Aku keluar sebentar dari apartemen Chaeyeon. Dokter Xinyu menunggu di sana. Aku turun ke lobby dengan lift, mencari kamar mandi, dan aku melepas cincin itu. Aku mungkin lebih aman ketika menjadi Taeho
Aku kembali ke apartemen Chaeyeon. Chaeyeon membuka pintu dan raut wajahnya berubah. Ia sangat ramah ketika aku menjadi Billy namun sangat jutek ketika melihat Taeho
" masuk"
Ucapnya dingin. Ia bahkan memundurkan badannya cukup jauh untuk menghindariku. Dokter Xinyu menoleh. Ia berdiri dan mendekatiku
" Mas Taeho?"
Aku mengangguk.
" Mana Billy?"
Tanyanya.
" Dia pergi. Dia sudah cerita semuanya. Ia meminta bantuan saya karena mereka tidak mengenali saya"
Dokter Xinyu mengangguk pasrah. Ia mendekat dan meraih tanganku
" mohon bantuannya ya mas"
Aku mengangguk. Chaeyeon lalu mendekat dan menatapku bingung
" mas ini beneran temenan deket dengan Billy?"
Tanyanya heran.
" kami berdua seperti saudara"
Jawabku. Raut wajah Chaeyeon seketika ramah
" wah, boleh pinjem Mas Taeho bentar ga kak? Ga buru-buru kan?"
Xinyu mulai menatap Chaeyeon heran. Ia melepas tanganku dan hanya mengangguk. Chaeyeon tertawa lalu mengajakku ke kamarnya
" ke sini mas"
Ia menutup dan mengunci pintu. Ia lalu mengajakku duduk di kasurnya dan menatapku serius
" mas, coba ceritain. Sebenarnya ada apa antara mbak Xinyu dan Billy? Mereka nikah? Pacaran? Atau cuma deket aja?"
Aku sempat diam. Aku lalu mengatakan kalau Billy dan Xinyu lebih dari sekedar pacaran
" Billy. Dasar Playboy"
Ucapnya kecewa
" terus, bener kalau Billy juga tidur dengan Suster Minju dan Suster Yunah? Mereka cerita sama aku dan "
Ia seperti menahan tangisnya
" rasanya sedih. Aku…. Aku…."
Aku mengangguk
" Kenapa Dokter Xinyu ga tahu?"
Tanyanya
" ia percaya dengan Billy"
Ia tiba-tiba menggenggam tanganku dan menatapku dengan wajah yang penuh dengan air mata
" mas, aku sebenarnya pengen ngomong ini tapi aku takut dengan Dokter Xinyu. Aku….. aku tergila-gila dengan Billy. Bertahun-tahun ini aku bener-bener terobsesi. Ia pernah buat janji tapi dia pergi. Aku mau maafin dia asal dia balik. Aku pengen kami deket dan hidup sama-sama. Atau paling ga…."
Ia ingin hamil anak Billy. Ia benar-benar hampir gila karena Billy. Handphone penuh dengan foto Billy sewaktu aku di Korea dulu. Bahkan foto bugilku banyak sekali di sana.
" itu tujuan hidup aku. Aku ga bisa bayangin hidupku tanpa Billy. Paling ga, aku pengen punya anak dari dia."
Aku hanya diam. Suster Minju juga sangat sedih saat aku meninggalkannya. Ia seperti kehilangan jati dirinya juga. Hanya Suster Yunah yang cukup normal tanpa Billy. Apa kekuatan ini benar-benar membuat wanita tergila-gila sampai kehilangan akal sehat dan harga diri mereka? Suster Chaeyeon tiba-tiba memegang tanganku erat
" aku siap bayar berapa aja. Aku siap kasih mas apa aja. Atau, aku juga siap layani mas Taeho"
Kurasa Suster Chaeyeon benar-benar tergila-gila karena Billy
" ga usah mbak, setelah masalah dengan Dokter Xinyu selesai, saya ajak Billy ke sini"
Ia tersenyum. Ia lalu memelukku erat. Lucu karena mulanya ia sangat jutek dan sekarang ia sangat ramah bahkan memelukku erat.
" maaf aku salah nilai mas. Aku jijik karena mas seperti cowok mesum dan aku…. Aku ga suka penampilan mas. Tapi aku salah. Mas ternyata jauh lebih baik dari yang aku kira. Bahkan…. Mas lebih baik dari Billy karena mas ga mesum. Aku nangis waktu tahu Billy tidur dengan Suster Minju, Suster Yunah dan Dokter Xinyu"
Aku tersenyum malu. Andai ia tahu kalau aku juga Billy. Dokter Xinyu tertidur di sofa. Awalnya Chaeyeon mengajak tidur dan ia mengizinkan aku tidur di mana saja. Termasuk sekasur dengannya. Namun aku berpikir ini mungkin saat yang tepat untuk pergi.
Chaeyeon meminjamkan mobilnya padaku. Ia bilang jika aku butuh seseorang, ia siap menolong dan melayaniku. Ia juga siap mengenalkan aku pada siapa saja jika aku mencari istri perawan. Aku membangunkan Dokter Xinyu dan ia terbangun. Ia menggandeng tanganku erat dan kami permisi kepada Chaeyeon
" makasih ya Ca. Kami hutang budi sama kamu. Sampe dipinjemin mobil"
Ucap Dokter Xinyu. Chaeyeon langsung memeluk Dokter Xinyu.
" gapapa mbak aku seneng bisa nolong"
Ucapnya. Kami berpisah. Aku dan Dokter Xinyu naik ke mobil
" mas"
Dokter Xinyu tiba-tiba memegang tanganku saat kami keluar parkiran apartemen
" apa bener Billy tidur dengan Suster Chaeyeon?"
Aku dengan tegas menggeleng kepala. Entah kenapa aku tidak ingin Chaeyeon tahu
" syukurlah. Aku tahu Billy ga gitu. Ya emang sih. Terkadang cewek sekali pun pasti pikiran jorok waktu lihat Billy. Aku…aku juga gitu soalnya"
Aku menahan tertawa mendengar ucapan Dokter Xinyu
" kok ketawa?"
Tanyanya heran
" ga, aku ga tahu kalau cewek juga suka pikiran jorok"
Jawabku. Dokter Xinyu tertawa
" Cowok cewek itu cuma beda kelamin doang. Kita sama-sama manusia. Malah kadang cewek lebih nafsu dari cowok. Cuma kita mainnya halus aja"
Jawabnya. Aku senang Dokter Xinyu mulai berbicara santai dan tidak tertekan lagi. Aku tertawa pelan
" kok ketawa lagi?"
Tanyanya geram
" gapapa baru tahu aja"
Jawabku. Ia pun ikut tertawa
" mas udah nikah?"
Aku menggeleng kepala
" belum Dok, saya ga laku. Jelek gini mana ada yang mau"
Jawabku lagi
" jangan gitu lah, harus percaya diri. Aku lihat Mas Taeho rapih sopan. Coba kalo agak wangi lagii. Belum ketemu aja. Coba aja buka diri dan cari kenalan di luar sana. Apalagi cowok itu perlu ejakulasi 21 kali sebulan lho"
Aku tercengang aku tidak tahu pria harus ejakulasi sesering itu
" iya bener. Emang sih banyak dokter yang meragukan teori ini. Tapi paling ga nurunin resiko kanker prostat, nurunin stress, ningkatkan kualitas tidur, ningkatkan kekebalan tubuh, ningkatkan kualitas sperma juga. Banyak kan? Tapi kalo bisa jangan coli juga"
Ia sangat terbuka. Aku senang sikapnya sama seperti saat bersama Billy walaupun aku kini sebagai Taeho
" kamu sama Billy cara ngomongnya mirip ya. Kok aku kayak lagi ngomong sama Billy. Jadi nyaman aja"
Aku tertawa kaget. Aku tidak tahu Dokter Xinyu menyadarinya
" iya banyak orang ngomong gitu"
Tidak lama polisi melintas. Kami terdiam. Kami teringat apa yang terjadi sebelum berpindah ke rumah Chaeyeon. Raut wajah Xinyu seketika ketakutan. Aku pegang tangannya dan ia melihat tanganku. Ia lalu sadar kalau kontolku berdiri sangat tegang di balik celanaku
" mas Taeho?"
Tanyanya heran
" ah maaf mbak"
Aku melepaskan tanganku. Aku berusaha menutupi kontol tegangku tapi tidak bisa. Dokter Xinyu terus melihatnya. Ia tiba-tiba menggenggam tanganku
" aku belum sempet makasih. Mas udah nyelamatin aku dan temuin aku ke Billy yang asli. Itu ga ternilai. Tapi aku ga bisa layanin mas. Aku ga mau khianati Billy. Aku mohon mas ngerti"
Andai ia tahu kalau kami orang yang sama. Tangannya sangat halus. Aura dan kecantikan Xinyu kini hampir menyamai bidadari karena telaga mimpi. Sesuatu makin berdiri dari balik celanaku. Aku berusaha menutupinya. Dokter Xinyu menyadarinya. Pipinya memerah dan ia membiarkannya.
Kami meninggalkan Seoul. Kami berkendara ke daerah di mana Dokter Xinyu curiga di sanalah orang tuanya pindah. Aku masuk tol dan berkendara ke arah Jawa. Saat itu Sore. Aku pacu gas ke kecepatan tinggi. Xinyu mengenakan hijab dan masker untuk menghindari cctv
Kami mampir ke rest area. Tidak ada polisi di sana. Xinyu menundukkan wajahnya. Aku turun dari mobil dan mengisi ulang mobil. Aku baru sadar uangku tinggal 10 ribu dan aku tidak ada uang lagi. Sebuah mobil mengantri di belakangku
" mbak nanti yang bayar kakak saya ya yang dibelakang"
" hah?"
Mbak itu mulai curiga. Aku segera mengangkat tangan dan berteriak
" makasi bang"
Tidak ada respon dari mobil itu namun mbak itu seperti percaya. Manager mulai mendekat namun aku masuk mobil dan langsung gas kecepatan tinggi. Dokter Xinyu tidak sadar apa yang terjadi. Aku melaju dengan kecepatan tinggi. Dokter Xinyu kembali tertidur. Aku tiba di pintu tol dan hendak keluar
" lho? Kartunya mana mas?"
" patah mas. Makanya saya muter lagi. Deket kok saya dari deket sini bukan dari Seoul"
Tanpa banyak bicara mas penjaga pintu tol itu membukakan kami pintu tol. Dokter Xinyu tertidur. Aku keluar tol itu gratis tanpa membayar sedikit pun.
Aku masuk ke sebuah jalan gang. Dokter Xinyu terbangun. Ia sadar kami keluar dari tol. Ia membuka masker dan hijabnya. Ia kembali menjadi dirinya.
" ini alamatnya mas"
Ucapnya sambil memberikan alamat yang tertulis di kertas. Jalan itu tiba-tiba menjadi jalan tanah. Aku beruntung SUV compact Honda suster Chaeyeon masih mampu melewati jalan ini. Tidak ada rumah warga lagi. Kami terus masuk melewati jalan yang gelap gulita itu. Dokter Xinyu masih berusaha tenang.
Kami tiba di sebuah rumah gubuk. Aku parkir mobilku namun belum mematikan mesin. Aku keluar dari mobil dan Dokter Xinyu menunggu di dalam. Ada warung di gubuk itu namun sudah tutup. Tidak lama pintu itu terbuka
" cari siapa ya mas?"
Seorang gadis cantik putih bersih keluar dengan kaos dan celana pendek. Perawakannya seperti super model. Kulitnya putih bersih seperti cewek Asia timur dan bodynya langsing tinggi seperti model. Hanya saja gayanya sederhana. Xinyu keluar dari mobil dan gadis itu seperti terkejut melihat Xinyu ada di sana
" kak Xinyu!"
Teriaknya kaget
" Hani!"
Xinyu segera memeluknya. Sepasang bapak dan ibu muncul ke depan rumah. Mata Xinyu berkaca-kaca.
" Xinyu!"
Mereka langsung ikut memeluk Xinyu.
" Ma! Pa!"
Mereka menghidupkan lampu. Aku perlahan mundur. Aku letakkan kunci mobil itu di saku Dokter Xinyu. Aku hendak pejamkan mata, melarikan diri ke telaga mimpi namun
" Mas Taeho!"
Dokter Xinyu memanggilku.
Mereka mengajakku ke dalam rumah. Xinyu menceritakan apa yang terjadi. Orang tuanya sudah tidak ada apa-apa lagi dan bertahun-tahun ini hidup di gubuk tua di tanah lama mereka
" ini Mas Taeho Pak. Dia yang nyelamatin aku di Amerika."
Ayah Xinyu langsung melihatku. Ia mendekat dan langsung memelukku.
" saya hutang Budi sama kamu"
Ibu Xinyu lalu mendekat dan menjabat tanganku. Adik Xinyu, Hani hanya melihat apa yang terjadi. Rumah itu jadi penuh isak tangis
" mana Billy yang udah meras dan nipu kamu?"
Xinyu terdiam
" itu bukan Billy pa. Mereka kembar. Aku ga kenal sama kembarannya."
Jawab Xinyu.
" kembar? Ga betul keluarga itu. Papa kira Papa ga pernah ketemu kamu lagi. Entah hidup, mati, Papa Mama ga tahu kabar kamu"
Xinyu masih menangis. Mereka lalu berpindah ke kamar orang tua mereka. Hani masih diluar bersamaku. Wajahnya masih penuh air mata. Ada tikar, kasul dan bantal wanita di ruang tengah. Sepertinya ia tidur di ruang tengah
" saya permisi tidur di teras ya"
Hani menggeleng dan memegang tanganku.
" gapapa kak tidur di kasur aku aja. Mama Papa ga marah kok"
Hani berdiri dan ikut masuk ke kamar orang tuanya. Aku berbaring di kasur dan tertidur. Aku terbangun di telaga mimpi
Telaga itu sepi. Semua orang terbangun di malam itu dan bekerja. Chaeyeon bekerja, Minju selalu sibuk belakangan ini jadi aku sendiri di telaga itu. Aku membuka seluruh pakaian dan masuk ke dalam telaga, sebagai Taeho.
Aku masih belum menemukan Eros. Cermin itu tidak pernah berfungsi. Ia hanya membantuku kembali ke telaga mimpi. Aku juga mencari jejak digital Eros atau Billy palsu. Namun seolah tahu orang akan mencarinya, ia pandai menyembunyikannya sehingga aku tidak menemukannya. Xinyu hanya tahu ia bos dari banyak perusahaan tapi tidak ada satu pun jejak digitalnya. Ia hanya sesekali disebutkan di berita namun itu saja. Tidak ada akun media sosial, foto jelas atau kenalan yang mengenalinya
Aku terbangun pagi itu di ruang tengah rumah Dokter Xinyu. Aku terkejut Hani sudah buka warung dan berjualan sepagi ini. Aku melihat jam kini belum pukul setengah 6 tapi warga lumayan banyak yang mengantri. Beberapa melihat mobil Honda yang terparkir di depan
" ini mas yang punya mobil?"
Tanya salah satu warga sambil menunjukku
" iya mbak, bener. Temennya pacar kakak aku"
Jawab Hani. Ia masih mengenakan baju yang ia kenakan semalam
" udah bangun mas?"
Sapanya ramah. Aku mengangguk. Ia mengambil cangkir dan teh lalu secepat kilat membuatkan aku teh.
" ini ada teh buat mas"
Aku meminumnya. Teh itu sangat segar. Hani tersenyum saat aku meminum teh itu. Ia kembali melayani warga yang membeli sayur dan jajanan pasar untuk sarapan.
" mas, boleh lihat dalam mobilnya?"
Tanya warga itu lagi
" boleh Bu,"
Aku membuka pintu mobil dan anak-anak itu berteriak
" yeee"
" mas, apa ga takut kotor mobilnya?"
Aku menggeleng kepala sambil tersenyum.
" ya tinggal bersihin lagi"
Hani kembali tersenyum. Aku menghabiskan teh itu dan sedikit membantunya melayani pelanggan
Xinyu masih tidur di kamarnya. Warga itu meminjam mobil Chaeyeon untuk mengantar anaknya ke sekolah. Aku ke belakang rumah dan melihat tanaman yang mereka tanam. Ada banyak sayur, ada juga buah seperti jambu jeruk dan mangga.
Mobil itu kembali. Warga itu berterima kasih padaku. Hani sudah agak santai dan ia terus tersenyum. Ia sangat manis. Aku duduk di sampingnya dan ia tidak keberatan kami duduk berdampingan
" istri mas ga marah mas ke sini nganterin kakak aku?"
Tanyanya polos
" saya belum nikah mbak"
Jawabku. Ia sedikit terkejut
" ah masa! Kok belum nikah?"
Aku bilang aku belum terlalu mapan dan tidak ada wanita yang menerimaku.
" mas di kota sih. Ga mau cari jodoh dari pinggiran kota aja?"
Aku bingung apakah ia sekedar iseng bertanya atau sedang menggodaku
" saya mau kalo ada yang mau"
Jawabku
" ya udah ayok"
Goda Hani. Aku terdiam. Hani seketika tertawa
" kok kaget? Santai aja"
Ia makin tertawa. Aku ikut tertawa.
" aku kira aku ga pernah ketemu lagi sama Kak Xinyu. Kami ga tahu mau dari di mana, tapi ternyata, Kak Xinyu datang sendiri. Dan mas yang bawa dia"
Suasana menjadi hening. Aku hanya diam. Kami sempat terdiam berdua di depan warung itu
" aku sama Kak Xinyu itu udah kayak saudara kandung. Walaupun aku hanya keponakan Papa. Aku lama di kampung dan Kak Xinyu tinggal di kota. Tapi kami sangat deket. Waktu mama Papa aku meninggal, selain warga kampung, mereka satu-satunya keluarga aku. Jadi waktu mereka jatuh, aku dengan seneng hati ngerawat mereka di sini"
Tidak lama ayah dan ibu Xinyu muncul. Wajah Hani kembali santai. Mereka memanggil Hani dan ia langsung berdiri lalu masuk ke dalam.