Chereads / Legenda Kepulauan Naga (Tamat) / Chapter 6 - Episode 6

Chapter 6 - Episode 6

Aku memandangi pedangku dan aku memandangi gadis itu. Aku tidak menyangka aku melakukannya. Aku mengalahkan dan hampir membunuh gadis misterius ini. Kuda-kudaku mungkin masih kacau, namun tenagaku menjadi sangat kuat

" kerja bagus Bao an, kau mengalahkannya."

Ucap Putri Xia. Ia memantrai gadis itu sehingga tak bisa bergerak. Putri Xia lalu meminumkan ramuan sehingga gadis itu menjadi boneka. Aku tercengang. Putri ini bahkan bisa mengubah manusia menjadi boneka

" bukanlah sihir itu indah, Bao an"

Ujarnya. Aku membungkukkan punggungku dan menjawab

" terima kasih telah membantuku Tuan Putri. Tanpa ramuan-ramuan itu, ia pasti membunuhku"

Jawabku

" santai saja Bao an. Aku dapat merasakan marabahaya sehingga aku memberimu ramuan itu"

Putri Xia menyimpan boneka itu. Tak lama istri-istriku keluar. Putri Xia lalu tersenyum dan membalikkan badannya

" istri-istrimu dan dayangmu sudah muncul Bao an. Sekarang saatnya kau pulang. Mereka mengkhawatirkanmu"

Putri Xia lalu kembali ke istana.

" suamiku!"

" suamiku!"

" tuaaan!"

Istri-istriku dan dayang yang lain datang menghampiriku. Mereka melihat bekas hangus di dadaku dan pakaianku yang sudah robek karena mantra api si gadis misterius

" ah, aku tidak apa-apa. Sungguh. Putri Xia menolongku"

Mereka semua menangis khawatir. Aku pergi dalam keadaan rapi, dan pulang dengan keadaan berantakan seperti itu. Aku menenangkan mereka sambil berjalan ke rumah.

Aku berbaring di kasurku dengan istri-istriku. Mereka membersihkan lukaku. Aku tidak sadar tubuhku penuh darah namun bukan darahku sendiri tapi darah gadis misterius itu. Darahnya sangat banyak. Istri-istriku membersihkan tubuhku dengan kain lap basah dan menaruh bekas darah itu di sebuah baskom.

Aku tertidur. Istri-istriku membiarkan aku istirahat. Aku tertidur di kasir tidur panglima Guan sendirian. Aku cukup kelelahan setelah apa yang terjadi hari itu. Ketika aku bangun, Bini tidur di sampingku, sedangkan istri dan dayang-dayang yang lain tidur berbaris di dekat kasurku. Kamar yang lumayan besar itu kini penuh dengan tubuh mereka.

Aku turun dari kasur dan berjalan ke kamar kecil. Aku tidak mengenakan pakaian karena mereka sehabis membersihkan lukaku. Kamar kecil terletak di luar, berbeda dari ruang pemandian. Mereka tidak ada Septic tank sehingga kamar mandi dirancang memiliki air mengalir yang akan membuang kotoran langsung ke saluran pembuangan

Aku masuk ke kamar kecil. Aku buang air kecil, cuci tangan dan keluar. Ketika aku masuk dari pintu belakang, tiba-tiba Tuan Putri sudah di ruang tengahku

" Tuan Putri!"

Aku berlutut dan berusaha menutupi kemaluanku.

" ah kau habis mencampuri istrimu?"

Tanyanya

" tidak Tuan Putri, mereka habis membersihkan lukaku. Dan aku lupa mengenakan pakaian. Maafkan kelancanganku, Tuan Putri!"

Aku pun tersujud di hadapan Tuan Putri

" bangunlah Bao an. Santai saja. Lagipula cuma kamu"

Aku pun berdiri. Tuan putri lalu berdiri dan mencari kain. Ia meraih sebuah kain lalu melilitkannya menutupi kemaluanku.

" kau benar-benar belum menikah di negeri asalmu?"

Tanya Tuan Putri

" benar Tuan Putri, di negeri asalku, aku hanya orang gila"

Tuan putri menatapku serius

" menarik, coba ceritakan. Maksudku ceritakan kenapa kau dianggap gila"

Aku menceritakan kalau aku mengalami delusi. Aku merasa aku pernah menikah, punya anak punya pekerjaan namun semua itu palsu. Aku mengalami stres berat begitu menyadarinya. Dan semua orang menganggapku gila. Aku hanya ingat nama Istriku, Bona, Luna dan dua lagi aku lupa namanya. Dan sayangnya karena terapi aku lupa wajah mereka dan anakku

" Menarik. Aku bukan ahli jiwa tapi berikan tanganmu. Aku ingin tahu apa itu benar memori palsu atau sesuatu yang lain"

Tuan putri menjulurkan tangannya. Aku memegang tangannya dan sesuatu terjadi

Aku mencumbu Putri Xia diatas kasur. Ia menindih tubuhku, menatapku dengan manja. Ia smirk nakal dan kembali mencumbu bibirku liar. Aku mendekupnya erat dan membalas cumbuannya. Kulumat bibirnya gemas, kuhisap lidahnya dan melilitnya dengan lidahku

Ia melepaskan cumbuannya. Ia mengusap batangku yang sudah berdiri tegang. Perlahan, ia tusukkan kemaluanku ke dalam lubangnya. Aku merasakan lubang kemaluan putri yang basah, sempit dan menjepit. Ia mendesah pelan saat pedangku menusuk makin dalam. Aku remas buah dadanya dan secara tiba-tiba menghujamnya dari bawah

Aku menghujamnya keras dari bawah. Kedua selangkangan kami saling bertepuk-tepuk. Suara tepukannya menggema ke seluruh kamar. Jemariku meremas kasar buah dadanya. Tuan Putri mendongakkan kepalanya dan mendesah keras. Ia menggoyang pinggulnya membalas hujaman kerasku.

Adegan senggama itu semakin panas. Pinggulnya bergoyang makin liar. Ia kembali mendekapku dan kami kembali bercumbu. Aku lahap bibirnya liar sambil terus menghujam kemaluannya dengan keras dan kasar. Cumbuan kami semakin liar. Tubuh Tuan Putri mulai gemetar dan ia mendesah panjang di telingaku.

Tanganku berpindah ke pinggulnya. Kami keluar secara bersama-sama. Air maniku memuncrat deras di dalam lubangnya. Tuan putri pun mencapai puncak kenikmatannya. Wajahnya memerah dan ia mendesah panjang berulang-ulang kali di telingaku. Ia dekup tubuhku erat dan melemaskannya dengan manja di atas tubuhku. Cairan kenikmatannya menetes-netes keluar dari lubang kemaluannya, dan mulai membasahi kasur. Ia sangat terpuaskan sampai tertidur di atas tubuhku

" ahhhh!!!"

Tuan putri berteriak dan mendesah. Ia sangat terkejut ia melepas tangannya dan berlari membelakangiku. Bayangan itu sangat nyata. Kami seperti sedang benar-benar bersenggama. Tuan Putri meraba kemaluannya dan air matanya menetes. Ia menutupi wajahnya lalu berlari meninggalkan rumahku.

" bagus, ia akan membunuhku besok"

Aku terdiam membatu di ruang tengah. Aku tidak tertidur lagi. Aku tercengang dan berandai apakah Tuan putri benar-benar akan membunuhku esok, atau ia hanya akan menghajarku. Bayangan itu benar-benar nyata. Tuan Putri terlihat sangat panik. Ia pasti juga melihat dan merasakannya.

" Tuaaaan"

" Tuaaaan Bao an"

Dayang Putri Xia datang pagi sekali. Matahari baru saja terbit. Aku sedang di kamar mandi, menggiliri istriku dan dayang-dayangku, karena aku merasa Tuan putri akan membunuhku hari itu. Kedua dayang putri Xia datang dan mereka sangat tercengang melihat apa yang aku lakukan

" oh, kalian ingin bergabung?"

Aku menghujam dayang itu dari belakang. Aku remas buah dadanya dan menghujamnya dengan keras. Dayang yang satu lagi menungging. Ia juga mendesah keras menikmati colokan jemariku dari belakang.

Dayang yang pertama mencapai puncak kenikmatannya begitu cepat. Cairan kenikmatannya menyembur deras. Ia terlalu menggebu-gebu sehingga mencapai puncak dan lemas lebih cepat. Aku cabut kemaluanku dan berpindah ke dayang yang satunya. Ia membalikkan badannya dan aku menghujamkan keras tanpa ampun. Ia dongakkan kepalanya membiarkanku melahap lehernya dengan ganas sambil meremas buah dadanya.

Aku merasakan kenikmatan yang teramat sangat. Dayang itu masih perawan. Aku terlalu keras menghujam kemaluanku sehingga darah perawannya menetes dan ia sempat meringis kesakitan. Aku peluk dia dan terus menghujam kemaluanku dengan nafsu. Istri-istriku dan dayang lainnya menjerit. Tak lama aku tanamkan kemaluanku sedalam-dalamnya dan mengeluarkan air mani dengan deras di dalam lubangnya. Ia juga memelukku dan akhirnya mencapai puncak kenikmatannya. Kami keluar bersama-sama.

" Tuan, aku tidak akan lupa hari ini"

Bisiknya

" aku juga. Siapa namamu?"

Tanyaku sambil masih mengeluarkan air mani dan menghujam kemaluanku pelan

" Mey"

Bisiknya. Aku mencium pipinya dan mencabut kemaluanku dari lubangnya

" andai kau bisa datang tiap malam"

Ia tersenyum malu. Aku lalu duduk sebentar dan kembali menggiliri istri-istri dan dayang yang lain.

Mey dan temannya menemaniku menemui Tuan Putri di rumahnya. Aku sudah mengenakan hanfu serba hitam dan pedang Jian yang aku gunakan kemarin.

Tuan Putri menyuruhku masuk ke istana hari ini. Aku melepaskan alas kakiku dan melangkah masuk ke dalam istana. Mey dan temannya mendampingiku ke lantai 3. Tempat Tuan Putri biasa menerima tamunya. Pagi itu untuk pertama kalinya aku melihat seperti apa bagian dalam istana Tuan Putri Xia

Ada lukisan dirinya di ruang tengah. Dan ada singgasana tempat ia duduk. Ruang tengah sangat besar seperti aula raja di film-film silat. Mungkin di ruang tengah inilah ia dahulu bertemu dengan para bawahannya untuk rapat penting. Ada ruang jamuan dan altar untuk berdoa di lantai pertama yang dipisahkan dinding-dinding kayu.

Lantai dua berbentuk seperti labirin. Di sinilah Tuan Putri dan dayang setianya tidur. Ada satu kamar yang tidak pernah digunakan yaitu kamar Kaisar dan ada juga perpustakaan tempat Putri biasa membaca. Putri Xia sangat pintar dan sangat suka membaca

Kami sampai di anak tangga menuju lantai tiga. Mey membuka pintu lebih dahulu. Ia dan temannya berlutut lalu aku masuk ke lantai tiga dan berlutut di hadapan tuan putri

" jadi ini orang asing yang kau ceritakan?"

Aku berjalan menunduk dan berlutut sampai tak sadar ada tiga putri lain duduk berbaris di samping Putri Xia. Mey dan temannya masih berlutut di dekatku. Tuan Putri menyuruh mereka pergi dan mereka pun keluar

" Berdiri dan Perkenalkan dirimu Bao an"

Ucap Tuan Putri

" aku Bao an, dari dunia luar, lebih tepatnya Indonesia. Negeri yang jauh dari sini. Ratusan hari berlayar"

Aku memperkenalkan diriku dan tempat asalku

" hmm, dia rapi gagah dan cukup tampan"

Ucap putri berhanfu biru,

" tapi, dia lebih pendek dari pria pada umumnya"

Sahut Putri berhanfu hijau

" tapi, mampu mengalahkan Panglima Guan dan penyihir yang berusaha membunuhnya, dia pasti sangat kuat"

Celetuk Putri berhanfu putih

" lepaskan Wig mu Bao an"

Putri Xia memerintahkanku melepas wig. Aku melepas wig itu dan menunjukkan rambut asliku

" wah, rambutnya pendek sekali"

Ucap Putri berhanfu hijau

" aku yakin dia pasti biksu di negeri asalnya"

Sahut putri berhanfu biru

" lucu, tapi aku lebih suka ia rambut ini"

Ujar putri berhanfu putih

" kawan-kawan, sekarang perkenalkan nama kalian"

Putri berhanfu biru yang pertama kali memperkenalkan namanya

" aku Li Xingqiao, putri mantan Kanselir. Aku dan keluarga juga sedang diasingkan. Tapi kami masih di pulau Induk"

Lagi-lagi aku yakin aku pernah bertemu putri ini. Tapi aku lupa di mana. Lalu putri berhanfu hijau memperkenalkan namanya

" aku Chu, aku paling tinggi diantara mereka. Aku putri Mendiang Jiangjun Wei mantan pengawal setia Putri Xia. Terima kasih telah membunuh Panglima Guan"

Pedang Zhanmadao di rumahku itu ternyata milik Jiangjun Wei ayah Putri Chu. Salah satu Pedang terbesar yang dapat digunakan oleh manusia biasa. Ayahnya terbunuh di pertempuran saat melawan Guan dan tiga pengawalnya. Di sanalah ke tiga pengawal Guan tewas namun Guan tetap memenangkan pertarungan. Kini putri terakhir putri berhanfu putih yang memperkenalkan namanya

" aku Yueyi, aku putri persatuan saudagar lama. Kami diasingkan karena dituduh Kafir"

Putri Yueyi adalah putri saudagar kaya yang diasingkan karena mereka diduga tidak menyembah Kaisar serta Roh Agung. Mereka pun diduga menguasai ilmu terlarang dari negeri musuh di seletan yaitu Ajian Api Setan. Ilmu ini konon dapat memungkinkan manusia biasa untuk membunuh Dewa atau Dewi di kahyangan, yang membuat siapapun yang memilikinya harus dibunuh

" tapi aku tidak tahu apakah itu benar karena setahuku ayahku hanya pedagang biasa"

Putri Yueyi mengasingkan diri ke lembah mati, daerah terpencil di Pulau Induk

" maafkan kelancangan hamba, tapi kalian semua tinggal di tempat yang terpencil. Bagaimana kalian dapat ke pulau ini dengan cepat?"

Putri Xia dan teman-temannya tertawa terbahak-bahak

" tentu saja teleportasi Tuan Bao an. Aku menjemput mereka dengan teleportasi. Apa teleportasi tidak ada di duniamu?"

Teleportasi adalah sebuah fantasi di dunia asalku dan tentu saja aku tidak akan terpikir putri memiliki kemampuan seperti itu

" aku penyihir Agung Tuan Bao an. Aku bahkan mantan Guru Besar. Ingat?"

Aku tertawa malu. Mereka ikut tertawa. Jika ia bisa teleportasi kenapa kami harus berjalan jauh menuruni bukit saat belanja kemarin?

" olahraga Bao an. Jarang bergerak bisa membuat tubuh kita lemas"

Itu benar-benar. Namun perjalanan dari desa ke Istana tentu bukan main-main

" Xia, cukup basa-basinya. Orang asing, sekarang aku tanya, siapa yang tercantik antara kami berempat"

Aku seketika bingung. Aku ingin menjawab putri Xia namun aku ingat kejadian malam kemarin. Aku takut akan terjadi sesuatu jika aku memilih Tuan Putri Xia.

" menurut hamba Tuan Putri Li Xingqiao yang paling cantik"

Mereka semua teriak tidak percaya

" aku terkesima. Tapi aku bukan Tuan Putri, Bao an. Panggil aku, Qiao"

Ucapnya

" ah baik Nona Qiao"

Jawabku

" aduh dia jantan sekali."

Ucap Nona Qiao malu

" astaga sifat haus pujiannya kumat"

Celetuk Putri Chu

" awas Chu, sebentar lagi dia akan terbang"

Sahut Putri Yueyi. Putri Xia tertawa lepas

" kalian tidak suka lihat aku senang ya."

Ucap Nona Qiao kesal

" tapi aku dengar di negeri asalnya dia orang gila Qiao."

Goda Putri Xia. Aku menahan tertawa ku

" siapa peduli. Menurutku dia pria yang jantan."

Mereka semua lalu tertawa lepas melihat tingkah Qiao