Chereads / Legenda Kepulauan Naga (Tamat) / Chapter 3 - Episode 3

Chapter 3 - Episode 3

" lancang sekali kau berani berdiri tanpa seperintahku orang asing. Dengan ini aku memerintahkan engkau untuk bertarung secara tradisi dengan ajudanku, Panglima Guan"

Aku terdiam. Pria itu sangat tinggi dan menakutkan. Bahkan Ajudan putri ini seoran panglima. Panglima Guan mencabut pedang raksasa serta tameng bundar besar yang ia letakkan di punggungnya. Aku tercengang. Aku tidak menggunakan senjata apa-apa. Tidak ada cara bagiku untuk menang namun aku masih tidak mau mati

" kurasa aku tidak punya pilihan"

Ajudan Tuan Putri, Panglima Guan, mengenakan baju zirah plat metal berwarna hitam dengan bercorak merah dipinggirkannya. Berbahan baja dengan ornamen dan hiasan naga. Helmnyat terbuat dari baja, dengan bentuk dan hiasan khas layaknya panglima di film silat, dan ada topeng penutup wajah dengan taring yang menakutkan. Aku belum pernah melihat Baju zirah ini di sebelumnya di China. Ini seperti Baju zirah Eropa, dengan helm khas panglima China. Hitam, gelap dengan topeng menakutkan.

Panglima Guan menggunakan pedang dengan panjang dua meter. Beratnya sangat kolosal dan mustahil manusia biasa dapat mengangkatnya. Bahkan satria hebat sekali pun. Panglima Guan mengangkatnya dengan satu tangan, yang melambangkan kekuatannya yang luar biasa. Besarnya seperti pedang raksasa di game-game fantasy. Pedang terpanjang yang pernah aku lihat adalah zweihander yang dipajang di rumah ayahku.

" hei, apa aku tidak diberi senjata?"

Tanpa aba-aba Panglima Guan menyabetkan pedang raksasanya. Aku menghindar, menggelindingkan tubuhku ke samping. Jantungku berdegup kencang. Panglima Guan melayangkan seragam memutar, dan aku menghindar dengan salto ke belakang. Panglima Guan mengayunkan pedangnya secara vertikal dengan keras. Aku menghindar dengan menggelinding ke samping, dan nyaris terbelah dua. Pedang Panglima Guan menghantam tanah, meninggalkan bekas retakan yang besar

" wooo"

Tuan putri bertepuk tangan. Panglima Guan menusukkan pedangnya. Aku kembali menghindar dengan Roll kesamping. Ia melindungi tubuhnya dengan tameng bulat besar berwarna hitam. Aku kerahkan seluruh tenagaku dan menendang tameng itu sekuat-kuatnya

" Dung!"

Panglima Guan kehilangan keseimbangan. Ia tersungkur karena menahan berat tubuhnya dan baju zirah ya sendiri. Aku keluarkan pisau lipat, lalu aku tusuk dia dan

" cus"

Darah mengucur ke tanah. Semua orang berteriak. Ini sebenarnya sebuah ketikdaksengajaan yang besar. Aku menusuknya di leher, dan darah segar mengucur saat aku menusukkan pisauku. Namun Panglima Guan mengenakan pelindung leher berbahan rantai baja sehingga pisauku tidak menusuk sempurna. Ia hantamkan kepalaku dengan helmnya dan aku termundur kehilangan keseimbangan. Darah mengucur dari kepalaku. Ia hantam tubuhku dengan tameng besarnya dan

" Dung!"

Tubuhku terpelanting jauh.

" awww"

Gumam sang putri.

Aku terpental dan terhempas jauh ke belakang warga yang mengerubungiku. Panglima Guan maju dan siap menghunuskan pedangnya, mengakhiri pertarungan ini. Aku melempar pisau lipatku dan ia menangkisnya dengan tamengnya. Aku berusaha melarikan diri. Aku balikkan badan dan tanpa sadar ada jurang besar di belakangku.

Panglima Guan melayangkan serangan melompat. Ia pun tidak sadar ada jurang di belakangku. Aku terperosok ke dalam jurang. Panglima Guan ikut terpeleset karena tidak mendarat sempurna. Ia terperosok ke dalam jurang.

" Bug"

" awwww punggungku"

Aku beruntung tubuhku tersangkut di sebuah pohon yang cukup besar. Aku mendengar suara nyaring di dekatku. Panglima Guan terhempas ke tanah. Aku sangat takut. Tubuhku gemetar. Namun darah keluar dan tubuhnya tidak bergerak sedikit pun. Aku mendekat dengan langkah yang kaku menahan kesakitan. Jurang itu tidak terlalu dalam sehingga aku masih dapat melihat ke atas. Mungkin hanya setinggi bangunan lima meter. Aku beruntung tubuhku tersangkut di ranting pohon. Aku melepaskan helmnya, dan terlihatlah kepala Panglima Guan yang botak tanpa rambut. Ia benar-benar tewas di tempat

" Kau membunuh Panglima Guan. Engkau telah menunjukkan tenaga dalam serta kekuatanmu yang kau luar biasa. Naiklah orang asing, kau memenangkan pertarungan ini. Kau memenangkan kebebasanmu"

Tuan Putri berdiri dan berteriak dari atas jurang. Warga ikut berdiri di pinggir jurang, dan melihat seolah tak percaya

" ia membunuh Panglima Guan. Luar biasa!"

" ia bahkan tidak menggunakan senjata atau baju zirah!"

" aku tidak tahu manusia biasa seperti dia dapat membunuh Satria Sakti!"

Suasana menjadi riuh. Mereka tidak percaya aku membunuh Guan.

" diam!"

Tuan Putri menyuruh para warga desa diam. Aku kembali naik ke atas dan kembali ke desa. Warga turun dan mengangkat jasad Panglima Guan. Butuh tigaorang untung mengangkat pedangnya. Aku berdiri di hadapan Tuan Putri dan berlutut menundukkan kepalaku

" kau membuktikan kekuatanmu orang asing. Sekarang apa permintaanmu?"

Aku sempat diam. Aku masih gemetar dan tidak tahu mau menjawab apa. Aku melihat tubuh dan wajah cantik Tuan Putri itu

" aku….. aku ingin kau Tuan Putri"

Semua orang tercengang. Namun Tuan Putri tampak menahan tertawanya

" aku tidak boleh menikah orang asing. Aku dihukum sehingga kemaluanku dijahit dan tidak bisa menikah atau melahirkan anak lagi"

Hah? Apa?! Semua orang menunduk. Mereka tidak terkejut tanda mereka sudah mengetahuinya

" tapi kau pendekar asing dengan kekuatan Sakti mandraguna. Bahkan Satria dengan kesaktian luar biasa tidak dapat menghentikanmu. Kau bebas menunjuk siapa saja menjadi istrimu, dan kau boleh menikahi sebanyak-banyaknya. Dengan wewenangku, aku mengangkat kau sebagai Panglima! Dan seluruh harta benda serta istri Panglima Guan, kini menjadi hak milikmu!"

Semua orang bertepuk tangan. Tuan putri menyuruhku berdiri. Ia membungkuk dan memberiku penghormatan yang sedalam-dalamnya. Tuan Putri lalu menjulurkan tangannya

" sentuhlah tanganku wahai pendekar sang. Gandeng tanganku dan ikutkah aku ke kediamanku, dan kalian, bawakan baju zirah itu ke kediamanku"

Aku memegang tangan Tuan Putri dengan tanganku yang masih penuh darah. Tangannya sangat halus. Aku terkesima. Ia tersenyum dan aku…. Aku kembali merasa aku pernah melihatnya sebelumnya

Kami berjalan berdua saja. Aku diam dan tidak berani mengatakan apa-apa. Aku masih menggandeng tangan Tuan putri sesuai perintahnya. Kami berjalan berdua menuju jalan setapak menaiki bukit

" kenapa diam? Katakan sesuatu"

Ucap Tuan Putri

" ah baik tuan putri"

Jawabku malu-malu

" yang Tuan Putri katakan itu, apa benar kemaluan…. putri dijahit? Sampai tidak bisa menikah lagi?"

Ia melihatku tajam. Aku segera berlutut karena ketakutan

" hahahaha! Kau kenapa? Santai saja, aku bukan Putri yang lalim. Aku wanita muda yang santai"

Ia membantuku berdiri sambil tertawa terpingkal-pingkal

" baik tuan putri"

Jawabku lagi

" dan kau benar-benar mempercayainya?"

Ia kembali tertawa terbahak-bahak.

" kau percaya. Semua orang percaya. Kalian ini seperti lembu saja"

Ucapnya

" jadi itu bohong?"

Tanyaku.

" tentu saja. Kaisar memang menghukumku dan menyuruh kasim menjahit rapat kemaluanku dengan benang baja. Tapi aku mengutuk mereka semua dengan sihirku"

Ucapnya santai

" Tuan Putri, menguasai sihir?"

Ia mengangguk

" tentu saja, aku putri sekaligus mantan guru besar perguruan sihir. Aku menguasai banyak ilmu sihir! Dari yang sederhana, sampai yang paling terkutuk!"

Jelasnya panjang lebar

" ah maaf, di negeri kami, tidak ada yang menguasai sihir"

Ucapku

" hmmm benarkah? Memangnya kau dari negeri mana?"

Tanya Tuan Putri

" Indonesia tuan Putri, Negeri di seberang lautan sana"

Jawabku

" hmm, Indonesia. Aku tidak tahu apa-apa tentang dunia luar sih. Bahkan bagi putri sepertiku, hal mengenai dunia luar, itu abu-abu. Kami tidak tahu seperti apa dunia luar"

Kami tiba di sebuah istana di atas bukit. Istana megah dengan tembok yang cukup tinggi. Gerbangnya terbuka. Tuan Putri berhenti tepat di depan gerbang istana itu,

" cepat, umumkan kedatanganku."

Ucap Sang Putri. Aku mengangguk

" Tuan Putri tiba!!!!"

Teriakku kuat dan lantang. Dayang-dayang berbondong-bondong datang dan berbaris menyambut tuan putri. Mereka persis seperti di mimpiku. Putih bersih bersinar, telanjang dada tanpa pakaian dan hanya mengenakan kain.

" ayo masuk"

Tuan Putri mengajakku masuk ke istananya

" Tuan Putri, sebelumnya maaf, aku tidak bermaksud melecehkanmu"

Bisikku. Tuan putri tertawa kecil

" sudah, tadi aku yang memantraimu"

Tunggu, hah?!

Kami masuk ke istana. Halaman istana ternyata tidak terlalu luas. Ada kandang kuda, lumbung pangan dan sebuah rumah yang berbaris di luar istana dan ada istana itu sendiri. Tingginya dua setengah lantai, dengan pintu yang sangat lebar. Kami berjalan hingga ke pintu depan istana.

" nah ini istanaku, istana dinding batu. Ini istana di mana aku diasingkan. Kalau kau lihat pohon-pohon kecil itu, mereka kasim yang aku kutuk."

Tuan Putri Xia tertawa lepas. Ia bahkan dapat mengutuk manusia menjadi tumbuh-tumbuhan. Aku melihat ke sekitarku. Dayang-dayang ini, mereka semua telanjang dada. Kulit mereka bersih, buah dada mereka bulat dan padat dengan puting susu merah muda. Mereka semua tampak cantik terawat

" apa dayang dan wanita di negeri ini tidak mengenakan pakaian, Tuan Putri"

Tuan Putri mengangguk

" sebenarnya tidak. Tapi ini adalah cara Kaisar merendahkan rakyat jelata di negeri ini paska pemberontakan besar. Seluruh rakyat jelata, yang bukan bangsawan, tidak boleh mengenakan baju. Hanya mereka yang mendukung Kaisar yang boleh"

Itu sebabnya beberapa mengenakan hanfu dan beberapa telanjang dada. Mereka yang mengenakan hanfu pendukung Kaisar, dan yang telanjang dada adalah keturunan pemberontak

" apa mereka semua melayanimu?"

Tuan Putri mengangguk.

" begitulah, kau juga punya dayang dan istrimu sendiri"

Apa? Aku punya istri dan dayang?

" kalu lupa seluruh harta dan peninggalan Panglima Guan menjadi milikmu. Termasuk dayang dan istri"

Tuan Putri menyuruh dayangnya memanggil istri dan pelayanku. Dayang itu membungkuk. Ia berjalan ke rumah di luar istana itu, lalu memanggil mereka semua.

Tujuh wanita berbaris dengan hanfu yang warna-warni. Lalu ada belasan dayang muda mendampingi mereka. Aku diam membatu. Mereka semua cantik dan menggairahkan. Bahkan lebih menggairahkan dari wanita cantik yang biasa aku lihat di China

" ini semua istri dan dayangku?"

Tuan Putri mengangguk.

" Begitulah"

Ucapnya. Aku senang bukan kepalang. Mimpiku jadi nyata. Aku bahkan belum menikah di dunia asalku

" kau belum menikah? Jadi, kau rakyat jelata ya?"

Aku mengangguk

" begitulah Tuan Putri."

Jawabku. Tuan Putri tertawa terbahak-bahak

" bagus, kalau begitu hari ini kau naik pangkat. Sekarang, bersenang-senanglah. Kau sudah sangat nafsu kan?"

Aku mengangguk malu. Putri ini sangat terbuka. Ia menggerakkan jarinya dan aku terdiam. Mataku menjelit. Aku tidak pernah merasakan kenikmatan yang senikmat itu di batang kemaluanku. Rasanya kemaluanku seperti sedang dijepit dinding perawan yang sangat basah dan sempit. Ujung kepala kemaluanku seperti sedang dihisap hebat oleh mulut wanita cantik. Aku berusaha memegangi kontolku, dan tiba-tiba mendesah keras. Pinggulku bergoyang seperti sedang menggenjot wanita. Makin aku goyang, makin nikmat kenikmatan yang aku rasakan. Dayang-dayang tertawa. Mereka semua tertawa melihat Tuan Putri menggodaku. Tuan putri tertawa terbahak-bahak. Ia menghentikan sihirnya dan kenikmatan itu terhenti.

" lucu juga pria ini"

Gumam Tuan Putri. Sambil tertawa ia berjalan bersama dayang-dayangnya menuju istana.

Istri-istriku lalu berbaris bersama dayang-dayangku. Mereka berlutut di depanku dan memperkenalkan diri mereka. Aku tidak terlalu mendengar karena aku sudah sangat nafsu.

" kalian bersedia melayaniku"

Mereka membawaku masuk ke rumahku. Rumah yang berada di luar istana. Rumah itu cukup besar dan cukup menampung belasan orang. Bahkan ada halaman kecil di belakangnya. Dayang-dayang melepaskan pakaianku. Aku menyuruh istriku berbaris dan melepaskan pakaian mereka

" Astaga Naga,"

Aku makin tercengang. Kemaluanku semakin berdiri tegak. Tubuh mereka sangat indah dan menggoda. Tidak ada lecet atau pun hitam sedikit pun di tubuh mereka. Semuanya bersih dan putih bersinar memancarkan keindahan tubuh mereka dengan sempurna. Dayang-dayang melepas kain mereka dan menunjukkan tubuh indah mereka.

Aku menyuruh semua istriku berbaris menghadap tembok. Aku remas buah dada istriku dari belakang, dan mulai menggenjotnya. Dia mendesah pelan. Aku hujamkan kemaluanku sekeras mungkin melampiaskan nafsu. Aku remas buah dadanya sambil menggenjotnya keras.

Aku pindah ke istri keduaku. Istri pertamaku membalikkan badan dan dengan lahap mencumbu bibirku. Aku tusuk kemaluannya dengan jemariku dan mencolokinya nafsu. Aku mencolok kemaluan istri ketigaku dengan nafsu sambil terus menggenjot istri keduaku. Aku percepat hujaman kemaluanku dan pindah mengenjot istri ketigaku.

Aku menghujam kemaluanku dengan keras di istri ketigaku. Aku hampir keluar. Aku ingin bertahan lama tapi aku sepertinya tidak kuat. Istri kedua dan pertamaku berebutan mencumbu bibirku. Dua dayang mengemut dan menjilat putingnya dengan nafsu. Aku mencolok kemaluan istri pertama dan kedua hingga mereka memekik keras dan mencapai puncak kenikmatannya. Istri ketigaku memekik kuat dan tak lama aku ejakulasi deras di kemaluan istri ketigaku

Aku memuntahkan air mani dengan sangat deras. Wajahku memerah. Aku keluar sebanyak-banyaknya dengan istri pertama kedua dan ketigaku. Kami sebenarnya tidak pintar dalam urusan kasur. Tapi aku tidak menyangka aku cukup kuat hingga tiga dari tujuh istriku mencapai puncak kenikmatannya.

Ke empat istriku yang lainnya menatapku kecewa. Mereka bahkan belum aku sentuh sedikit pun. Dayang-dayang juga tak sabar. Kemaluanku lemas tapi bukan berarti bibir dan kedua tanganku juga. Aku akhirnya memuaskan mereka dengan bibir dan kedua tanganku secara bergantian. Hari itu akan menjadi hari tersibuk seumur hidupku.