Chereads / LOVELY GIFT [MileApo Fanfiction] / Chapter 5 - BAB 5: AKU MINTA MAAF

Chapter 5 - BAB 5: AKU MINTA MAAF

Sampai di depan apartemen Mile, keadaan masih tak berubah. Dia maupun Apo sama-sama saling mendiamkan. Tak ada yang turun dari sana sampai Mile menghela napas panjang.

Dia mengalah dan memutari mobil. Dia membukakan pintunya dari luar dan mengulurkan tangan.

"Aku minta maaf, Apo. Aku minta maaf soal seharian ini, ya?" pintanya.

Apo memandangi tangan itu dan menatap Mile tajam. "Kenapa tidak pakai bentakan lagi, Hia?" protesnya kesal.

Mile tak mau menunggu. Dia pun mengcup punggung tangan Apo kali ini. "Aku ingin benar-benar memperbaiki yang tadi," katanya. "Apa itu masih kurang?"

Raut wajah Apo tidak sekeras sebelumnya, tapi dia tetap tidak ingin bicara sedikit pun.

Mile pun memelankan suaranya. "Oke, fine. Hia salah. Sangat salah karena membuat kamu menunggu dan akhirnya tidak bisa menepati janji. Tapi, jujur ... kejadian hari ini benar-benar tidak bisa dihindari, trust me."

Apo membuang pandangannya dan menatap kaca depan. "Yeah. As you tell and I don't care."

"Kasih kesempatan aku sekali lagi, Nong. Please ...." Suara Mile bahkan bergoyang di akhir.

Apo masih saja diam. Mereka terus seperti itu, sampai kemudian dia menangkup wajah dan menunduk. Menyembunyikan tangis yang mendadak pecah tapi berusaha ditahan sekuat tenaga.

"Ini anniversary kita yang ke-3, Hia," kata Apo. "Belajar dari kesalahan tahun-tahun lalu, kupikir Hia akan berubah. Tapi, ternyata aku hanya berharap. Astaga ... aku benar-benar memalukan. Ha ha ha."

Tawa dan tangis.

Kalau sudah begitu, Mile tak tahu lagi harus apa, kecuali ikut masuk, mendesak sedikit dan merengkuh sang kekasih ke pelukannya.

"Aku benci berpikir tentang perpisahan. Karena Hia dan aku sudah terbiasa satu sama lain. Sejak dulu, selalu seperti ini. Tapi ... tapi ...."

"Sssssh ... iya. Lepaskan saja semua," kata Mile sembari menepuk punggung Apo. "Sekarang aku ada di sini."

Apo pun menangis sepuas hatinya. Ibarat gunung yang sudah siaga empat sejak lama. Kali ini Apo tak mampu menahan semua kerikil itu di dalam dadanya.

"Hks ... hks ... Aku tidak meminta banyak. I just wanna something special di antara kita. Meskipun itu Cuma sekali dua kali," kata Apo parau. "Aku tahu jadi dosen itu tidak mudah. Selalu sibuk, bahkan saat hari libur. Dikejar-kejar mahasiswa. Ada tugas dadakan ... apalah ... lalu kita mulai jarang bertemu-hks, tapi sakit sekali berusaha dewasa. Aku tidak bisa jika terus menerus seperti ini ...."

"Aku minta maaf karena mulai susah memberikan waktu ke kamu. Tidak seperti dulu, okay?"

"Trust me. Aku bener-bener benci saat Hia bilang begitu," kata Apo. "Aku kan seharusnya bisa toleransi karena itu jadi tugas-"

"Ok, stop. Jangan dilanjutkan lagi. Kita lupakan sebentar masalah ini, oke?" kata Mile.

"Tidak bisa ...." kata Apo. "Lagian jangan menghibur aku begitu. Aku bukan gadis tahu."

Mile justru mendengus pelan. "Iya ... Iya ... siapa juga yang bilang kamu gadis, hm? Tidak ada."

"Tapi jangan peluk-peluk begini juga, kan-"

"Jadi dilarang, ya?" sela Mile. "Tapi kan dengan pacarku sendiri..." lanjutnya. Membuat Apo bungkam dan memejamkan mata. Untuk sejenak mencoba kembali menghirup aroma sang kekasih.

Malam. Di apartemen Mile. Akhirnya Apo mau melangkah juga ke dalamnya. Mata remaja 17 tahun itu masih sembab saat menatap langit malam melalui balkon kamar. Karena jam sudah menunjukkan pukul 10, hanya ada bulan sabit yang hampir tertutup mendung. Minus bintang.

"Nong ," panggil Mile dari belakang. Pria 25 tahun itu membawa dua cangkir kopi di tangan. "Ini, white coffe."

Apo menoleh. "Thanks."

Mile mendekat. Dia berdiri di sisi sang kekasih yang sepertinya belum ingin bicara lebih.

"Soal ponsel maaf, ya," kata Mile. Sambil memperhatikan cara Apo meniupi kepulan kopi di cangkirnya. "Lain kali kuusahakan tidak tertinggal lagi."

"Aku justru keliru sudah salah paham soal tadi," kata Apo dengan nada merajuk. Gemas, Mile pun melingkarkan lengan di pinggangnya. "Iya. Dimaafkan."

Kaget. Apo memekik pelan. "Ah! Panas!" serunya. Refleks menjauhkan tepi cangkir dari bibirnya.

Mile kini menyandarkan kepala di bahunya. "Happy Sweetversarry, Nong," katanya tiba-tiba. Lalu menciumi pipi Apo. "Dan terima kasih sudah bertahan denganku sampai sekarang."

"Hia ini kenapa?" kata Apo pura-pura heran.

"Sudah menurut saja," kata Mile. Sambil tersenyum tipis. "Di hari anniversary, aku boleh kan ... lebih manja daripada biasanya."

Apo memutar mata. "Hia seperti bukan dosen saja."

"Biar," kata Mile. "Di kampus aku boleh seorang dosen. Tapi, saat bersama Cattawin-ku, aku ingin menjadi apa pun semauku."

"Cih, berlebihan."

"Tapi senang kan?" tukas Mile.

Apo justru diam. Minum khidmad dan memandangi air mancur yang berpendarkan cahaya lampu jalan di bawah sana.

Tak berselang lama, dia pun balas mengucapkannya. "Happy, Sweetversarry juga, Hia," katanya pelan.

"Hm ...."

"Dan soal sabar, harusnya tadi kata-kataku," kata Apo. "Soalnya selama ini aku yang sering bertingkah kekanakan."

"Iya, tak masalah. Bagaimana pun kau lebih muda dariku."

"Hia hebat karena betah denganku sampai sebesar ini," kata Apo.

"Iya ... terus?"

Mendadak Apo mendengus. "CK! HIA INI SERIUS TIDAK SIH?!" tanyanya sebal.

Mile justru tersenyum lebar. "Serius, tentu saja. Lagipula kita sedekat ini."

"Huffft ...."

Mile pun menoleh dan menatap kedua mata Apo. "Marah lagi, hm?"

"Tidak sama sekali," kata Apo. Lalu mengalihkan pandangan.

"Jangan dilanjutkan, oke? Ini kan hari spesial," kata Mile.

"Ck. Siapa juga sih yang marah?" kata Apo jengkel. Dia balas menatap Mile tajam kali ini.

Cup!

Namun, detik berikutnya tatapan itu berubah kosong. Mile pun tersenyum menyeringai melihat jenis ekspresi itu. "Seperti baru pertama kali kucium," kekehnya gemas. "Mau hadiah apa, hm?"

Apo melengos dan pura-pura abai.

"Tidak perlu. Lagipula sudah selarut ini."

"Yakin?"

"Iya. Toh sebenarnya hadiahku sudah terjadi.'

"Heh? Apa?" bingung Mile.

"Kan sudah kubilang ...." Suara Apo mendadak pelan. "Aku hanya ingin kita bertemu hari ini."

DEG!!

"Hm ... baik sekali sih Cattawin-ku ini," puji Mile tak tahan lagi. Apo hampir menjatuhkan cangkirnya karena itu.

"T-Tangan Hia-" protes Apo refleks. Dia terpejam sesaat merasakan sesuatu mulai masuk ke dalam kausnya dari bawah sana.

Merambat ke atas.

Meraba dada dan ruasnya yang mulai diketuk-ketuk debaran dari dalam.

DEG-DEG-DEG

"Nong  ...." bisik Mile.

"A-Apa?" Apo pun segera meletakkan cangkirnya. "Tunggu, jangan buka resleting celanaku!"

Prakh!

Sangking paniknya, cangkir keramik itu pun pecah di lantai. Apo nyaris saja terkena pecahannya bila tak digendong ala koala Mile di saat yang tepat.

"Diam saja ... ha ha. Karena kau akan menyukai hal ini." Lumatan lembut di bibir membuat Apo tercenung. "Seperti baru pertama kali saja tidur denganku."