Dengan rasa sakit yang sangat sakit,Ze berusaha untuk tetap sadar paling tidak sampai ia mendapat bantuan.
Brugg~
⏳
Ruangan dengan dominasi cat putih menyambutnya, tidak kaget. Dia menang seharusnya ada di sini.wait? Apa ia sudah kembali kedunianya. Ya Ze berharap seperti itu. Ze melihat seorang dokter yang sedang menanganinya
"Sudah sadar? Bagaimana? Apa ada yang sakit?"Tanya dokter
Ze menggeleng pelan sebagai jawaban,rasanya tiba-tiba tidak memiliki tenaga
"Kamu kan tahu,kamu cuman punya 1 ginjal. Kenapa gak makan dengan teratur kenapa gak jaga kesehatan dengan baik?" Ujar sanga dokter
"Wh-what? 1 ginjal. Damn, kejutan apa lagi ini. Tadi kakak pertamanya dan sekarang apa? Ternyata ia belum kembali ke dunianya,ternyata hidup lexa tidak semulus dari deskripsi di novel"Gumam Ze dalam hati
"Iya,maaf dok." hanya itu yang bisa Ze ucapkan
Dokter ber nametag kevin itu mengangguk
Setelah dokter keluar,datanglah 3 abangnya dan kedua orangtuanya,seperti biasa anak sulung tidak ada.
"Sayang,kamu kenapa bisa sampai kayak gini hmm"Tanya Momy khawatir
"Bilang sama kita,siapa yang berani buat kayak gini sama kamu" Ucap Dady
"Ada yang sakit gak? Mana? Dimana?"Tanya Gerald
"Ruangannya nyaman gak,biar nanti Dady fasilitasi lagi"
"Haus gak, nih mau mi-"
"silent pleasee! I'm so tired all" Ucap Ze yang akhirnya menghentikan banyaknya pertanyaan
"Ok, we're so sorry" Ucap Mommy sambil mengelus kepala Lexa
Ze menghela napas lemas "Its ok"
"Coba jelasin sama Dady,kenapa bisa sampai masuk rumah sakit kayak gini hmm?" Tanya Dady
"Kecapek'an doang Dad. Bukannya tadi dokter udah bilang" jawab Ze seadanya
"Dady denger tadi ada masalah di sekolah,kamu bisa sampai masuk sini gara-gara anak itu?" Ujar Dady
Ze menggeleng "Enggak,aku cuman kecapek'an doang. Trust me"
"Pleasee dear. Don't lie" Ucap Gerald dengan raut khawatir
"I'm serious" jawab Ze
"Kamu capek ke sekolah terus hmm? Kalo itu bisa buat kamu sampai masuk rumah sakit, kamu home schooling aja biar lebih aman"Ucap Dady
What?
"No. I'm enjoy with my school and i like it , come on i'm fine. Just tired no more"Tolak Ze mentah-mentah
"Kalo sampai satu kali lagi Dady liat kamu kayak gini,terpaksa kamu harus home schooling" Tegas Dady
Ze menghela napas "Kapan aku bisa pulang"
"Besok" ucap Lexi
"Gak sekarang aja?"Tanya Ze
"tidak ada bantahan sayang"Jawab Gerry
"Ok"
⏳
Finally setelah satu malam di tempat membosankan itu akhirnya Ze bisa kembali ke rumah. Jangan lupakan kakak-kakaknya yang lebih overprotective terhadapnya. Padahal kemarinpun sudah posesif bagaimana ini lebih over lagi
"Loh,Kak udah pulang? Kenapa gak nyusulin ke rumah sakit?"
Ze menghentikan langkahnya,tepat setelah Mommy bilang seperti itu. Ya, itu dia. Anak pertama dari keluarga ini yang kemarin berbicara ketus kepadanya. Padahal Ze tidak tahu ia salah apa
"Iya,baru datang. Gak sempet susulin" Jawab Gavin yang terlihat santai sambil memasukkan tangan ke dalam saku celana, yang di angguki oleh Momy
"Sayang kamu mau ke kamar atau gimana?" Tanya Dady kepada Ze
Ze mengangguk sebagai jawaban
"Yaudah biar kak Gerald anterin yah" Ujar Gerald
Akhirnya iapun di antar oleh kakak keduanya,ok ralat sepertinya tidak karena ada kakak ketiga dan keempat yang mengekor di belakang, Ze sama sekali tidak menghiraukan sosok Gavin yang terlihat oleh sudut matanya sedang menatapnya.
Come on ini bukan Lexa si ceria itu,yang akan dengan senang hati bercengkrama ria dengan orang yang berkata ketus layaknya tidak menyukainya,dan tidak menolongnya.
"Sampai sini aja gakpapa kan kak? Aku pengen istirahat sendiri"Ucap Ze tepat di depan pintu kamar Lexa
Terlihat tatapan heran sebelum 3 kakaknya kembali menyesuaikan raut wajahnya.
"Its ok,kalo gitu langsung istirahat yah jangan main handphone ok"Ucap Gerry sambil mengelus kepala Lexa
Akhirnya merekapun pergi setelah masing-masing memberikan sebuah kecupan di dahi Lexa.
"Kalian ngerasa ada yang aneh gak sih?"Tanya Lexi saat mereka menuruni tangga
"Like what?"Tanya Gerry
"Adek kayak bukan adek. Sifatnya keliatan beda banget"Ucap Lexi
"Huum,kirain Kakak doang yang ngerasa kayak gitu"Ucap Gerry
"Maybe,dia lagi sering gak mood aja. Stay positive think bro"Ucap Gerald
"Ya,i hope so"
⏳
Ze melihat seisi kamarnya yang belum sempat ia lihat secara detail,bahkan Ze baru menyadari bahwa isi dari kamar ini berwarna dominan pink, oh...sangat berkebalikan dengannya
Ze mendudukan diri di kursi yang ia yakini bahwa itu tempat untuk belajar,ia melihat beberapa barang yang ada disana,sampai akhirnya Ze penasaran dengan salah satu buku dengan cover yang sangat menarik
"touch my book,you die"
Itulah tulisan yang tertera di atas cover
Ze mulai membukanya,dan sepertinya foto Lexa saat kecil menjadi penyambut saat Ze membukanya.
{Diary content}
19 november 2020
"untuk kesekian kali. Gue di maki lagi sama bang Gavin. Its ok, not big deal but my heart hurts so much. Like, apa gue seburuk itu dimata bang Gavin."
"malam itu,gue lagi kerja kelompok di rumah Meira,sebelumnya udah di ingetin berapakali sama bang Gavin kalo gue gak boleh pulang lebih dari jam 06 sore, gue meng-iyakan apa yang bang Gavin mau, tapi tiba-tiba gak bisa sesuai rencana karena pas di lihat lagi file tugas kita ilang dan harus ulang dari awal,dan posisinya deadline nya besok, mau gak mau gue juga harus ulang dari awal karena gak bisa biarin Mei ngerjain sendirian meskipun Mei udah mengijinkan kalo gue pulang duluan,katanya takut nanti keluarga gue marah. Tapi tetep aja gue ngerasa gak enak kalo harus pulang dan ninggalin kerjaan. Gak kerasa udah jam sembilan malem dan tugas kita baru selesai di jam itu, Waktu itu gue langsung buru-buru telpon supir gue buat minta jemput karena posisinya udah malem banget"
"Gue nunggu di depan rumah Mei,waktu itu gue khawatir banget karena pasti semua orang di rumah bakal marah,tapi gue juga gak tahu gue harus kayak gimana. Sialnya supir gak bisa dateng karena tiba-tiba anaknya masuk ruang sakit,gue udah lemes banget waktu itu mana udah malem banget. Mau nginep malah bikin masalah makin runyam karena udah jelas banget gue gak bakal di ijinin, gue berniat buat nyari taxi dan posisinya gue harus nyebrang dulu biar lebih mudah nyari taxinya, gak pernah sekalipun terpikirkan dalam hidup gue kalo gue bakal ada di posisi ini.
"Terduduk di pinggir jalan dengan bang Gavin yang udah berlumur darah tepat di depan gue,ya. Dia nyelamatin gue dari sebuah mobil truk, orang-orang mulai ngerubunin gue sama bang Gavin. Gue coba buat manggil bang Gavin tapi gak bisa, suara gue gak keluar gue cuman bisa nangis tanpa suara sampai akhirnya gue benar-benar kehilangan kesadaran."
"Butuh satu hari satu malam,buat gue bisa sadar.dan kabar buruk gue denger"
"anak ibu mengalami kerusakan di salah satu ginjalnya karena benturan yang sangat hebat,beberapa tulang tangannya patah dan ada sedikit keretakan di tulang lehernya."
Itu adalah kalimat tersakit yang pernah gue dengar,perasaan bersalah langsung mendominasi gue
Lexa sialan.
Lexa ceroboh.
Lexa biang masalah.
Lexa gak guna.
Lexa bodoh
"Cuman umpatan-umpatan yang bisa gue layangin buat diri gue sendiri"
"Sampai akhirnya gue memutuskan buat donorin salah satu ginjal gue,yang bersyukurnya cocok buat Bang Gavin. Tanpa sepengetahuan orang lain,of course karena kalo gue minta ijin dulu gue gak bakal pernah di ijinin buat lakuin itu sampai kapanpun.Bodo amat dengan gue yang harus hidup dengan satu ginjal,yang terpenting sekarang adalah Bang Gavin. Ada rasa bersyukur ketika orangtua gue dan 3 kakak gue yang lainnya gak pernah menyalahkan gue dalam insiden ini,mereka tetap diam dan memperhatikan gue seperti biasanya bahkan ke-possesive'an mereka masih tetap ada."
"Bang gavin butuh satu tahun sampai akhirnya bisa sehat seperti biasanya,tapi setelah melewati satu tahun itu, Bang Gavin gak pernah bersikap baik lagi sama gue. I know ini semua emang salah gue, dan gue pantes kok buat di perlakukan kayak gitu sama bang Gavin. But seriously, i miss him. "
"Gue udah gak tahu lagi seberapa besar rindu gue sama dia, dulu Bang Gavin orang pertama yang selalu khawatir sama gue,dulu Bang orang pertama yang cerewet sama gue dan care sama gue. Tapi sekarang semua itu udah hilang, di ganti sama sosok Gavin yang ketus,dingin dan kasar.Satu satunya hal yang bisa gue lakuin cuman bisa terus deketin dia sampai dia bisa luluh dan maafin gue."
Ze menghela napas setelah selesai membaca bagian akhir dari diary book milik Lexa,ternyata seseorang yang ia masuki ini tidak selemah yang ia pikirkan.
"Oh,damn. Sekarang apa yang harus gue lakuin."gerutu Ze Frustrasi