Aku mandi di sungai di belakang rumah Xinyu. Aku melepas pakaian dan mulai berendam di sana. Sungai itu sepi. Airnya jernih dan tak terlalu deras. Aku membasahi kepala lalu berbalik untuk mengambil sabun
" mas Taeho"
Aku terkejut begitu melihat Dokter Xinyu sudah duduk santai di belakangku
" Dokter"
Aku hendak mengambil handuk namun ia dengan polos mengambilnya dan menggunakannya untuk membasuh wajahnya. Aku masuk ke dalam air menutupi kemaluanku
" ga mandi di kamar mandi aja?"
Tanya Dokter Xinyu polos
" seger aja mandi di sini, Dok"
Jawabku
" Tapi mas berani juga ya mandi di sungai ga pake baju. Biasanya sih cuma kakek-kakek yang berani"
Jawabnya. Apa itu artinya ia juga sering melihat pria bugil di sungai ini. Ia kembali membasuh wajahnya. Ia lalu duduk santai dan melihat pemandangan sungai itu. Aku melepas tanganku dari kemaluanku yang berdiri dan mandi seperti biasa
" kira-kira Billy ke sini ga ya?"
Ia menoleh dan menatap langsung tubuhku yang bugil dengan anu yang berdiri gagah
" mungkin ke sini mbak"
Jawabku. Aku mengambil sabun dan berjalan ke sisi sungai yang lain
" saya ke sana ya mbak"
" di sini aja mas, saya takut sendirian"
Namun tiba-tiba ia melihat sabun di tanganku
" santai aja mas, "
Bisiknya sambil menahan tertawa
" eh saya bukan mau coli kok"
Dokter Xinyu lalu tertawa. Ia lalu berdiri dan kembali ke rumah. Aku sebenarnya sangat nafsu namun aku menahannya. Ia makin tertawa
" sebenarnya, gimana mas bisa kenal Billy? Dan gimana mas bisa dapet kekuatan supranatural itu?"
Aku bingung hendak menjawab apa. Aku tidak mungkin menceritakan yang sebenarnya. Atau apakah aku harus? Bagaimana jika Dokter Xinyu tahu?
" kekuatan supranatural itu karena cermin dan cincin itu. Billy yang kasih. Kami berteman sejak Billy ke Korea beberapa tahun lalu"
Aku mengarang cerita.
" jadi sebelum Billy masuk rumah sakit, mas udah berteman?"
Tanya Dokter Xinyu. Aku menangguk
" cuma waktu itu saya ga tahu dia masuk rumah sakit. Saya kira dia pulang ke AS"
Dokter Xinyu sepertinya percaya. Aku hendak mengambil handuk namun ia masih memegang handuk itu dipelukannya.
" apa mas juga kenal kembarannya?"
Aku menggeleng kepala. Aku pura-pura tidak mengenal Eros
" Billy ga pernah cerita"
Jawabku.
" aku ga tahu apa yang bakal terjadi setelah ini. Tapi paling ga aku seneng aku ketemu lagi dengan mama papa aku"
Dokter Xinyu lalu pergi. Ia meletakkan handuk itu di dekat bajuku. Aku meraihnya lalu mengenakan pakaian. Aku ingin menemuinya sebagai Billy. Aku mengambil pakaian lain dari tasku lalu melepaskan kembali pakaianku
" Xinyu"
Aku memanggil namanya di depan rumahnya. Xinyu perlahan keluar. Ia hanya mengenakan handuk.
" Billy!"
Ia langsung memelukku. Hani yang tertidur tidak lama terbangun
" Ya Tuhan! Ganteng"
Wajahnya memerah malu. Xinyu menoleh dan memperkenalkan sepupunya
" itu Hani. Sepupu aku. Dia udah kayak adik aku sendiri"
Aku lalu melangkah dan ikut memeluk Hani. Wajahnya makin memerah
" Aku Billy"
" Hani…."
Bisiknya malu. Aku melepas pelukan dan kembali merangkul Xinyu. Tidak lama kedua orang tua Xinyu muncul
" Pak … Bu"
Aku hendak menyalami mereka namun Ayah Xinyu menepis tanganku
" Papa"
Bisik Xinyu.
Kami lalu berbicara serius di dalam rumah. Xinyu masih mengenakan handuk. Ia menundukkan wajah di depan ayahnya. Ayah Xinyu melihatku dengan tatapan geram
" kamu sudah buat anak saya menderita. Harta tidak masalah. Saya justru tenang tinggal di rumah gubuk ini. Tanpa beban. Tapi setiap hari, saya terlalu terngiang bagaimana nasib anak saya. Kamu udah rusak hidup anak saya!"
Bentaknya tegas
" Pa"
Lirih Xinyu
" diam kamu Xinyu!"
Hani hanya diam menyaksikan kejadian itu. Ibu Xinyu tidak kuasa menahan tangis
" saya hampir kehilangan anak saya karena urusan kamu dan kembaran kamu! Saya tidak mau anak saya menderita lagi!"
Ayah Xinyu makin kesal. Aku hanya diam dan mendengar semuanya
" Pa…"
Tidak lama air mata Xinyu menetes. Sambil menepuk lantai, Ayah Xinyu melarangku untuk bertemu lagi dengan anaknya. Xinyu lalu berlari ke belakang rumah
" Xinyu!"
Bentak Ayahnya.
" Dokter Xinyu!"
Aku memanggilnya lalu berdiri mengejarnya
" Hey!"
Bentak Ayahnya mencegahku.
" aku aja Pa"
Hani lalu berdiri berusaha mengejarku. Namun aku berhasil mengejar Xinyu dibelakang rumahnya
" Xinyu!"
Pekikku. Ia pun menoleh
" Billy!"
Ia lalu berlari dan langsung memelukku. Ia lalu menangis. Aku memeluknya erat.
" aku ga mau pisah Billy."
Bisiknya. Aku masih memeluknya. Tidak lama Hani muncul di sana. Air mataku ikut menetes. Aku tahu aku punya banyak wanita, Minju, Chaeyeon, Yunah, tapi berpisah dengan Xinyu, kurasa aku belum siap. Air mata itu jatuh ke tanah. Sesuatu terjadi. Entah bagaimana tidak lama, Taeho pun muncul.
" Dokter Xinyu"
Aku pun menoleh. Aku terkejut seperti tidak percaya dengan apa yang kulihat
" mas"
Hani berlari dan menghampiri Taeho. Aku masih bingung dengan apa yang terjadi. Xinyu makin memelukku erat. Perhatianku kembali padanya
" Dia Ayahmu, Xinyu."
Bisikku. Xinyu lalu melepas pelukannya.
" Aku ga siap kehilangan kamu"
Bisiknya. Aku pegang tangannya dan memandangnya serius
" kamu ga akan"
Jawabku. Ia pun tersenyum
" Aku pun ga sanggup melawan ayahku. Apa kita akan bertemu lagi?"
Kami pun bercumbu. Ia meneteskan air mata, lalu mencumbu bibirku mesra.
Xinyu dan Hani berdiri di depan rumah mereka. Taeho lebih dahulu masuk ke dalam mobil. Ayah dan Ibu Xinyu juga berdiri di sana. Ayahnya enggan melihat kami lagi. Termasuk dengan Taeho meskipun ia telah berterima kasih. Aku dan Xinyu sepakat untuk tidak bertemu lagi, entah sampai kapan. Aku pun berpikir mungkin lebih aman jika ia di sini bersama orang tuanya. Banyak yang mencarinya di kota.
" Makhluk apa kau?"
Bisikku kepada Taeho. Air mata peniru. Ini adalah salah satu mantera yang dikuasai bidadari untuk membangkitkan bayangan peniru. Bayangan itu dapat di sentuh dan dapat berpikir serta bertindak seperti diri kita sendiri. Ia pun juga menurut perintah kita. Ia muncul dari air mata bidadari. Aku tidak sengaja menguasai mantera itu karena cermin dan cincin itu
Aku tancap gas. Taeho berubah menjadi botol logam kecil seukuran tetes mata. Aku menyimpannya di kantungku. Aku menyusuri jalan tanah itu, untuk kembali ke jalan raya menuju tol ke Seoul
Aku termenung sepanjang ke Seoul. Apa yang terjadi di Amerika membuatku kehilangan Xinyu. Aku tidak tahu aku akan seberat ini. Aku kira aku siap menyerahkan ia kepada orang tuanya. Alasan mereka dapat diterima. Mereka hanya tidak ingin anak mereka dalam bahaya lagi. Dan aku memang membawa petaka untuk Xinyu. Kami memang tidak berpisah. Tapi kami mungkin sulit bertemu di dunia nyata lagi
" makasi ya mbak"
" sama-sama mas ganteng, eh maksudnya Billy""
Aku mengisi ulang di spbu self service (isi ulang sendiri) menuju Seoul. Aku meminta bantuan petugas SPBU dan berhasil merayu pengendara lain untuk mendapat isi ulang gratis. Aku mendapat nomor wanita muda itu dan tancap gas kembali ke tol.
Aku tiba di parkiran apartemen Chaeyeon kurang lebih sekitar pukul tujuh. Aku memarkirkan mobilnya lalu mematikan mesin. Aku menghubungi Chaeyeon dan tidak lama ia turun ke parkiran untuk menjemputku
" Billy!"
Ia tersenyum sangat senang
" Ca"
Kami pun berpelukan.
" gimana urusan dengan mbak Xinyu?"
Tanyanya
" kami udah selesai."
Chaeyeon mulanya tersenyum. Namun ia melihat raut wajahku dan ia seketika sadar sesuatu terjadi
" selesai? Maksudnya? Kalian pisah?"
Aku pun mengangguk. Secara teknis kami tidak bersama lagi.
" apa karena aku? Apa mbak Xinyu tahu?"
Aku menggeleng kepala
" bukan, ini karena kejadian di Amerika. Ayahnya ga mau dia kenapa-kenapa lagi karena aku"
Sahutku. Chaeyeon tak kuasa menahan senyumnya. Ia justru terlihat senang meski aku terlihat sedih
" terus, hubungan kamu sama mbak Minju?"
Aku hanya diam. Chaeyeon masih tersenyum. Ia juga tahu aku memiliki hubungan dengan Suster Minju. Senyumnya itu pun terhenti setelah aku terdiam cukup lama. Ia memegang kedua tanganku
" Bill?"
Bisiknya pelan. Ia menatapku murung
" maafin aku Chae"
Aku segera memegang kedua tanganku dan menggeleng kepalanya
" Aku ngerti Bill. Kita emang ga harus bersama. Tapi…. Seengaknya, aku pengen kamu untuk jadi ayah dari anak-anak aku nanti. Aku ga mau laki-laki lain"
Kami naik ke apartemen Chaeyeon. Ia ingin aku menghamilinya. Aku duduk di ruang tengahnya untuk bersantai. Ia membaringkan tubuh mungilnya di pahaku
" Sayang"
Bisiknya manja. Aku mengusap kepalanya pelan. Ia melirikku lalu tersenyum manis. Chaeyeon anak bungsu dari empat bersaudara. Ayah dan Ibunya sudah meninggal bertahun-tahun lalu. Ia mendapat mobil dan uang yang cukup banyak dari mendiang orang tuanya. Itu sebabnya meskipun hanya perawat, ia punya mobil dan apartemen cukup mewah
" aku ga pernah punya pacar. Semua orang tahu aku cewek yang cukup dingin terhadap cowok. Tapi ga waktu aku lihat kamu. Entah kenapa, prinsip ku luntur waktu lihat kamu. Apalagi setelah hari itu. Waktu kita lakuin itu di rumah sakit. Aku ga nyangka aku bakal lakuin itu dengan pasien aku, di rumah sakit"
Ia tahu aku dan Xinyu lari dari Korea dan pindah ke luar negeri. Ia sangat sedih tapi ia menutupinya. Ia lalu tahu kalau aku juga tidur dengan Suster Yunah dan Suster Minju. Ia mengaku ia menangis dan sempat berpikir kalau aku hanya menginginkan tubuhnya
" tapi aku ngerti kok. Apalagi setelah kita ketemu lagi. Seenggaknya walopun aku ga bisa jadi istri kamu, kamu bisa jadi ayah buat anak aku."
Aku berbaring bersamanya di sofa itu dan memeluknya erat dari belakang
" aku sayang kamu Billy. Jujur aku ga bisa marah, walopun aku cemburu, karena aku bener-bener terobsesi sama kamu"
Ia membalikkan badannya dan kami pun bercumbu liar di atas sofa itu. Ia membuka seluruh pakaiannya dengan nafsu. Ia menindih tubuhku dengan tubuh mungilnya lalu mulai melucuti pakaianku sambil mendesah pelan
Kami berdua bugil di atas sofa itu. Ia genggam kemaluan besarku itu dengan jemari mungilnya. Ia mengocok pelan lalu kembali mencumbu bibirku. Aku dekap dia dan membalas cumbuan liarnya. Jemarinya terus mengocok kontolku dan sesekali bermain di bagian kepalanya. Ia melepas cumbuannya dan menatapku nafsu. Aku lahap lehernya dan ia semakin mendesah
" ahhhhh yahhhhhhh"
Kami langsung ke permainan inti. Chaeyeon sudah tak sabar hendak merasakan kontolku di memek sempitnya. Ia mendongak kepalanya dan mendesah. Aku remas buah dada mungilnya dan menggenjot dari bawah. Wajahnya memerah. Kedua selangkangan kami bertepuk hebat di atas sofa. Ia mendesah kuat dan kencang
Ia menggigit bibir bawahnya. Ia memegang tanganku yang masih meremas buah dada mungilnya. Wajahnya semakin memerah. Ia lalu melolong panjang dan tiba-tiba mencapai puncak kenikmatannya. Ia memekik panjang dan kencang. Cairan orgasme itu menetes deras dari memeknya ke tubuh hingga membasahi sofa. Ia hanya bertahan tidak sampai semenit
Aku mencabut kontolku. Cairan orgasme menyembur dari memeknya. Ia terus mendesah panjang. Ia menungging seolah memohon agar aku menggagahinya dari belakang. Aku berlutut di belakangnya lalu mulai menggagahinya dari belakang
Ia terus mendesah panjang. Wajahnya masih memerah. Keringatnya bercucuran. Ia tersenyum lebar sambil mendesah panjang. Ia menaruh kepalanya di sofa karena lemas. Aku remas pingguknya dan terus menghujam-hujam kontolku dari belakang dengan kasar
Ia kini menengkurapkan tubuhnya lemas di atas sofa. Ia hampir mencapai orgasme kedua. Ia terus mendesah lemas. Aku menindihnya dari belakang dan menggenjotnya makin keras. Aku remas buah dadanya dari belakang dan terus menepuk keras pinggul dan memeknya
" Bill…pelan-pelan sayang….."
Ia memohon aku memelankan permainanku namun aku terlalu nafsu. Penisku bahkan membesar lebih besar dari biasanya. Memek itu semakin terasa sempit. Chaeyeon bahkan tidak sanggup memeremas sofa lagi. Aku tindih ia dari belakang meremas kasar toket dan putingnya, mempercepat genjotan kontolku hingga tak sadar ia mencapai orgasmenya yang kedua. Aku tanamkan kontolku sedalam mungkin dan akhirnya ejakulasi di dalam memeknya.
Aku menanamkan benihku sebanyak mungkin di dalam memeknya. Chaeyeon kehilangan kesadarannya. Ia pingsan karena terlalu lelah. Aku menggendongnya dan kami berpindah ke kamarnya. Ia lalu sadar namun ia sangat lemas
" Bill…. Aku ga kuat….."
Aku tahan kedua tangannya dan ia hanya pasrah. Ia menutup kedua matanya dan pasrah membiarkan aku memuaskan nafsuku
Aku terbangun pagi itu. Chaeyeon masih tertidur di atas kasur. Kasur itu sangat lengket karena orgasme bercampur spermaku malam itu. Aku memegang keningnya. Tubuh Chaeyeon sangat panas. Ia sampai demam karena adegan ranjang kami malam itu.
Aku ke kamar mandi dan mulai mencuci tubuhku. Aku berganti pakaian lalu memindahkan Chaeyeon yang masih lemas ke sofa yang baru saja aku bersihkan. Aku mengganti seprai kasur serta selimut, lalu membantu membersihkan tubuh Chaeyeon yang lengket. Ia bahkan sulit berdiri, ia menatapku lemas
" maaf ya Bill, sampe ngerepotin"
Aku hanya tersenyum dan tertawa pelan. Ia ikut tertawa. Aku membaringkan tubuhnya di atas kasur dan ia kembali tertidur.
Aku berbaring di atas sofa. Aku pejamkan mata dan tidak lama, aku terbangun di telaga mimpi. Chaeyeon terbaring tidur di sana. Xinyu tidak ada di sana jadi ia mungkin terbangun. Aku juga tidak melihat Minju. Aku ingin bertemu Minju hari itu. Aku pejamkan mataku dan tadinya aku ingin tidur
Aku tidak sengaja membayangkan Minju. Urusanku dengan Xinyu dan Chaeyeon sudah selesai. Kini hanya ia wanita dipikiranku. Aku mendengar sesuatu dan tidak lama
" Billy?"
Aku mendengar suaranya memanggilku. Saat aku buka mataku tiba-tiba aku terbangun di sofa ruang tengah rumah Minju