Ze cukup heran karena tubuh yang ia masuki sekarang tidak memiliki teman,ya...kecuali laki-laki jangkung tadi
I mean,paling tidak ada satu orang yang menjadi teman tubuh yang ia masuki seperti saat ia memasuki tubuh Lexa misalnya.
Tapi sepertinya sekarang tidak,karena tidak ada satu orangpun yang menyapanya saat di kelas,damn terus sekarang Ze harus bagaimana?kepada siapa Ze harus bertanya tentang laki-laki jangkung yang oh..shit, Ze baru sadar!
Apakah tadi ia tidur di rumah milik tubuh yang ia masuki? Jika benar kenapa laki-laki itu bisa masuk dengan seenaknya ke dalam kamar di pagi-pagi buta. Ah..,ya sepertinya Ze melupakan fakta itu
Seberarti apa laki-laki itu di hidup seseorang yang sedang ia masuki sekarang?
⏳
Bel istirahat berbunyi, Ze berniat berdiam diri saja di kelas untuk beberapa alasan.
Tapi tidak lama setelah semua teman sekelasnya berhamburan keluar,terlihat laki-laki jangkung yang tadi pagi ia temui memasuki kelas miliknya
"Kok bengong sih? Kenapa hmm?" Tanya Dikta
"Gak papa"jawab Ze seadanya
"Nih,aku bawain satu porsi nasi goreng sama minumnya juga,makan yah. Tadi pagi kamu cuman sarapan selembar roti doang kan" Ujar Dikta
Ze menatap makanan di depannya,kemudian menatap laki-laki itu "Ok, thanks"
"Itu doang" ucap Dikta
"Terus?"tanya Ze dengan wajah malas
Laki-laki jangkung itu menunjuk pipinya
"Gila,kacau. Ni cowok maksudnya ngodein gue buat cium pipinya gitu" gerutu Ze dalam hati
"Apaan gitu-gitu? Pipi lo gatel?" Ketus Ze
"Aku kamu Clayy" geram Dikta
"Ganti aja bisa gak sih, Aku-kamu gaenak banget. Kan kalo lo-gue kayak lebih akrab gitu" Dalih Ze.
Tapi demi apapun entah kenapa rasanya Ze tidak bisa semudah itu memanggil orang dengan Aku-Kamu
"Tapi itu kasar Clayy" Ujar Dikta
"Kata siapa? Gue sama temen gue manggilnya Lo-gue kok. Lo juga temen gue kan? Sama aja dong" Ucap Ze santai setelah itu memasukan sesendok nasi ke dalam mulut
"Kamu punya temen selain aku?"tanya Dikta sambil menaikkan sebelah halisnya
Ze membuang mukanya sesaat sebelum akhirnya tersenyum tipis "i--iya punya. Tapi virtual"
"Kok aku gak tau? Kok kamu gak ngasih tahu" tanya Dikta dengan nada tidak enak
"Lah emangnya harus? Lo siapa anjirr? Bokap gue?" Umpat Ze
Terdengar desisan tertahan dari Dikta"Clayy kayaknya emang ada yang gak beres dari kamu"
"Enggak kok, gue sehat" jawan Ze santai
"Kamu kayak bukan Clayy yang aku kenal"Ucap Dikta
"Ya emang bukan bodoh" Maki Ze dalam hati
"Hmm...iya, Clayy versi baru. Entar kalo udah waktunya juga bakal balik lagi ke setelan pabrik" Ucap Ze santai
"Tuhkan, ke dokter yuk. Takutnya ada yang salah sama kamu" Tutur Dikta
"Gue bilang gue gak papa, jangan ribet deh taa" Kesal Ze
Terlihat laki-laki jangkung itu menghela napas panjang kemudian mengangguk tipis
Melihat respon sebelumnya sepertinya laki-laki itu memang Dikta, karena panggilan terakhir darinya tidak di sangkal oleh laki-laki itu
Rasanya Ze ingin cepat pulang saja. Dan semoga Ze dapat petunjuk paling tidak buku diary seperti saat Ze memasuki tubuh Lexa
Demi apapun Ze benar-benar tidak mengerti bagaimana ia bisa kembali terseret kedalam hal tidak masuk akal seperti ini. Menjadi Lexa seperti kemarin saja rasanya sangat berat. Dan apa sekarang? Apalagi hal yang akan Ze lewati di kehidupan milik Clay
⏳
Akhirnya Ze bisa merebahkan dirinya di kasur. Bersekolah di sekolah baru dan orang-orang baru terutama Dikta yang setiap saat mengikutinya. Sungguh melelahkan. Tapi ada yang lebih menguras tenaga yaitu....Ze belum mengerti bagaimana alur kehidupan Clay
Ze juga belum menemukan problem yang signifikan untuk ia selesaikan. Ze cukup mengerti dan belajar dari kejadian kemarin bahwa Ze harus bisa menyelesaikan masalah yang ada agar ia bisa kembali ke dunia miliknya sendiri... Entah apa yang akan terjadi jika ia tidak bisa menyelesaikan masalahnya. Mungkin menetap untuk selamanya.
Ze berhanjak untuk segera membersihkan badan.
•••
Setelah selesai mandi Ze langsung duduk di kursi belajar dan mulai memperhatikan beberapa benda yang ada di atas meja.
Semoga ia bisa menemukan petunjuk!
15 menit--
20 menit--
1 jam--
Nihil. Ze tidak menemukan apapun
"Dari pada pusing mending makan dulu"
Ze sedikit mengernyit saat merasa rumah yang ia tinggali sekarang sangat kosong. I mean, ini berbeda jauh ketika ia sedang memasuki jiwa Lexa. Keadaan rumah terasa lebih hangat tapi ini justru malah sebaliknya
"Ini yang gue masukin udah gak punya orangtua apa gimana sih?" Gerutu Ze
Ze sedikit mendengus mengingat ia baru membaca beberapa lembar saja. Jadi ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi
"Apa gue tanya Dikta aja yah?"
"Ya, karena cuman dia yang gue tahu"
Akhirnya setelah ia menyelesaikan acara makannya ia berniat mencari handphone milik Clay, tentu saja untuk menghubungi Dikta dan menemui laki-laki itu
Iktaa✨
Ze mengernyit jijik saat melihat nama Dikta di ponsel milik Clay, ah...bukan apa-apa Ze tidak pernah ada di posisi itu dan Ze rasa itu sangat cringe.
Iktaa✨
Bisa ketemu?|
Sekarang juga|
Ok ,aku ke rumah kamu sekarang
"Secepat itu?"
Ze hanya mengendikkan bahunya tidak perduli
⏳
Ze mengangkat kepalanya yang sedang bermain handphone kearah pintu yang di buka seseorang
"Haii.."Sapa Dikta yang hanya di angguki tipis oleh Ze
Terlihat ekspresi sedih dari Dikta,biasanya Clayy akan memeluknya jika bertemu tapi sekarang tidak ada
Dikta berusaha untuk terlihat biasa saja"Kenapa hmm?" tanya Dikta
"Gue pengen nanya,tapi lo--" ucapan Ze terpotong
"Aku kamu" potong Dikta
"Di bilang gak bisa kenapa sih,maksa banget" Kesal Ze
"Ok ok calm down" Dikta berusaha menenangkan
"Tapi lo jangan kaget,dan jangan banyak balik tanya cukup jawab apa yang gue tanya" Tutur Ze
"Ok"
"Kalo sampai lo banyak tanya, gue gak mau ketemu lo lagi" Tegas Ze
"Gak bisa gitu dong ayy" Protes Dikta tidak terima
"Yaudah tinggal jawab aja ok"ucap Ze
Dikta mengangguk"Ok"
"Lo siapa? Hmm,i mean kita punya hubungan apa?" Ze mulai bertanya
Halis Dikta bertemu karena mengernyit "What?"
"Jawab Diktaa" Hardik Ze
"Hmm...aku,aku Dikta pradifta, anak dari bagas pradifta dan Rosie pradifta. Rumah aku tepat di sebelah kamu, umur aku 18 tahun. Dan aku...aku sahabat kamu kita udah kenal dari umur 5 tahun"jawab Dikta
Ze mengangguk paham "Dan gue?"
"Hah?"
"Ya gue, apa yang lo tau tentang gue" tanya Ze
"Semuanya"jawab Dikta
Ze mendengus gemas "Yaudah beberin"
"Ayy kamu--"
"Sekali lagi nanya gue gak mau ketemu lo lagi"potong Ze datar
"O--ok, listen carefully. Kamu Clay Jefferson anak dari abrisan jefferson dan angelina jefferson. Kamu anak tunggal,kamu kenal aku dari umur 5 tahun, cengeng,manja,gemesin and...." Dikta menghentikan ucapannya
"And?" Ze mengulang kata yang terhenti
"Strong" ucap Dikta sambil tersenyum tipis
Diktaa tiba-tiba mengacak rambut Clayy "you are so strong dear "
Ze dengan refleks memberikan ekspresi ingin muntah,yang justru mendapat tatapan tajam dari Diktaa
"Itu doang?" Tanya Ze lagi
"Hmm...ya, ah dan orang tua kamu. Mereka workaholic"tutur Dikta
"Udah,aku udah jawab semuanya. So sekarang boleh aku yang bertanya" tanya Dikta
"Inget ucapan gue sebelumnya gak?" Tegas Ze
Dikta terlihat mendengus "Yaudah"
Ze mengangguk ngangguk mengerti "Oh,workaholic. Ok, apakah ini yang harus Ze selesaikan?" tanya Ze kepada dirinya sendiri