Chapter 3 - Bab 3

Di sekolah valencia hanya diam tak seperti biasanya yang akan ceria dan cerewet.

Velencia mempunya tiga sahabat yang sebangku dengannya bernama Mira, yang duduk di belakang mereka bernama Emeli dan Ratna, mereka berampat sudah lama bersahabat.

"Kamu kenapa Vel ? Tanya Mira lagi ada masalah dari tadi diam aja ? Ketiga sahabat mereka sedikit heran sikap Valencia yang tidak seperti biasanya mereka melihat ada yang tidak beres dengan sahabat nya tersebut.

" Mir aku mau dinikahin bapak parahnya lagi lusa aku akan menikah" jawab Valencia yang sudah menangis sesungukan Siapa yang tidak akan menangis jika tiba - tiba dinikahin gitu aja.

Kenapa tiba - tiba menikah apa kamu punya pacar tetus kalian ketahuan pacaran?" tanya Emeli yang dari juga menerhatiin sahabatnya.

Karena sahabat mereka tau kalau Valencia itu di larang Bapaknya  pacaran padahal zaman sekarang mah udah hal biasa.

"Entahlah aku juga tidak tahu kenapa bapak tiba - tiba menikah kan aku dengan sahabat anaknya." jelas Valencia ke pada tiga sahabatnya.

Ketiga sahabatnya pun hanya bisa memeluknya dan menenangkannya bagaimana pun menikah di usia muda bukan lah hal muda.

"Sabar yah Vel mungkin bapak kamu ada alasan kuat untuk itu" jawab Mira perihatin kepada sahabatnya.

"Iyah betul itu kata Mira kamu positif thingking aja, kita akan selalu ada buat kamu jadi jangan merasa sendiri" tambah emeli kepada sahabatnya.

"Yupz betul tahu enak kalau nikah mah udah ada yang nemanin bobok jadi ga sendiri lagi" jawab Ratna ingin membuat Valencia tertawa tapi Valencia hanya tersenyum kepada sahabatnya itu.

Valencia bersuyukur karna sahabatnya selalu ada buat dia jika dalam keadaan senang maupun sedih.

"Baiklah yuk ke kantin lapar nih" ajak mira kepada ke tiga sahabatnya.

Setelah berampat sampai di kantin mereka duduk paling ujung karna itu memang tempat favorit mereka, Seperti biasa Mira yang akan selalu pergi memesan makanan mereka yaitu bakso dan Es jeruk itu adalah menu favorit mereka berampat.

Sambil menunggu Mira memesan makanan mereka, tiba - tiba datang seorang cowok duduk di depan Valencia bernama Aldo.

Aldo mahendra dia memang sudah lama menyukain Valencia tap Valencia salalu menolak dengan alasan ayahnya tidak mengizinkan dia berpacaran.

"Hai Vel kamu kenapa habis nangis yah mata kamu kok sembab gitu?" tanya Aldo yang terus menatap Valencia

"Eh gapapa ko Al, Kamu sudah makan Al? "tanya Valencia mengalihkan pembicaraan.

"Baru aja selesai dari tadi aku nungguin kamu tapi kamunya lama" jawab aldo nyengir kuda

"Kamu kenapa? kalau ada masalah cerita sama aku" tanya aldo sekali lagi kepada Valencia.

"Hmm mmm aku nggak apa - apa ko Al, aku baik - baik aja" jawab Valencia meyakinkan Aldo

Ia tak mungkin mengatakan yang sebenarnya bagaima pun bukan waktu yang tepat mengatakannya lagian mereka tidak ada hubungan apa pun meski Aldo selalu menyatakan perasaannya kepada Valencia. Dia belum siapa menyakiti cowok yang ada di depannya ini, Aldo selalu baik kepadanya.

" yah udah saya ke kelas dulu, kalau ada apa - apa kamu bisa hubungin aku Vel" Ucap Aldo dan Valencia hanya tersenyum mendengarnya.

++++

Setelah pulang sekolah Valencia di ajak ibunya untuk mencari kebaya buat pernikahan besok. Valencia hanya bisa pasrah bagaimana pun Bapakanya memiliki watak yang tegas tidak suka di bantah. Kalau pun Valencia kabur dari rumahnya dia akan menghapus Valencia dari KK atau ga dia akan di usir dari rumah. Valencia belum siap hidup mandiri di usianya yang tergolong mudah apa lagi dia masih sekolah dia mau bayar apa nanti saat sekolah.

Setelah sampai di butik intah hanya melihat ibunya yang memilihkan kebaya karna dia belum tau kebaya seperti apa yang akan dia pilih. Setelah selesai memilih mereka langsung pulang ke rumah.

Setelah sampai di rumah Valencia hanya memandangi kebaya putih itu yang bergatung di dalam kamarnya dengan senyuman getir.

"Sebentar lagi aku akan menikah, aku tidak tahu apa kah aku akan bahagia atau tidak, aku tidak bisa membayangkan akan menikah dengan pria asing yang bahkan belum perna aku kenal. Kenapa hidupku sial sekali seperti ini.

Dulu aku membayangkan akan menikah setelah sukses dengan laki - laki yang mencintaiku dan aku mencintainya tapi sekarang itu semua hanyalah agan - agan semata yang tak akan perna terjadi" guman Valencia lirih lalu tidur anggap saja ini mimpi buruk.

++++

Keesokan harinya, bu Sinta mengetok pintu putrinya tapi tidak ada sahutan dari dalam. Bu Sinta pun membuka pintu Valencia yang memang tak perna di kunci. Dia melihat anak gadinya yang sesungukan menangis di atas kasurnya. Bu Sinta pun mendekatinya dan memeluknya.

"sabar yah nak" Ucap ibu Sinta sambil merapikan rambut putrinya yang masih berantakan.

Valencia pun memandang ibunya dengan mata sembab dan kembali memeluknya demi tuhan dia belum siap menikah muda.

"Bu Valencia belum siap nikah. Tolong Vel bu" jawab Valencia tersedu - sedu di dalam pelukan ibunya.

"Ibu tak bisa berbuat apa - apa nak kamu tau kan seperti apa watak bapak mu itu. Lagian pak Bayu itu orangnya baik pasti anakanya juga baik. Ayok cepat pakain kebayamu" Tukas bu Sinta dan keluar dari dalam kamar Valencia.

Valencia tidak bisa apa - apa selain menuruti keiginan ibunya dia lalu bergegas bagun lalu masuk ke kamar mandi dan memakai kebaya sebelum bapaknya marah.

Setelah mereka selesa Sarapan Valencia dan ke dua orang tuanya berangkat ke runah sakit di mana Pak Bayu berada.

Valencia dan keluarganya sudah sampai di ruangan mana pak Bayu berada. Valencia lalu menghampiri pak Bayu dan Bu Ainin dia mencium punggung tangan mereka bergantian.

Tukang rias sudah datang sejak beberapa menit yang lalu untuk merias Valencia meskipun enggak tapi Valencia tidak bisa menolak ia pun di rias sebelum akad nikah di mulai.

Saat dirias Valencia tak tahan untuk menangis dia sudah menahan sebisa mungkin tapi sayang pertahannya runtuh juga air matanya mengalir gitu saja tanpa bisa ia Cegah.Tukang riasnya pun kewalahan menyeka air mata valencia.

"Dek jangan nangis terus dong, make up-nya ini udah luntur loh" tutur tukang rias"

"Maaf yah mbak" jawab Valencia dengan mewek.

Siapa yang tidak akan menangis saat sebentar lagi dia akan menjadi istri dari orang yang tak di kenal.

Tukang rias pun melajutkan riasan Valencia yang sempat luntur karena nangis, sedangkan Valencia harus menahan mati - matian air matanya agar tak merusak hiasannya. Dia harus menenangkan persaannya bagaiamana pun takdir sudah berkehendak tak ada yang bisa menghalangi jadi dia harus bisa menerima dengan lapang dada.