arah mereka, sepertinya seragam sekolah yang mereka kenakan terlalu mencolok di keramaian kota. Apalagi, ada seorang pemimpin Pasukan Militer berjalan dengan zirah baja besarnya melewati jalan itu. Tidak ada yang berani menghalangi jalan mereka, hanya berbisik-bisik, apa yang keluar dari mulut mereka.

Tampaknya rumor kerajaan sangat cepat menyebar ke seluruh negara.

"Lihat. Itu mereka! Pahlawan!"

"Tidak hanya pahlawan, bahkan Ksatria Karstahl?!"

"Serius!?"

"Bukankah… mereka terlihat masih muda?"

Sementara itu, sikap Leader Karlstahl memang di luar dugaan, dia membuat ekspresi tersenyum sambil melambaikan tangannya kepada orang-orang itu.

Shin juga melakukan hal yang sama, termasuk Nene dan Amanogawa. Kemudian, Orihara yang berjalan di tengah-tengah berkomentar dengan menyengir.

"Apa yang sedang mereka lakukan… menjijikan banget."

Sedangkan, Rin berjalan dengan raut wajah tidak bersemangat dan menyadari akan hal itu adalah Shin. Karena, Shin bisa melihatnya dengan jelas, tangannya bergemetar sejak awal menjelaskan bahwa dia ketakutan. 

Jika dia merasa takut atau tidak percaya diri, mengapa dia bersikeras untuk ikut? Itulah yang dipikirkan oleh Shin.

"Rin?" 

Tampaknya Nene juga merasakan tingkah anehnya Rin. Ketika mendengar sahabatnya memanggil, Rin membuat keterkejutan dari ekspresinya. 

"Kau kelihatan melamun terus sejak tadi? Jika ada sesuatu, katakan saja padaku."

"Um…" Rin menggelengkan kepalanya, dan tersenyum. "Tidak apa. Hanya saja aku merasakan firasat kurang enak. Tapi, itu bukan masalah besar. Aku baik-baik saja kok."

"Yang benar? Aku sangat mengkhawatirkanmu lho."

Rin tersenyum dengan melas. "Terima kasih, Nens."

Nene juga membalasnya dengan senyuman cerah. Melihat keakraban mereka berdua, itu cukup membuat Shin merasa senang dan menghembuskan nafas leganya.

Di depan terlihat sebuah jembatan yang dialiri oleh sungai.

Mereka dengan segera menyeberangi jembatan, suasana tampak lebih sepi daripada sebelumnya dan akhirnya mengeluarkan nafas yang besar. 

Labyrinth Underground ini terletak di perbatasan tembok negara selatan. Dimana tempat itu adalah daerah perbukitan yang jauh dari daerah penduduk. Namun, hanya ada beberapa orang yang tinggal di atas sana.

Wajah mereka yang bersemangat memudar setelah melihat pintu gua yang amat tinggi dan besar.

Di sana terdapat seperti sebuah pos kecil yang dijaga beberapa orang. Di depan pintu gerbang terdapat dua prajurit yang berdiri sembari tertidur di sana. Mereka tampaknya tidak menyadari bahwa ada seseorang yang ingin mendekati mereka.

Sepertinya tidak begitu. Prajurit satu mendengar suara beberapa kaki yang menandakan kalau ada sekelompok orang mendekatinya. Dia pun membuka mata untuk memastikan siapa yang datang kemari.

Meski masih terlihat samar, dari kejauhan prajurit ini langsung cepat-cepat bersiap, berdiri tegak untuk hal yang terburuk. Dia mengenal orang yang datang mendekatinya. 

"Karlstahl-sama!?"

Sementara itu, dia segera membangunkan temannya yang berada di sebelahnya yang masih tertidur.

"Oi, Large! Cepat bangun!"

"Hu…"

Tubuhnya terus bergoyang, dia mimpi seolah sedang terjadi gempa. Perlahan ia mulai membuka matanya. Namun, nyawanya pun masih belum pulih total, selain itu, penglihatannya pun masih samar.

"Gawat!"

Hingga Karlstahl dan para pahlawan lainnya tiba di sana. Prajurit satu berdiri dengan tegak menghadap ke depan dan memberi hormat tegas.

"Selamat datang, Karlstahl-sama!"

"Uh," angguk Karlstahl.

"Rr…"

Teman di sebelahnya mendengkur. Kemudian dia sadar dan langsung melirik ke atasannya. Hanya sekilas, dia ini merasakan tatapan yang sungguh menyeramkan.

Karlstahl berjalan mendekati prajurit yang tertidur lalu menendang bokongnya.

Untuk sesaat, teman di sebelahnya terkejut dan mengeluarkan suara seperti 'Khii!' dengan mata terbuka lebar. Tanpa ia sadari, dia bergeming.

"Guwaa! Serangan musuh! Serangan musuh!"

"Apa saat bertugas itu artinya waktunya untuk molor?"

"Ah! Carel?"

(Carel itu nama panggilan akrabnya ketika Karlstahl dan Large dulu berteman. Jadi, mereka itu sudah kayak kakak adik lah)

Karlstahl mengangkat tangannya dan memberi sapaan dengan gaya kekinian.

"Yo, Large dan Ochi juga, lama tidak berjumpa!"

"Heh…sudah lama, ya, sekitar 10 tahun mungkin," angguk Large sembari mengalihkan pandangannya ke lain, kemudian menatap Karstahl, teman seperjuangannya dulu. "Tumben banget nih… kenapa kau ada di sini?"

"Apakah Jenderal Militer kita sudah dipecat?" Lanjut Ochi.

"Y-yah… aku ada keperluan sedikit. Aku hanya ingin membawa mereka masuk ke dalam dungeon."

Large mengalihkan pandangannya dan melirik wajah seorang lelaki yang memiliki hawa gelap, orang itu adalah Amanogawa Jun karena ia berada di barisan paling depan di antara murid yang lainnya.

"Heh…jadi mereka? Pahlawan panggilan dari dunia lain itu? Seragam mereka juga tampak aneh, ya."

Itu adalah seragam sekolah. Tampaknya Large dan Ochi tidak terlalu terkejut mengenai para murid ini adalah orang yang dipanggil dari dunia lain, seolah sudah terbiasa melihat orang asing. Hanya saja dia terkesan seragam sekolah yang mereka kenakan dijahit dengan rapi. Tentu saja, ini sebagai pengalih pembicaraan.

Mungkin ada beberapa yang ingin kalian tanyakan, mengapa harus seragam sekolah? Hal ini dikarenakan keinginan terbesar dari para murid agar bisa mengenang sekolah mereka.

Selain itu, hanya membutuhkan waktu satu hari, rumor mengenai pahlawan yang dipanggil dari dunia lain telah tersebar luas sampai di perbatasan tembok negara. 

Bukankah ini terlalu eksentrik? Mungkin orang-orang berpikir yang memiliki kekuatan terbesar adalah seorang penyelamat atau di puja-puja sebagai pahlawan. Namun, apakah itu benar? Bagaimana dengan sebaliknya? Siapa tahu mereka yang memiliki kekuatan luar biasa seperti Amanogawa dapat menguasai segalanya termasuk seluruh Axiys? 

Akan tetapi, tidak ada seorang pun yang menanggapi akan hal itu seolah ini tidak pernah terpikirkan oleh siapapun.

Shin menarik dirinya dan menggaruk kepalanya saat melihat sekeliling, melihat semua murid lain melongo seperti orang dusun saat mereka mengikuti Leader Karlstahl dalam satu baris, seperti deretan bebek kecil.

"Pemimpin Karlstahl," Amanogawa memanggil dan kelihatan bingung. "Apakah… ini tempatnya? Labyrinth Underground yang anda katakan sebelumnya?"

Mendengar suara itu, Leader Karlstahl berbalik.

"Ah, benar. Ini tempatnya."

Labirin dangkal yang tidak memiliki banyak lantai sangat populer di kalangan pedagang, karena orang-orang secara alami berkumpul di sana. Orang-orang yang hadir berkisar dari petualang riuh yang berbicara kehilangan nyawa mereka di labirin dengan sangat cepat, mungkin para bandit yang beroperasi pasar gelap di beberapa lantai dan lokasi buruk lainnya.

Seiring pemerintah bersiap menghadapi perang, mereka tidak ingin menyia-nyiakan terlalu banyak sumber daya untuk menangani masalah tersebut, jadi mereka bekerja sama dengan guild petualang lokal untuk menjaga kawasan aman. 

Orang-orang menjual barang dagangan mereka sampai ke meja resepsionis di pintu masuk, yang dalam artian membuat hidup lebih mudah bagi para petualang yang tengah menuju kedalaman labirin.

"Omong-omong, Karlstahl-sama. Apakah ada hubungannya dungeon dengan mereka?" Tanya Ochi.

Mungkin untuk anak-anak dibawah umur seperti mereka dilarang untuk memasuki dungeon tersebut. Karena sebagian besar guild petualang adalah orang dewasa dan berpengalaman.

Karlstahl berbalik lagi.

"Aku ingin menguji beberapa dari mereka. Selain itu, mereka memerlukan pengalaman dalam pertarungan. Meskipun mereka mempunyai begitu banyak kemampuan tapi mereka juga perlu meningkatkan level mereka yang saat ini. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk melatih semua itu adalah pergi ke dungeon."

"Begitu, ya. Kalau itu Jenderal Militer kita tidak perlu ada yang dikhawatirkan, ya. Dia sendiri pasti mampu melindungi kalian," kata Large memberi semangat. "Banyak sekali orang yang menunggu kedatangan kalian, jadi, kembali dengan selamat dan selamat jalan."

Kedua prajurit itu membuka ruang pintu besar untuk masuk ke dalam labirin dungeon.

Sumber cahaya biru yang jelas, seluruh labirin itu remang-remang, cukup sehingga seseorang bisa melihat sekelilingnya tanpa bantuan obor atau sihir. Sebenarnya, bagian-bagian itu semua diterangi oleh mineral khusus yang disebut Bluestone yang dikuburkan di dinding yang dikatakan bisa di jual. Seluruh Labirin Underground benar-benar merupakan inti dari sumber daya itu.