" Pak! Anda ingat nama anda?"
" Tae…..Ho"
Seseorang bertanya siapa namaku. Aku merasa sesak nafas. Kepalaku terasa sakit. Telingaku seperti berdenging. Aku seperti dicekik hidup-hidup. Perawat-perawat itu memberiku tabung oksigen dan aku kembali bernafas normal. Aku melihat perawat yang menolongku malam itu
" Sus….ter…..Min….."
" Bip! Bip! Bip! Bip!"
Kondisiku semakin kritis. Aku menggelepar sebelum akhirnya seketika lemas. Suster Minju memberiku CPR. Ia naik ke tubuhku dan terus memberiku CPR. Persis seperti dulu. Penglihatanku kabur dan aku kehilangan kesadaranku.
" Bip… Bip…. Bip"
Aku terbangun di sebuah kamar. Aku dikelilingi tirai putih. Rasanya seperti kembali saat aku berubah. Aku melihat tubuhku dan aku kembali menjadi Taeho. Aku menghela nafas. Aku kecewa tapi aku beruntung aku masih dibiarkan hidup.
Aku berusaha menekan tombol tolong. Namun tubuhku sangat lemah. Aku bahkan tidak bisa menggerakkan tanganku. Aku berusaha berteriak namun bahkan teriakanku lemah.
" ding dong! Ding dong!"
Aku berhasil menekan tombol tolong. Tanganku kembali terhempas ke kasur. Tidak lama pintu terbuka dan seorang suster membuka tirai.
" Mas Taeho…"
Aku bertemu dia lagi. Aku senang bisa melihatnya. Hanya saja kali ini aku berbeda. Aku bukan lagi Billy. Tapi Taeho. Aku kembali melihat senyumnya ketika ia membuka tirai itu. Rasanya lega. Ia memegang tanganku dan mengecek denyut nadiku.
" selamat istirahat kembali Mas Taeho, silahkan hubungi saya jika butuh sesuatu"
Ia kembali menutup tirai. Aku sudah siuman tapi tubuhku masih lemah. Aku melihat ada tiga kasur di balik tirai itu. Billy di ruang VIP sedangkan aku kelas 3. Aku beruntung aku sendiri di kamar itu. Aku kembali memejamkan mata dan istirahat
" Chaeyeon, Pasien atas nama Taeho udah jadwalnya ganti keteter"
" waduh, mbak Minju, tolong ya…. Mbak kan baik, kita kan udah jadwal istirahat"
" iya iya, jangan kelamaan istirahatnya"
" yey!makasi ya mbak! Yuhu!"
Aku mendengar suara teriakan mereka dari dalam karena kamarku di dekat meja perawat. Pintuku juga tidak tertutup sempurna. Tirai itu terbuka dan dengan ramah, Suster Minju menyambutku dengan senyumnya. Aku senang bisa melihatnya lagi. Aku tak kuasa menahan senyum di wajahku. Suster Minju ikut tersenyum
" Mas Taeho, saatnya mandi dan ganti keteter ya."
Ia menutup tirai, meletakkan peralatan mandi dan mulai menanggalkan pakaianku
" apa tidak ada perawat pria di rumah sakit ini sus?"
Suster Minju menggeleng kepala
" kenapa? Apa mas tidak nyaman?"
Tanyanya bingung. Aku menggeleng kepala
" ah ga kok, justru saya sangat nyaman"
Suster Minju sempat terdiam mendengar jawabanku. Kukira ia akan marah namun tiba-tiba ia tertawa malu
" di sini perawatnya wanita semua, dulu ada tapi sudah pindah semua. Banyak yang masih muda juga. Saya termasuk yang sudah senior. Tapi kita semua profesional kok"
Ia membuka seluruh pakaianku dan mulai membasuh tubuhku dengan handuk basah. Ia masih ramah seperti dulu, hanya saja kali ini aku dengan tubuh asliku. Aku benar-benar bugil saat ia memandikanku dengan tubuh baruku dulu, namun kali ini ia menutup kemaluanku dengan kain.
Aku hanya pasrah. Aku bukan Billy lagi jadi aku harus terima. Ia mulai membersihkan bagian selangkanganku. Jemarinya menyentuh batang kemaluanku. Aku menatap wajah cantiknya yang sedang fokus itu. Sama seperti dahulu aku seketika terangsang. Kontolku mengeras. Sadar batangku sudah mengeras, ia berpindah membersihkan bagian paha dan menghindari kemaluanku sepenuhnya. Ia hendak melepas keteterku. Handuk itu tidak sengaja terlepas. Kemaluanku terlihat jelas di hadapan matanya. Suster Minju mulanya kaget. Ia terdiam. Ia berusaha melepas keteterku tanpa melihat kemaluanku. Aku dapat melihat keringatnya bercucuran mungkin karena ia risih
" sudah selesai ya Mas Taeho, kalau ada yang bisa dibantu, silahkan panggil saya"
Aku mengangguk dan berterima kasih. Aku harus terima. Suster Minju lalu menutup tirai dan pergi. Itu terakhir kalinya ia membersihkan tubuhku.
Pagi itu seorang suster yang sudah senior masuk ke kamarku. Aku tidak mengenalinya, Ia yang membersihkan tubuhku selagi aku lemah. Perlakukan yang kudapat sangat jauh dari saat aku menjadi Billy. Aku hanya diam di kasur seharian, kadang kepanasan karena ac tidak dingin, kadang kedinginan di malam hari. Aku sendiri karena tidak ada yang menjagaku.
" selamat Pak Taeho, anda sudah boleh pulang mulai hari ini dan….."
Aku pulang hanya lima hari setelah aku siuman. Aku sebenarnya masih lemah. Aku ingin bercerita lebih banyak namun benar-benar tidak ada yang terjadi. Aku masih sulit berdiri dan sulit bernafas. Namun berbeda saat menjadi Billy, mereka tampak tidak peduli denganku lagi. Aku diurus oleh Dokter dan Suster Senior, namun mereka memperlakukanku seolah aku tidak penting.
" itu pasien yang ngelecehin mbak Minju kan?"
" iya, serem banget. Sakit aja gitu, gimana sehatnya"
Isu negatif beredar di rumah sakit. Aku dituduh melecehkan Suster Minju. Padahal itu murni tidak sengaja. Aku melangkah dengan lemah keluar dari rumah sakit, mengacuhkan mereka semua
" Mas Taeho"
Aku bertemu kembali dengan Suster Minju. Ia tersenyum. Kutatap wajahnya dan ikut tersenyum. Suster yang lain melihat kami berdua. Suster Minju melihatku dengab ketakutan. Ia berjalan dengan cepat ke pintu keluar. Suster Chaeyeon juga di sana. Ia menunduk malu lalu menyingkir.
Aku pamit pulang. Mereka tidak mendengar. Aku melangkah pergi dari rumah sakit dan menunggu di halte. Aku duduk di halte dan istirahat sebentar. Hujan lalu turun. Aku berdiri sendirian di halte itu
" Suster Minju?"
Suster Minju pura-pura tidak mendengar. Ia menunduk ketakutan. Entah bagaimana ia melangkah pergi. Suster Chaeyeon melangkah dengan cepat menjauhiku. Suster Minju mengenakan jaket dan jas jinjing. Ia diam-diam melirikku.
Suster Chaeyeon membisikkan sesuatu ke suster Minju. Mereka terus berbicara sambil sesekali melirik ke arahku. Aku akhirnya melangkah mundur. Semua kembali seperti dahulu. Aku terduduk dan menunduk. Aku tidak menoleh mereka lagi. Aku pun berdiri
Aku melangkah pergi. Aku merasa semua sudah selesai. Mimpiku sudah usai. Saatnya kembali ke dunia nyata. Aku menyeberang jalan lalu melangkah ke halte selanjutnya. Aku duduk menunggu. Aku menundukkan kepala dan terdiam. Rasanya baru kemarin mereka semua tersenyum nafsu, berebutan mengurusku sebagai Billy. Mereka menyukaiku, mencintaiku dan mabuk akan diriku. Kini, mereka bahkan takut melihatku. Bahkan jihik
Bus lalu tiba. Aku naik bus dan ia juga naik. Aku pun berdiri. Bus kembali berjalan. Tanpa sengaja aku kembali mendengar suara mereka. Aku menoleh. Dan saat itulah tanpa sengaja aku kembali bertatapan dengan mereka berdua. Mereka seketika membuang wajah mereka. Mereka mengetuk kaca bus dan saat itu juga itu turun dari bus. Aku kembali diam. Rasanya sakit. Aku tidak pernah sehina itu seumur hidupku.
" gang merah gang merah"
" gang merah bang"
Aku turun tepat di depan gangku. Aku tidak membawa tas atau apa pun. Bahkan kaos dan celana ini pemberian dari rumah sakit. Lupakan itu semua. Suster Minju dan Chaeyeon hanyalah mimpi. Aku kalah dan Eros menyiksaku dengan kembali hidup di realita yang membosankan ini. Aku berjalan ke dalam gang sedangkan bus itu masih berhenti di depan halte
Aku berjalan ke depan rumah lamaku. Entah kenapa rumah ini muncul dipikiranku untuk pertama kalinya. Padahal aku tidak bisa tinggal di sini lagi. Aku berjalan mendekat dan menengok ke dalam
" Mas Taeho?"
Seseorang memanggilku. Aku menoleh. Seorang wanita berhijab langsing dan tinggi berdiri di halaman rumahku
" Suster Yunah?"
Sahutku. Ia tersenyum
" Mas kenal saya?"
Aku terdiam. Aku baru ingat kalau aku seharusnya tidak mengenalnya dengan tubuh ini
" semua di gang kenal mbak Yunah."
Jawabku. Ia tersenyum
" ah gitu. Ini saya ngomong pasal rumahnya"
Suster Yunah mengeluarkan sesuatu dari kantongnya
" Teman mas Taeho melunasi hutang kontrakan dan ini sisa lebih pembayarannya"
Suster Yunah mengeluarkan amplop berisi uang hampir 4 juta di dalamnya. Aku memang membayar hutang kontrakan ini sebagai Billy, namun aku tidak menyangka masih ada lebihnya.
" ah terima kasih mbak"
Aku menerima uang itu. Suster Yunah lalu memberikan sebuah cincin emas
" ini juga cincin milik Ibu mas Taeho, yang pernah diambil oleh om saya"
Om? Jadi selama ini Suster Yunah keponakan Babeh?
" iya saya keponakan Babeh. Tapi Babeh meninggal beberapa hari yang lalu. Jadi saya, yang meneruskan usaha Babeh. Saya minta maaf jika selama hidup Babeh pernah buat salah sama mas Taeho"
Aku membungkuk. Semua sudah terjadi jadi aku memaafkan Babeh. Suster Yunah melebarkan tangan lalu memelukku. Aku sangat terkejut. Ia memeluk pria sepertiku
" makasi ya mas Taeho"
Aku sangat malu. Aku merasakan hangat seluruh tubuh Suster Yunah. Dari pelukannya, dadanya, aku merasakan semua. Ia lalu melepaskan pelukannya dan menatapku ramah
" Mas Taeho juga boleh tinggal di sini lagi. Nanti sewanya saya kurangi. Untuk bulan ini saya kasi gratis"
Suster Yunah membukakan rumahku. Aku masuk dan sempat terdiam. Ini jadi rumahku lagi. Aku berdiri di tengah rumah. Dulu aku sempat datang sebagai Billy kini aku kembali menjadi Taeho. Suster Yunah ikut masuk ke dalam rumahku
" ada yang bisa saya bantu lagi?"
Suster Yunah sepertinya tidak bekerja di rumah sakit itu lagi. Aku tidak pernah melihatnya saat di rumah sakit. Aku menggeleng kepala dan mengucapkan terima kasih
" Mas masih kenal dengan Billy? kalo mau mampir, saya di rumah Babeh ya mas"
Billy lagi. Sudah kuduga. Senyumku seketika sirna. Aku kembali merasa hina. Suster Yunah lalu pulang. Aku duduk di tikar rumahku dan istirahat sebentar. Foto ibu dan ayahku masih di sana. Dari jauh aku melihat mereka dan berbisik
" mah, Taeho pulang"
Aku memejamkan mata dan istirahat. Aku ingat aku cukup anak mami walaupun keluarga kami serba kekurangan.
Jam menunjukkan pukul tujuh. Aku istirahat selama satu setengah jam. Aku mengambil handuk lama di lemari lama, dan mandi. Aku tidak sempat beli sabun tapi ada beberapa sabun lama di lemari.
Aku keluar dan mengunci rumah. Suster Yunah mengundangku ke rumah jadi aku ingin ke sana untuk sekedar ramah tamah. Pesona Billy masih mempengaruhi Suster Yunah karena ia mengira aku sahabat dekat Billy. Aku berjalan ke rumah Babeh, menekan bell lalu seseorang membuka pintu
" eh Mas Taeho masuk mas. Maaf saya habis mandi"
Suster Yunah menyambutku dengan hanya memakai handuk. Aku bersikap datar. Aku lalu masuk. Aku pernah menyetubuhinya tapi aku cukup beruntung melihat sedikit kulitnya serta rambut indahnya sebagai Taeho
Aku masuk ke dalam rumah. Ia masuk ke kamar dan berganti pakaian. Tirai kamar itu tidak menutup sempurna. Ia melepas handuknya dan aku melihat tubuhnya indah Suster Yunah dari bayangan kaca. Ia hampir 40 tahun namun tubuhnya masih sangat indah
" silahkan duduk mas Taeho. Nanti saya buatin teh. Satu buat mas satu buat Billy kalau bisa undang sekarang. Billy masih di Seoul kan?"
Lagi-lagi Billy. Aku hanya diam. Aku tidak mengatakan kalau Billy mungkin tidak datang. Ia lalu kembali dengan daster panjang dan hijab. Aku baru saja melihat tubuh indahnya meski dari bayangan kaca. Aku menutup kontol tegangku dengan tanganku, lalu meletakkan bantal kursi diatasnya. Aku duduk di ruang tengahnya. Suster Yunah membuatkan teh. Seseorang remaja wanita keluar dari kamar yang lain. Ia sangat mirip Suster Yunah. Kurasa ia adiknya. Ia menghampiriku lalu menyapaku
" Melly"
" ah Taeho"
Kami berkenalan. Ia Melly, sepupu Yunah, anak Babeh. Ia baru masuk 18 tahun. Ia sangat cantik. Tapi gayanya sangat pemalu. Ia mengenakan hijab, dan kemeja. Tubuhnya sangat mungil. Ia seperti anak smp. Aku tidak tahu Babeh punya sepupu secantik itu. Suster Yunah mengeluarkan sesuatu dari lemari
" di minum dulu mas tehnya. Ada yang harus saya bicarain"
Suster Yunah memberikan aku teh itu. Ia lalu menutup jendela dan menutup pintu rapat. Ia lalu duduk di sampingku bersama Melly dengan memegang semua map. Aku meminum teh itu dan menatap mereka bingung
" ada apa ya mbak?"
Suster Yunah mengeluarkan dokumen dari map itu
" Babeh dulu sebenarnya ada hutang ke Ayah Mas Taeho. Hutang tanah yang dahulu hanya puluhan juta dan sekarang sudah senilai Miliaran. Karena tanah itu sudah menjadi ruko dan hingga kini belum dilunasi oleh alhamarhum ayah kami"
Hutang? Selama ini Babeh punya hutang dengan almarhum ayahku dan ia sebengis itu denganku? Bagaimana bisa?!
" hutang itu sudah senilai Miliaran dan kami, jujur, tidak punya uang untuk melunasinya. Rumah ini juga jauh nilainya dari tanah itu. Jadi, Saya dan Melly beritikad baik untuk mengakhiri utang tersebut. Kami sudah pikirkan matang-matang dan kami sudah mencari tahu ahli waris tanah itu. Meski waktu itu kami belum tahu di mana keberadaan Mas Taeho. Saya coba hubungi Billy tapi ga ada kabar dari AS. Rencananya, kami menawarkan menikahkan mas Taeho dengan Melly"
Menikah? Akhirnya aku punya istri, sebagai Taeho, dengan Melly? Gadis yang baru 18 tahun? Apa ini masih pengaruh Billy? Aku baru tahu jika Babeh punya hutang sebanyak itu ke Ayahku dan tidak pernah membayarnya. Mereka mencari tahu dan baru tahu ahli waris tanah itu adalah aku. Ia menghubungi Billy tapi tentu tidak bisa karena aku di sini. Bahkan surat perjanjiannya masih ada. Dengan hutang itu sebenarnya aku bisa memperbaiki hidupku. Apa aku menikah dengan gadis yang baru 18 tahun? Aku jarang merasakan gadis semuda itu. Ia pasti perawan dan buah dadanya pasti pink. Saat itu juga nafsu menguasaiku. Kontolku berdiri tegak.
Aku meraba paha Melly. Ia hanya pasrah. Suster Yunah juga hanya senyum-senyum genit. Jelas sekali ia tidak peduli.
" saya juga udah chat dan email Billy. Kalau mas Taeho bisa bantu, saya juga ingin ketemu dengan Billy perkara mas Taeho dan Melly ini"
Sudah jelas Suster Yunah masih terpengaruh dengan Billy. Apa aku harus memastikannya lagi?
" Billy memang sering cerita tentang mbak Yunah. Dia coba hubungi mbak tapi selalu gagal"
Raut wajahnya berubah. Suster Yunah menggeser Melly dan duduk di sebelahku.
" benarkah? Billy selama ini cari aku?"
Tanyanya serius. Aku mengangguk.
" tuh kan firasatku benar, mas bisa suruh Billy ke sini sekarang?"
Dari tatap mata mereka, aku bisa saja memperkosa perawan ini dan mengatakan Billy pasti akan datang. Suster Yunah pasti hanya pasrah. Jemari rasanya ingin mendekati selangkangan Melly. Aku harus merampas perawannya. Aku lapar dan nafsu. Aku harus berbohong Billy pasti akan datang sebentar lagi lalu lari. Aku menarik nafas panjang
" saya ikhlaskan aja mbak, ga usah. Saya usahakan suruh mas Billy hubungan mbak juga. Sama, Kasihan juga si Melly. Masih muda, sudah menikah. Siapa tahu masih ada mimpi dan cita-cita"
Suster Yunah terdiam. Aku melepas tanganku dari paha lembut Suster Yunah. Suster Yunah tampak kecewa. Melly sangat kebingungan. Wajah Melly memerah dan ia meneteskan air mata
" makasi mas, saya kaget waktu Papa ternyata punya hutang sebanyak itu ke mas. Papa juga punya hutang lain ke orang lain dan harta kami sudah hampir habis. Kami ga punya apa-apa lagi buat bayar hutang ke mas Taeho, jadi karena mbak Yunah kenal sama Billy, mbak Yunah yang berusaha hubungi mas Billy buat cari Mas Taeho. Mbak Yunah juga pengen dilamar Billy. Mbak yang bilang kalo gimana aku menikah saja dengan Mas Taeho, ahli waris tanah itu dan dia pengen nikah dengan Billy"
Babeh pernah bekerja sama membangun ruko tidak jauh dari gang ini. Babeh bekerja sama dengan Developer dan membantu developer itu mendapatkan tanah dari Ayahku. Mereka tidak membeli tanah itu. Tanah itu dibalik nama menjadi atas nama perusahaan dengan iming-iming ayahku mendapat bagi hasil dari ruko tersebut. Ayahku tidak pernah mendapatinya. Sebaliknya, Babeh mendapat dana cukup banyak dari Developer itu
" sudah saya ikhlaskan mbak Yunah, mbak Melly, namanya manusia pasti buat kesalahan. Saya juga sudah maafkan Babeh agar lebih tenang di alam sana. Soal Billy, saya usahakan suruh dia ke sini"
Melly lalu memelukku. Aku merasa tubuh hangatnya. Apa ini masih pengaruh Billy? Ia tidak mengenakan bra jadi aku merasakan buah dada mungilnya
" Terima Kasih mas, sampai kapan pun, saya hutang Budi dengan Mas Taeho"
Ucap Melly.
" aku juga, akhirnya aku bisa dapat kabar tentang Billy"
Jawab Suster Yunah. Ia lalu memelukku. Aku minum teh itu lalu aku berdiri dan permisi pulang dari rumah Suster Yunah. Aku melepas calon istriku, Melly, dan mengikhlaskannya. Bohong jika aku tidak ingin menikmati tubuh mulus dan perawannya. Siapa yang tidak suka mendapat istri secantik dan semuda itu namun aku memilih mengikhlaskan apa yang sudah terjadi. Aku mengikhlaskan hutang Babeh.
" Mas Taeho"
Suster Yunah kembali memanggilku. Aku berbalik. Aku membungkukkan badanku. Ia tiba-tiba berlari dan langsung memelukku. Ia hanya diam. Ia memelukku dan menyandarkan kepalanya. Pelukannya sangat erat. Ia bahkan tidak seerat ini ketika memeluk Billy. Aku memeluk Suster Yunah erat.
" aku hutang Budi sama mas. Ga nyangka setelah bertahun-tahun. karena mas aku mungkin bisa ketemu lagi dengan Billy. Aku ga tahu gimana balas kebaikan Mas Taeho"
Kami berpelukan cukup lama di depan rumah Babeh. Itu pencapaian terbesarku sebagai Taeho. Ternyata pengaruh Billy cukup buat. Hanya demi obsesinya terhadap Billy, Suster Yunah rela memeluk pria mana saja. Apa ini bisa aku manfaatkan pada Suster Chaeyeon dan Suster Minju