Seseorang mendobrak pintu. Pintu itu terhempas. Seseorang masuk dengan senapan shotgun. Beberapa orang dibelakangnya. Mereka mencari ke seluruh sudut ruangan sempit itu, namun tidak ada siapa-siapa di sana. Kami telah menghilang
" THEY'RE GONE!" (Mereka menghilang)
" IMPOSSIBLE!" ( tidak mungkin!)
Aku memeluk Dokter Xinyu tepat sebelum pintu itu terbuka. Aku memejamkan mata dan saat itu juga kami berpindah ke telaga mimpi. Dokter Xinyu melihat ke sekelilingnya. Ia seketika bingung. Saking bingungnya ia lupa kalau ada pria yang memeluknya. Aku melepas pelukanku.
" aku di mana? Apa aku sudah mati?"
Dokter Xinyu lalu berbalik dan menatapku heran
" siapa kau sebenarnya?"
Ia menatapku tenang meski aku berdiri bugil dengan kontol berdiri di depannya. Ia tidak menganggapku ancaman. Aku mendekat dan ia juga mendekat sambil masih menatapku heran
" aku teman Billy"
Ia perlahan mundur. Ia kembali ketakutan
" Bi…ly? Jangan… ampun"
Lirihnya pelan. Ia memegangi kemaluannya. Aku mengambil sesuatu dan menutupi tubuhku. Ia melirik kontolku dengan penuh rasa takut. Kenapa ia takut ketika mendengar nama Billy?
" aku tidak berniat jahat. Aku datang menyelamatkan kamu"
Ia semakin bingung. Ia lalu diam namun ia masih takut aku semakin mendekat
" bukankah Billy yang membuangku ke rumah sakit jiwa itu?"
Billy membuangnya ke rumah sakit jiwa? Ini pasti ulah Eros.
" ia bosan denganku, dan membuang ku begitu saja. Merebut harta orang tuaku."
Ucapnya pelan. Aku sangat yakin itu Eros
" pria yang kau kenal itu bukan Billy. Ia iblis yang menjelma menjadi orang lain"
Jawabku. Ia diam sejenak
" itu tidak masuk akal. Tapi, entah kenapa aku percaya. Aku seperti tidak mengenal Billy. Ia berubah. Hari itu, dari cara kami bercinta lalu cara bicara sampai cara menatapku, ia terasa seperti orang lain. Lalu ia membuangku begitu saja"
Jawabnya. Dokter Xinyu lalu menunduk dan membasuh wajahnya dengan air telaga. Luka di wajahnya menghilang. Ia diam sejenak. Ia merasa sesuatu yang berbeda. Wajahnya menjadi lebih bersinar dan umurnya seperti menjadi lebih muda. Ia menceburkan dirinya ke dalam telaga itu dan ketika ia keluar, ia menjadi jauh lebih muda dan manis dari kami pertama bertemu dahulu
" sihir apa ini?"
Teriaknya terkejut. Ia lalu tertawa. Ia lalu berenang-renang di telaga itu. Rambutnya menjadi merah. Aku pun terkejut dengan apa yang aku lihat. Cincin dan cermin keramat ku tergeletak di lantai. Aku meraih cincin itu lalu mengenakannya. Saat itu juga aku berubah menjadi Billy. Dokter Xinyu tidak melihat aku melakukannya
" Xinyu"
Ia lalu menoleh. Senyumnya seketika menghilang. Ia menatapku dengan takut. Badannya gemetar. Aku perlahan mendekat namun ia justru perlahan mundur
" ini aku. Percayalah"
Ucapku. Ia masih menatapku dengan takut
" Bi…..Billy?"
Tanyanya pelan. Aku mengangguk
" Maafkan aku."
Xinyu berlari keluar telaga, membuka seluruh pakaiannya, lalu ia memelukku. Ia pejamkan matanya lalu menangis
" aku tahu siang itu ketika kau menjamahku, kau seperti orang lain. Ternyata ia memang bukan kau"
Bisiknya sambil terus menangis. Aku memeluknya erat
" aku tidak mungkin menyakitimu Xinyu. Ingat itu. Kau menyelamatkan hidupku"
Xinyu pun mengangguk. Ia rangkul leherku dengan kedua tangannya, mendongakkan kepalanya, lalu ia cumbu bibirku dengan nafsu. Tangannya lalu menahan kepalaku dan ia terus mencumbuku dengan nafsu. Aku dekap ia erat sehingga kontolku menghimpit selangkangannya dan terus mencumbunya liar
Xinyu mendesah liar. Ia pejamkan mata, melahap bibirku tanpa ampun. Aku angkat kedua kakinya dan menggendongnya. Ia dengan reflek mendekapku lebih erat. Lidahnya melilit-lilit lidahku, bibirnya menghisap nafsu, Xinyu meluapkan seluruh nafsu di dalam dirinya, mengecup bibirku tanpa ampun. Ia tiba-tiba melepaskan cumbuannya, lalu berbisik
" Billy….. rupanya ini memang kamu"
Aku menusukkan kontolku ke memeknya. Xinyu memekik panjang. Darah segar mengucur. Kontol besar dan berurat itu masuk ke memeknya yang kembali perawan. Dinding memeknya seperti menggigit dan meremas kuat kontolku. Tubuhku seketika terasa segar. Ototku makin kuat. Aku seperti sedang menggenjot memek Jessika. Wajah Xinyu memerah, ia mendesah lemas dan hampir orgasme
Aku menggenjotnya kasar. Aku sudah lama tidak menikmati memek senikmat itu. Xinyu memekik keras. Toket mungilnya berguncang-guncang. Aku dekap ia kuat dipelukanku dan menggenjot memek perawannya kuat dan tanpa ampun. Xinyu melahap leherku nafsu dan tidak lama, memeknya menyemburkan cairan hangat dengan kuat. Ia orgasme hebat
Cairan orgasme menetes hingga ke lantai. Aku masuk menggenjotnya kasar. Ia lahap leherku, lalu lidahnya naik ke telingaku. Ia kecup telingaku sambil berbisik lirih menyebutkan namaku.
" Billy…… "
Ia meremas tubuhku kuat. Ia menghentikan kecupannya dan menatap wajahku lemas. Ia tertawa lemas, menatapku dengan wajah mupengnya. Ia memekik lemas dan tidak lama, ia mencapai orgasme untuk kedua kalinya
" ahhhah ahh ahhhh ahhhh ahhh"
Xinyu bahkan tak kuat menyebut namaku lagi. Orgasme keduanya lebih deras dan hebat dari sebelumnya. Aku mencabut kontolku dan cairan orgasmenya menyembur deras membasahi tubuhku. Aku dekap dia erat, lalu membaringkan tubuhnya di lantai
Xinyu lalu mencolok memeknya dengan jarinya. Ia pun mastrubasi. Aku menindih wajahnya dengan kontolku, memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Ia melahap kontol besar itu dan hampir tersedak. Aku julurkan lidahku, melahap memeknya dengan liar
Aku menggenjot bibirnya dengan nafsu. Ia sedikit mendorongku. Aku membalikkan badan sehingga ia kini di atas dan aku di bawah. Ia kini menggenggam kontolku, dan lebih leluasa melahapnya dengan bibirnya.
Ia mengocok kontolku dengan kedua tangannya. Mulutnya melahap kepala kontolku, mengecupnya nafsu dan memompa dengan liar. Xinyu mengerahkan sisa-sisa tenaganya memuaskan kontolku besarku. Aku menangkap paha mungilnya, meremasnya nafsu, dan terus menjilati memeknya.
Xinyu melepas kontolku dari bibirnya. Nafasnya terengah-engah. Kocokannya semakin kuat. Ia terus mendesah dan tubuhnya semakin menggeliat. Ia lahap kembali kontolku dan memompanya kencang tanpa ampun.
Xinyu duduk membelakangi wajahku. Ia menunggangi kontolku, memekik panjang dan mendongakkan kepalanya. Ia mendesah panjang hingga kontol 30 cm lebih itu tenggelam seluruhnya di dalam memeknya. Ia menggigit bibir bawahnya dan dengan sekuat tenaga, ia mulai menggenjot kontol besar itu dari atas dengan kencang
Pekikannya semakin kuat. Aku menahan pinggulnya dan menggenjot dari bawah. Wajahnya memerah. Pekikannya semakin kencang dan kuat. Kedua selangkangan kami bertepuk hebat. Aku genjot memeknya makin ganas, dan tubuhnya semakin menggeliat hebat di atas tubuhku
Aku pun bangkit sehingga kini aku duduk memangkunya. Aku remas buah dadanya dari belakang. Aku lahap lehernya dari belakang dan melahapnya nafsu. Kontolku mulai berkedut. Suara tepukan selangkangan kami semakin kuat. Memeknya semakin becek. Suara gesekan kedua kemaluan kami semakin memancing nafsuku hingga tak lama penisku berkedut dan aku pun ejakulasi hebat
Xinyu memekik panjang. Ia juga mencapai orgasmenya. Kami keluar bersama-sama. Ia menengok kebelakang, dan dengan nafas terengah-engah ia bersandar di pelukanku. Kontolku berkedut-kedut memuntahkan sperma. Cairan kami bercampur aduk. Kami sangat puas. Aku memeluknya mesra dari belakang, menikmati sensasi crot dalam yang luar biasa.
Pagi itu aku terbangun di samping Dimter Xinyu. Aku sempat memindahkan Dokter Xinyu ke rumahku dan kami tidur di sana. Aku kembali ke rumah Suster Yunah sebagai Billy. Mereka masih tertidur. Ia terbangun dan tersenyum lebar. Minji keluar dari kamar mandi. Ia menatapku dan tersenyum malu
" Billy"
Bisiknya. Aku ikut tersenyum
" langsung sarapan? Ga minta jatah dulu?"
Tanya Suster Yunah. Aku tertawa geli. Suster Yunah membuka pakaiannya dengan pasrah, lalu mulai menunggangi tubuhku. Kami pun melakukan sex di pagi itu sebelum sarapan
Aku mengantar Yunah ke tempat kerja. Aku tidak kerja hari itu. Yunah melambaikan tangan lalu berjalan masuk ke rumah sakit. Aku sudah izin dan tidak mau bekerja lagi. Aku mulai bosan menjadi Taeho
" Billy!"
Aku kembali ke rumah. Xinyu sudah terbangun dan terduduk bingung. Ia bangun ketika melihatku dan langsung memelukku
" apa yang terjadi selama ini? Siapa kau sebenarnya? Apa arti semua ini?"
Ia masih bingung dengan apa yang terjadi. Aku pun bingung bagaimana menjelaskannya. Semua ini asing dan mustahil bagi manusia biasa
" paling tidak jelaskan, ke mana kau selama ini? Bagaimana bisa ada dua dirimu? Apa kau kembar? Siapa laki-laki yang menyelamatkan aku itu?"
Aku semakin bingung bagaimana menjelaskannya. Aku peluk dia dan aku masih takut memperlihatkan wujudku yang sebenarnya
" ingatlah kalau aku tidak mungkin menyakitimu, Xinyu"
Xinyu lalu memelukku. Aku membawakan pakaian baru untuknya. Ia berganti pakaian lalu menutupi wajahnya dengan masker. Ia mengenakan helm dan kami berkendara keluar gang.
Aku mengantar Xinyu ke rumah orang tuanya. Ia turun dari motor itu. Ia membuka pagar namun rumah seorang satpam segera menghalanginya.
" mbak! Mbak! Bentar! Mau ketemu siapa?"
Xinyu lalu menyebut nama ayah dan ibunya. Satpam itu bingung. Mereka tidak tinggal di sana lagi. Xinyu terdiam. Ia baru ingat Billy yang satunya merebut hampir semua harta keluarga dan menjadi sangat kaya. Seseorang mulai memperhatikannya. Aku sadar ia mengenaliku dan juga Xinyu
" Xinyu, kita harus pergi"
Bisikku dari belakang. Xinyu mengangguk. Ia mengenakan helm serta maskernya dan kami segera pergi.
Kami berhenti di sebuah gang. Xinyu tertunduk lesu. Ia berdiri menghadap dinding, dan diam di sana cukup lama. Ia sangat putus asa
" aku ga tahu ke mana mau cari Mama Papa aku"
Ucapnya menahan tangis. Aku merogoh tas dan melirik cermin bidadari itu. Cermin ini tidak berfungsi padaku. Tapi karena cermin ini aku dapat kembali ke telaga mimpi. Apa cermin ini dapat membantu Xinyu
" Billy!"
Xinyu berteriak memanggilku. Sebuah mobil berhenti menghalangi jalan masuk gang. Empat orang turun dari mobil. Mereka semua mengeluarkan tongkat. Aku naik motor dan hendak lari berlawanan arah, namun dua motor brimob muncul dari arah berlawanan. Empat orang brimob turun dan menodongkan senapan AK mereka. Xinyu mengangkat tangan sambil melepas helm dan maskernya
Xinyu berjalan menghampiri ke empat brimob itu, berpikir kalau ia mungkin aman dengan mereka. Namun aku melihat tatap mata mereka dari balik topeng itu. Mereka bukan dipihak kami. Jemari mereka sudah siaga dipelatuk. Mereka siap menembak kami entah dengan peluru karet atau bahkan peluru tajam.
" Xinyu!"
" RTTTT!"
Aku memejamkan mata. Aku memeluk Xinyu dari belakang dan suara tembakan terdengar. Kami berpindah ke telaga mimpi. Aku menyelamatkannya dari tembakan itu. Xinyu menatap sekelilingnya dengan bingung
" kenapa ini?"
Tanyanya bingung.
" Aku menyelamatkanmu. Mereka hendak menembak kita"
Jawabku. Xinyu menatapku heran
" tembak? Kenapa? Bukannya mereka polisi"
Aku pun menggeleng kepala
" Aku juga bingung. Sepertinya tidak ada yang bisa dipercaya di saat seperti ini"
Semua terjadi begitu cepat. Aku tidak tahu ada orang yang akan mengejar kami, bahkan sampai ada oknum bayaran yang hendak menembak kami. Aku hampir membuat Xinyu terbunuh. Eros bukan lawan biasa. Ia sangat berbahaya.
" apa ia mempengaruhi mereka? Atau membayar mereka?"
Gumamku bingung. Semuanya mungkin. Xinyu masih menatapku heran
" kenapa? Kenapa?"
Tanyanya heran. Aku menggeleng kepala
" Tidak apa-apa. Kita harus pergi"
Seperti biasa semua gadis yang pernah aku tiduri muncul di telaga mimpi. Aku dapat berpindah ke dekat mereka dengan meraba tubuh mereka. Saat itu pagi dan hampir semua orang sedang bekerja. Aku melihat Suster Chaeyeon terbaring di kasur dengan selimut dan aku segera memegang tubuhnya sambil menggandeng Xinyu
" astaga! Kok bisa?"
Xinyu terkejut ketika suasana sekitar tiba-tiba berubah menjadi kamar Suster Chaeyeon
" ngggghhhh"
Suster Chaeyeon mengingau pelan. Ia sangat mengantuk sampai-sampai suara keras Xinyu tidak membangunkannya
" Chaeyeon?"
Xinyu kembali kaget waktu ia melihat Chaeyeon. Ia menatap sekitar dan meraih foto Chaeyeon di dekat kasur. Chaeyeon terbangun dan membuka matanya pelan
" Billy!"
Ia seketika bangun dari selimutnya, terkejut melihatku berdiri di dekat kasurnya.
" um hai?"
Jawabku santai. Chaeyeon menengok ke sebelahku dan ia pun melihat Dokter Xinyu
" eh Dokter Xinyu?"
Tanyanya heran lagi
" ga lagi Ca, sekarang aku bukan dokter lagi"
Sahut Xinyu
" duh, kebiasaan. Mangga kak, duduk dulu. Gimana kalian masuk?"
Pintu kamar itu terkunci rapat. Tentu saja ia bingung bagaimana kami masuk. Tapi Chaeyeon tidak terlalu mempermasalahkannya. Ia menarik handuk untuk menutupi selangkangannya karena gaun piyamanya yang pendek. Ia lalu berganti pakaian saat kami keluar, lalu ia keluar kamar dan menyiapkan teh untuk kami berdua
" Kak Xinyu bukannya di Amerika sama Billy? Kalian dah married?"
Xinyu tertawa kecil.
" kamu ga tahu apa yang terjadi di Amerika?"
Chaeyeon menggeleng kepala
" aku jarang kepo sih. Sibuk terus soalnya. Kerjaan numpuk tapi gaji umr doang"
Sahutnya sambil tertawa kecil. Xinyu ikut tertawa
" baguslah"
Sahutnya singkat.
" kak Xinyu makin cantik sekarang. Makin kelihatan muda. Kalian pasti Happy banget"
Ucap Chaeyeon polos saat melihat Xinyu. Xinyu makin tertawa. Chaeyeon benar-benar tidak tahu apa yang terjadi
" di minum dulu kak, Billy,"
Kami mengambil teh itu dan meminumnya. Teh itu hangat dan segar. Jam menunjukkan pukul 10 dan ia baru bangun. Chaeyeon mungkin baru pulang dari shift malam dan akan kerja sore nanti.
" nah, hari ini aku off. Jadi santai. Besok baru masuk jam 5"
Jawabnya santai. Ia masih satu rumah sakit dengan Suster Minju. Aku ingat ia enggan merawatku dan menatapku jijik ketika aku menjadi Taeho. Tapi aku tidak terkejut. Ia berusaha menempel tapi aku terus menghindari dengan duduk di dekat Xinyu
" kita ga aman di luar sana, gimana kalau kamu di sini dulu?"
Xinyu mengangguk. Eros punya banyak orang di bawah sana, atau bisa jadi ia bisa mempengaruhi siapa saja. Tidak ada yang aman. Namun ia tidak mengenali Chaeyeon jadi kurasa kami aman di sini daripada di jalanan yang banyak mata dan cctv.
" aku nginep di rumah kamu, gapapa kan?"
Tanya Xinyu kepada Chaeyeon. Chaeyeon dengan semangat mengangguk
" boleh kok kak. Santai aja! Billy juga mau nginep?"
Aku menggeleng kepala. Aku berbisik mungkin lebih aman jika Xinyu berjalan di luar sana dengan Taeho, karena wujudku terlalu mencolok dan di kenali banyak orang. Xinyu hanya diam dan mulanya ragu. Namun ia mengangguk pasrah dan menerima saranku
" aku takut. Kamu ga ninggalin aku lagi kan?"
Aku menggeleng kepala dan memeluknya. Andai dia tahu siapa Billy yang sebenarnya