" Billy? Kok kamu di sini? Kapan kamu datangnya?"
Aku tiba-tiba berada di dapur rumah Suster Minju. Aku berdiri di sana dengan mata tertutup
" kamu mau ngagetin aku ya?"
Ucapnya sambil tersenyum. Aku mengangguk. Aku berpura-pura ingin mengejutkannya
" kamu tu ya. Masuk rumah tu salam, selamat pagi. Malah masuk diem-diem"
Gerutunya. Aku tertawa malu. Ia ikut tertawa. Aku memeluknya dan ia terkejut. Ia tertawa genit dan kami pun bercumbu
" ahhh yaaaahhh"
Aku menggenjot Minju dari belakang dengan posisi berdiri. Ia agak menungging sambil memegangi kitchen set. Wajahnya memerah. Ia memejamkan mata sambil mendesah pelan dan panjang. Aku remas buah dadanya kasar dari belakang dan mempercepat genjotanku
Aku melahap lehernya. Ia menggigit bibir bawahnya. Aku mainkan putingnya dengan jemariku dan ia semakin mendesah. Ia mendongakkan kepalanya. Memeknya semakin basah. Suara tepukan selangkangan kami makin terdengar kencang. Ia mendesah panjang. Ia menyandarkan tubuhnya di pelukanku sehingga aku makin bebas meremas buah dadanya. Ia menengok kebelakang dan kami bercumbu liar
Ia membalikkan badannya. Aku angkat kedua kakinya dan menggendongnya. Ia memelukku erat dan aku menggenjotnya keras tanpa ampun. Desahannya makin kuat. Kami sama-sama mendesah. Genjotanku makin liar. Ia memekik panjang. Cairan orgasme menetes deras dari memeknya dan membasahi lantai. Ia orgasme berat.
Aku ejakulasi di dalam memeknya. Kami keluar bersama-sama. Kontolku berkedut mengeluarkan sperma di dalam memeknya, bercampur cairan orgasmenya. Aku tusuk kontolku dalam-dalam, mengeluarkan air mani sebanyak-banyaknya di dalam memeknya. Ia lalu tertawa genit sambil sesekali mendesah puas.
Minju mengenakan handuk lalu menyiapkan sarapan untuk ibunya yang masih tidur. Ia menaruh makanan itu di kamar ibunya lalu ia merangkulku dan kami berpindah ke kamar. Ia menutup pintu membuka handuknya lalu kami pun bercumbu liar. Aku menindih tubuhnya menahan kedua tangannya lalu mengenjotnya tanpa ampun dari atas dengan posisi misionaris
Minju bangkit dari kasur dan berjalan ke kamar mandi siang itu. Aku melepas selimut dan duduk di pinggir kasur. Aku menghadap ke kamar mandi kamarnya lalu melihat tubuh polos Suster Minju. Ia hampir 40 tahun sama seperti Suster Siska. Putingnya memang masih pink. Tapi tubuhnya sudah cukup penuh dengan stretch mark. Apalagi di paha, perut bagian atas, pinggul, lengan, tubuhnya sudah tidak begitu mulus lagi. Buah dadanya pun kendur. Ia tidak begitu saat pertama kali kami berhubungan. Aku tidak tahu kalau tanda ini juga muncul bahkan di perempuan yang belum hamil. Tubuhnya sudah kalah kencang dengan Suster Chaeyeon apalagi dengan Dokter Xinyu yang kembali muda
" kenapa kok lihatnya gitu?"
Tanya Suster Minju heran.
" ah gak, pengen lihat aja"
Jawabku santai
" ish pasti mau lagi ya?"
Godanya genit. Aku hanya tertawa. Aku berangan apakah aku harus mengajaknya ke telaga mimpi dan membuatnya muda kembali? Suster Minju menghampiriku kembali. Aku kembali berbaring dan ia pun berbaring. Kami bercumbu sekilas. Ia tersenyum dan aku ikut tersenyum. Aku memeluknya, memejamkan mata dan tidak lama, aku kembali ke telaga mimpi
" apa?"
Aku sangat terkejut dengan apa yang terjadi. Ia tidak ikut bersamaku ke telaga mimpi. Aku tiba sendirian. Aku berdiri terdiam di sana sendirian. Aku justru melihat Suster Chaeyeon yang tertidur. Tapi Suster Minju, ia tidak di sana
" ihh kok malah tidur"
Aku terbangun beberapa menit kemudian. Suster Minju sudah mengenakan handuk kembali. Aku terdiam bingung dan tersenyum palsu. Ia menatapku kesal
" baru kali ini aku lihat kamu lemas"
Ia ke kamar mandi, membuka handuknya dan mulai membasuh tubuhnya dengan gayung. Aku masih terbaring bingung. Aku heran bagaimana bisa ia tidak ikut denganku ke telaga mimpi, sedangkan Dokter Xinyu bisa
Suster Minju mencuci selimut dan sprei kami di mesin cuci. Ia menyiapkan teh untukku. Ibunya masih tertidur di kamar. Aku duduk di ruang tengah dengan tv menyala
" tadi siang mama bangun, aku keluar pake handuk dan mama ngira aku baru bangun tidur"
Jelasnya singkat.
" mama ga tahu aku di sini?"
Minju menggeleng kepala. Ibunya tidak tahu aku di sini.
Aku menjemur Sprei dan selimut di belakang rumahnya. Aku menatap Suster Minju dan ia tersenyum. Ia mungkin akan menua beberapa tahun lagi dan aku tidak punya cara untuk mencegahnya.
Kami makan malam di sebuah resto dengan taxi. Ia berdandan sangat cantik sedangkan aku hanya kemeja dan celana dasar. Namun semua mata tertuju ke kami berdua. Lebih tepatnya mereka melihat ke arahku
" cowoknya ganteng banget"
" masih muda lagi"
Suster Minju menyadari itu dan ia seketika malu
" banyak yang liatin kamu"
Bisiknya. Aku tersenyum dan mengusap wajahnya dengan penuh perasaan
" tapi hanya aku yang menyadari kecantikan kamu"
Ia tersenyum malu. Aku lalu menciumnya di depan banyak orang.
" wooooo"
Semua orang berteriak dan bertepuk tangan.
" kamu ih"
Gerutu Suster Minju malu.
Makan malam itu datang. Ia makan dengan lahap. Aku menyantap steak itu sambil sesekali memandanginya. Setelah sekian lama kami berhubungan lagi. Aku terlalu sibuk dengan diriku dan orang lain belakangan ini sehingga kami baru dapat berdua
" ah Bill nya gratis Mister. Udah ditanggung sama pihak restoran"
" eh? Thank you! (Makasih)"
Mereka menggratiskan makan malam itu. Mereka juga memberikan vocer yang cukup banyak untuk kami berdua. Lagi-lagi pesona Billy membawa keberuntungan. Minju tertawa geli
" pokoknya awas ya kalo genit sama mbak pelayannya"
Gerutunya gemas. LAku hanya tertawa. Kami berjalan ke Mall terdekat. Kami mengambil trolley lalu tidak lama salah seorang pelayan menghampiriku
" permisi Mister, kita mau izin endorse supermarket kita ke Mister"
Minju lagi-lagi menatapku kesal.
" kebiasaan"
Aku lalu tertawa malu. Aku lalu berdiri di samping pelayan itu dan temannya segera mengambil foto.
" nah ini ada vocer belanja 200 ribu 10 lembar untuk Mister"
Pelayan itu lalu memberikan kami vocer belanja 10 lembar.
" 10 lembar? Mau foto lagi boleh kok mbak. Silahkan!"
Goda Minju dengan wajah senang. Pelayan itu ikut gembira. Mereka merangkulku dan berfoto
" wah kalo gini kan ok. 50 lembar vocer belanja 200 ribu."
Ucap Minju senang. Ia mulai mengambil segala kebutuhannya. Aku ingat terakhir kali kami berkencan seperti ini. Waktu itu aku masih di Korea dan aku diam-diam berhubungan dengan Dokter Xinyu.
" kita banyak bawaan tapi ga bawa mobil apa gapapa?"
Tanyanya heran. Ia telah mengambil tiga karung beras, dua jerigen minyak goreng, berbagai macam makanan beku, daging serta ikan dan ayam, dan banyak makanan lainnya
" nanti kan bisa naik taxi"
Jawabku santai.
" emang muat?"
Kami pulang dengan taxi yang penuh dengan belanjaan. Minju yang membayar taxi karena ia sudah mendapat vocer yang begitu banyak itu. Ia juga membayar semua tagihan dan membeli listrik untuk rumah ibunya. Taxi itu parkir bahkan sampai masuk ke gang dan aku menurunkan semua belanjaan dibantu Pak Sopir
" makasi Pak"
" sama-sama Mister"
Jam menunjukkan pukul 10. Minju masih merapikan belanjaan. Kini urusan rumahnya aman. Aku ikut senang. Ia dari tadi tersenyum dan tertawa dengan apa yang terjadi hari ini.
" emang sih, punya pacar ganteng harus sabar. Tapi kalo segini banyak cuannya ya gapapa"
Godanya. Aku tertawa kecil
" bener kan? Siapa tahu kamu dapat mobil gratis"
Itu pernah terjadi. Sebelum Eros menangkapku dan mengurungku di rumah detensi. Minju terus tersenyum. Aku mendengar suara mobil dan motor dari depan rumah. Aku melihat dari balik jendela rumah depan. Aku seketika tercengang
" orang… orang itu"
Gumamku dalam hati. Bagaimana mereka menemukanku di sini
" kenapa sayang?"
Tanya Minju bingung. Aku perlahan mundur. Mereka semua berkumpul di depan rumah siap untuk menyergap. Mall itu! Supermarket itu! Eros!
Aku memejamkan mata. Aku sangat panik. Tapi tidak semudah itu. Entah bagaimana aku tidak bisa berpindah. Aku terus memejamkan mata dan berusaha berpindah ke telaga mimpi
" kenapa?"
Minju ikut ketakutan. Ia perlahan menghampiriku dan
" kedubrak!"
Mereka mendobrak pintu
" jangan bergerak!"
Aku masih memejamkan mata dan ketika aku membukanya, aku sudah kembali ke telaga mimpi.
" hampir saja"
Eros selalu hampir menangkapku namun aku tidak pernah dapat menemukan keberadaan mereka. Aku selalu kalah selangkah. Aku terduduk di pinggir telaga itu. Kurasa aku aman di sini
" Minju!!"
Aku baru ingat bagaimana nasib Minju. Aku berpindah ke telaga mimpi tapi aku lupa ia tidak bisa ikut denganku kecuali ia tertidur. Aku panik. Aku berusaha pindah ke rumah Minju namun aku seketika diam
" mereka mungkin masih di sana"
Aku tidak percaya aku sepenakut itu. Aku enggan menutup mataku. Jantungku berdegup kencang. Aku pejam mataku dan demi Minju, saat itu juga aku kembali ke rumahnya,
" Minju! Minju!"
Aku kembali ke rumah Minju. Namun tidak ada siapa pun di sana. Aku ke kamar ibunya. Ibunya tertidur. Minju tidak ada di mana-mana. Pintu tertutup rapat. Mereka pergi. Mereka pergi dan aku terlambat. Aku pejamkan mata dan berusaha berpindah ke mana saja Minju berada. Aku buka mataku dan tidak terjadi apa-apa
Aku pejamkan mata dan kembali ke telaga mimpi. Aku ingat sesuatu. Aku dapat berpindah ke rumah Minju saat memikirkannya. Apa yang terjadi jika aku memikirkan Jessica? Apa aku dapat berpindah
Aku memejamkan mataku dan berkonsentrasi. Aku memikirkan Jessica. Aku menggambarkannya di pikiranku, berusaha untuk berpindah. Saat aku buka mataku, aku masih di telaga mimpi.
Aku mengulanginya berkali-kali. Sayangnya tidak ada yang terjadi. Cermin itu tidak berfungsi dan sekarang motode ini juga tidak berfungsi. Lalu aku ingat seseorang di Amerika. Kathy. Aku tidak pernah tidur dengannya. Tapi apa yang terjadi jika aku menggunakannya kepadanya. Aku pejam mataku, menggambarkan Kathy dipikiranku dan, saat aku buka mata, aku seketika bangun di sebuah kamar
" berhasil"
Gumamku. Aku berpindah dari telaga mimpi ke suatu tempat. Kathy tertidur di kasur tanpa busana. Kamar itu cukup luas. Aku berjalan menghampiri Kathy dan hendak membangunkannya. Aku melihat Handphonenya dan justru mengambil Handphonenya
Aku pernah melihat kode kunci layarnya. Aku memasukkan angka itu dan membuka Handphonenya. Aku memeriksa handphone itu, mencari apa pun terkait Eros. Aku tidak menemukan apa pun. Namun aku membuka Maps dan melihat salah satu lokasi tersimpan di sana
" Rumah Billy?"
Hanya saja aku tidak pernah punya rumah di AS. Aku hanya punya kondomonium. Aku menyimpan handphone itu di kantung dan hendak keluar kamar
" My lord?" (Tuanku?)
Kathy memanggilku. Ia bangun dan seperti berlutut di atas kasur sambil menundukkan wajahnya
" Kathy"
Jawabku
" siap Tuanku"
Jawabnya lagi. Apa yang terjadi sebenarnya? Aku terdiam sejenak
" izinkan hamba melayanimu, Tuan"
Sahutnya lagi. Apa yang Eros lakukan pada gadis ini? Aku singkirkan kedua tangannya dan aku melihat banyak bekas luka di tubuhnya. Punggung, buah dada, bahkan sampai memeknya, semuanya penuh lebam dan bekas luka.
" antar aku pulang, Kathy"
Kathy seketika bingung.
" ba….baik, Tuan"
Jawabnya
Sebuah Mercedes benz E class menunggu di depan rumah Kathy. Ia keluar dari rumahnya dengan gaun yang sangat cantik. Ia menutupi bekas luka di tubuhnya dengan mantel hitam. Ia masuk ke mobil lebih dahulu lalu aku ikut masuk.
Sopir masuk ke dalam mobil. Ia menyetir mobil dan membawa kami keluar. Kami melewati turunan dan masuk ke jalan utama. Aku melihat pemandangan menara-menara tinggi di Manhattan. Kami melewati jalan raya, melintasi persimpangan, melewati jalan pintas untuk menghindari macet, hingga tak lama kami tiba di depan sebuah Villa yang sangat mewah
Pintu gerbang itu terbuka. Kami melihat banyak cctv. Dua orang berjas menghampiri mobil kami dengan senapan mp5. Sopir membuka jendela mobil dan melihat ke dalam
" Lord Billy?"
Aku melambaikan tangan. Mereka semua membungkuk. Sopir menutup jendela dan mobil kembali berjalan. Mobil berhenti di depan Villa. Dua pelayan wanita muda lalu membukakan pintu.
" selamat datang Lord"
Ucap mereka. Aku mengangguk. Aku keluar dan tidak lama Kathy ikut keluar. Kami masuk ke dalam Villa. Aku tercengang. Aku tidak pernah masuk ke dalam Villa sebesar itu. Puluhan pelayan segera berbaris. Mereka semua berlutut
" Selamat datang Lord Billy"
Kathy tiba-tiba melepas mantelnya. Ia juga melepas gaunnya dan pakaian dalamnya. Ia bugil kembali. Aku menoleh bingung. Para pelayan itu dengan buru-buru melepas pakaian mereka, lalu melepas pakaian dalam mereka
" kami siap melayanimu Lord Billy"
Aku melihat mereka bingung. Orang gila mana yang memulai semua ini. Kathy dan para pelayan itu lalu berlari menghampiriku dan membuka kemeja dan celana panjangku. Kathy menurunkan boxerku. Wajahnya terlalu dekat dengan selangkanganku sehingga kontol besarku menampar pelan wajahnya
Aku menelusuri ruang tengah itu di dampingi Kathy dan pelayan yang sangat banyak. Aku melihat keluar. Aku dapat melihat jelas pemandangan luar tapi mereka di luar sama sekali tidak dapat melihat ke dalam. Ada dua tangga menuju lantai atas di ruang tengah ini. Ada pintu menuju ruangan menyerupai museum di sayap kiri Villa dan ada pintu ganda di sayap kanan Villa. Aku membuka pintu ganda itu dan aku melihat ruang jamuan yang sangat mewah
" My Lord!"(Tuanku)
Aku melihat banyak wanita cantik bugil di ruang jamuan. Mereka duduk menyantap makanan mewah di sana. Aku melihat gaun serta pakaian dalam mereka tergeletak di lantai. Aku mengenali mereka. Aku belum pernah bertemu mereka secara langsung tapi mereka semua terkenal. Aktris, model, penyanyi, idola para pria dari muda hingga tua. Ada yang dari Amerika, ada dari Asia, hingga bintang Eropa. Mereka memakan hidangan itu beramai-ramai tanpa busana di ruang hidangan. Mereka meletakkan sendok dan garpu mereka lalu membungkuk menghormatiku.
Aku menengok ke sebelah kiriku. Ada kaca tepat di samping ruang hidangan itu yang menghadap ke tengah Villa. Ada Kolam renang di tengah Villa itu. Aku membuka pintu samping dan melihat langsung pemandangan itu. Ada berpuluh-puluh wanita cantik di tengah kolam itu dari segala bangsa. Aku mengenal hampir semuanya. Mereka berendam di sana, bersenang-senang memanjakan diri mereka. Beberapa membawa sex toy memuaskan diri mereka dan beberapa lagi melakukan hubungan sex ke sesama mereka. Di luar sana mereka terkenal, kaya raya, idaman semua pria, namun di dalam sini, mereka bersenang-senang seperti binatang
" Lord Billy! Lord Billy kemari!"
Teriak salah seorang dari mereka. Mereka semua diam. Musik itu berhenti. Mereka semua menghadapku lalu tak lama mereka semua berlutut satu persatu. Seseorang lalu muncul di seberangku. Ia menatapku tajam dan tersenyum licik
" Eros"
Dia di sana di seberangku, dengan wujud yang serupa denganku. Akhirnya kami bertemu lagi sekian lama. Meski tanpa kekuatan apa-apa, aku memberanikan diri mengakhiri tipu dayanya saat ini juga. Seseorang harus menghentikannya