Sebagai bentuk dukungan kawan-kawan buat Light Novel That Time One Class Summoned in the Another World ini. Penulis berharap, tanpa paksaan, cukup melakukan dua hal ini.
1. Sempatkan pencet tombol LIKE sebelum membaca.
2. Sempatkan tinggalkan KOMENTAR setelah membaca, terserah mau komen kayak apa, ketik satu huruf "A" saja termasuk komentar kok(。•̀ᴗ-)✧
_________________________________________
Shin mencekram tanah disekitarnya hingga melupakan kalau tangannya berdarah. Mengubah ekspresinya menjadi sangat mengerikan dan marah.
Apakah kau puas dengan ini? Amanogawa Jun!
Shin tidak bisa berbuat apa-apa, satu-satunya hal yang ia pikirkan saat inilah adalah ketidakpercayaan. Sulit untuk dipercaya… orang yang dikagumi olehnya berusaha untuk membunuh teman sekelasnya sendiri.
Kemudian, Shin mulai kepikiran untuk mencari air bersih di sekitar yang bisa mereka minum. Mereka mungkin akan kelaparan, namun mereka tidak akan bisa bertahan tanpa minum. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk bangkit dan melihat Rin sedang tertidur dengan tatapan kasihan.
"Maafkan aku, tapi aku akan segera kembali."
Setelah mengatakan itu, Shin meninggalkan Rin yang sedang tidur dan mencari air di sekitar air terjun yang jaraknya mungkin agak jauh dari tempatnya Rin.
Beberapa saat ketika Shin meninggalkannya di sana, Rin terbangun karena mimpi buruknya. Secara perlahan ia membuka matanya untuk melihat ke sekelilingnya.
Pertanyaan mulai muncul dibenaknya… dimana aku?
Sama-samar ia melihat ke sekeliling di sekitarnya. Ia terlihat sedang mencari seseorang, namun tidak ada seorang pun. Jantungnya tiba-tiba berdetak kencang, nafasnya mulai tidak beraturan. Tampaknya, Rin seperti dalam situasi panik dan ketakutan.
Mulutnya terbuka sedikit dengan memanggil nama seseorang.
"S…hin…"
Sepertinya dia sedang mencari Shin, namun Shin tidak ada di sana karena dia sedang mencarikan air untuk diminum.
Tak lama saat itu, Shin datang membawa wadah berisikan air dingin yang ia ambil di kedalaman gua. Wadah yang digunakan Shin sebagai tempat air minum itu adalah semacam kantong air yang berasal dari kulit. Sepertinya, Shin menggunakan kemampuan untuk mengkonversi objek untuk membuat wadah air tersebut.
"Kau sudah bangun? Maaf, aku pergi untuk mencari air yang bisa kita minum…"
Setelah menatap ke arah Rin, Shin melihat matanya berkaca-kaca. Sesaat itu, dia menangis dan berteriak histeris. Dalam seketika, Shin membatu berdiri diam menatap temannya menangis dan menderita dalam penyesalan.
Harapan… Kasih sayang… dan Cinta yang dirasakan Rin sebelumnya… kini telah hilang.
Shin membiarkannya tenang untuk beberapa menit.
Rin kembali tenang, namun tangannya terlihat gemetaran dan perutnya terasa sakit. Mungkin itu salah satu penyebab karena tidak makan dan minum sejak mereka pergi ke dungeon. Ajaibnya, dengan kehadiran Shin, dia tampaknya lebih kuat menahan rasa sakit itu.
"Kau tidak minum?"
Melihat ke arah Rin.
"Yuasa-san?"
Rin diam melamun. Tampaknya dia tidak mendengar pertanyaan Shin barusan. Kemudian Shin mendesah, dan berkata padanya.
"Kau harus minum sedikit saja. Lantai selanjutnya, akan lebih berbahaya. Aku tidak yakin kita akan menemukan air bersih di sana."
Kalau begini terus, lama-kelamaan tubuhnya semakin melemah…
"Kau benar-benar harus minum ini sekarang juga."
Bukan cuma secara fisik, bahkan setelah selama ini, ia masih belum bisa menerima kenyataan— Tidak. Bahkan pun aku juga masih tidak percaya semua ini.
Rin meraih kantong air yang disodorkan oleh Shin, akhirnya Rin mau meminum air tersebut, meski Shin telah membujuknya berulang kali.
Air segar mengalir di tenggorokan Rin membuatnya merasa lebih baik daripada sebelumnya.
"Ah."
"Nah, kau merasa lebih baik sekarang? Kita harus bergerak cepat sebelum monster lain menyadari keberadaan kita. Ayo kita pergi."
Shin cepat-cepat menarik tangannya untuk membantu Rin berdiri, dan melakukan perjalanan selanjutnya. Namun sebelum itu, Rin menahannya.
Dia memiringkan setengah kepalanya, tentu muncul banyak pertanyaan kemana mereka akan pergi.
"Uh… um… Shin?"
Sepertinya ada beberapa pertanyaan yang perlu ditanyakan oleh Rin. Karena melihat ekspresi aneh itu, Shin memutuskan untuk berhenti dan mendengarkan.
"Ya, ada apa?"
"Kemana… kita akan pergi?"
Saat mendengar pertanyaan itu, Shin tanpa sadar melepaskan tangannya dari lengan Rin. Matanya terbelalak sembari memutar kembali pertanyaannya itu.
…Kemana kami akan pergi?
Itulah yang terngiang di dalam pikirannya saat ini.
Mereka telah terpanggil ke dunia itu (Axiys) tanpa mengetahui apa-apa tentang pasukan raja iblis dan memaksa mereka untuk bertarung. Mengingat bahwa mereka hanyalah remaja SMA yang setengah kehidupan mereka hampir berada di dalam sekolah. Yang mereka tahu hanyalah masa belajar dan belajar selama tiga tahun, jadi mereka ingin kembali ke masa-masa itu.
Kemudian, ia mengerat genggaman tangannya dan berkata dengan percaya.
"Tentu, ke dunia asal kita. Sebelum itu, kita harus keluar dari labirin ini terlebih dahulu."
Rin mengangguk. "Um," dan tersenyum kecil.