Chapter 7 - TKC 1

"Ini adalah FF-game, yang artinya MC masuk ke dalam game untuk menyelesaikan cerita."

[The King's Choice]

-Pilihan sang raja-

[SISTEM: Tuan Nattarylie, Anda memilih pakaian apa untuk dikenakan besok pagi? Yang putih dan elegan, atau hitam yang seperti ksatria? Kalau boleh memaparkan, putih akan menonjolkan aura Anda, Tuan. Sangat cerah! Raja Mile pasti suka melihat pesona Anda. Nah, kalau hitam? Itu akan menunjukkan bahwa Anda antusias mengikuti kegiatan berkuda hari ini. Jadi, silahkan pencet tombolnya. Saya akan menyiapkan sepatu sekarang!]

A. Baju Putih

B. Baju Hitam

[Tring! Tring! Dalam proses me-loading item berikutnya!]

[Mohon ditunggu 30 detik!]

Baru saja Apo bangun dari tidur, lelaki itu sudah didatangi layar melayang di hadapannya. Apo pun berkedip-kedip demi memperjelas pandangan. Dia mengucek mata, tetapi rasanya pening. Apo bingung melihat perabotan di sekitar tak seperti gubuknya yang reyot. Ceceran sampah bekas fast-food, oloran kabel, kipas angin berhias sarang laba-laba, apalagi ponselnya yang ber-casing pudar ... semuanya raib, malahan berganti kamar super megah ala bangsawan nan konglomerat. Apo heran penampakan ini lebih seperti dunia dalam game roleplay, karena kalau pun nyata takkan ada layar melayang seajaib itu. Sejenak dia berusaha mengingat apa yang sudah terjadi, tapi dia keburu terkejut melihat pantulan di dalam cermin.

"ARRRGHHHHH! WOE! ANJIR! SIAPA ITU?!" tunjuk Apo dengan ekspresi amat syok.

Apo pun meraba wajahnya sendiri. Dia yang memakai piama sutra langsung lari ngibrit mendekati cermin setinggi badan tersebut. Napasnya sampai mengembun di sana. Apo mundur-mundur lagi dan jatuh terduduk sangking tidak percayanya.

"APA-APAAN?! GILA YA?! KOK BALIK BEGINI LAGI?! KEMANA KUMIS SEKSIKU?! JENGGOTKU?! K-KULITKU ... INI SEBENARNYA KENAPA?!"

Apo merangkak lagi menuju cermin demi memastikan.

Sebelum ini dia adalah lelaki 42 tahun yang berkulit cokelat, berkumis lebat, berjenggot tipis, berjerawat dengan bekas bopeng yang digaruk, berperut buncit, belum lagi bayang-bayang mata akibat kebanyakan begadang. Main game adalah jalan ninja Apo. Lelaki itu hanya bisa melepaskan stress lewat ponsel android berumur 3 tahun dan harusnya minta diganti. Selepas bekerja dalam pabrik roti kesibukannya adalah mandi dan rebahan. Persetan besok rodi lagi tak masalah asal orang kecil sepertinya dapat kebahagiaan kecil.

Setiap gaji datang, Apo akan top-up game, meskipun hanya makan nasi bungkus. Apo tidak bisa melepaskan diri dari ponsel karena tidak punya hiburan yang lain. Dia ingat sebelum ini terjadi, sedang berkelahi dengan sekelompok penjarah mabuk. Demi mengamankan uang bulanan milik sang ibu dia pun dikeroyok sekitar 5 orang lebih. Mereka saling pukul dan menyeret ke jalan raya yang lengang. Entah apa yang terjadi, seingat Apo dia berakhir dilemparkan ke sungai bawah jembatan gantung.

"Ha ha ha ha ha!"

"Dia pasti mati di bawah sana!"

"Benar!"

"Ayo pergi!"

"Ayo! Sebelum polisi datang dan melihat semuanya!"

"Ayo!"

"Ayo!"

"Ayo!"

Apo dengar percakapan terakhir mereka sebelum menjauh. Dia sesak napas dengan pandangan memburam perlahan-lahan. Udara dalam kantung paru-parunya menipis. Apo sempat berusaha naik air, tapi dia tak bisa berenang.

Ah, sumpah ... ini konyol, tapi mungkinkah dia masuk ke game? Ini sih genre anak gadis ya--karena mengandung unsur percintaan raja-raja. Apo sendiri heran kenapa tidak ke medan Mobile Legend saja, dengan begitu dia akan main tembak pistol. Game ala sultan dan sultanah ini memang dia install sebelum pulang dari kerja, judulnya "The King's Choice" akibat ditanya oleh sang sahabat: Phi Aye.

"Apo, Apo ... kulihat pas istirahat kerja kau sering main game, ya? Wah ... jago, dong?" tanya Aye di sela-sela pekerjaan pabrik.

"Ah, tidak seperti itu juga, Phi Aye. Aku pun sering kalah kalau lagi mabar online. Ha ha ha. Cuma kadang juga menang. Tidak buruk-buruk amat lah pokoknya. Masih oke," jawab Apo sambil mengangkati kardus-kardus telur. Dia dan Aye bekerja sama dalam memindah dan meletakkan. Pabrik roti memang begini sibuk setiap harinya. Ada truck-truck yang mengantar tepung. Ada lagi yang mengantar selai, dan masih banyak lainnya.

"Nahhh! Berarti kalau mengajari aku main game roleplay bisa, dong?"

"Eh? Game apa tuh?"

Aye mempercepat langkah demi menyejajari dirinya. "Itu loh, Poooo ... yang ada tuan puteri puluhan dan raja-nya. Di iklan tuh biasanya penuh musik--tring! Tring! Tring! Tring! Dilengkapi metode perjuangan berbagai level agar jadi istri raja. Seru deh kelihatannya! Sudah install! Tapi entah kenapa aku tidak bisa. Susah, Apo ... nanti ajari yaaaa ... biar aku diterima log-in."

Melihat kesungguhan Aye, Apo pun sulit menolak permintaan sang sahabat. Dia mengiyakan asal pekerjaan kelar dulu. Lelaki itu kemudian duduk di warung peyot bersama Aye agar makan sambil bercengkerama. Mereka menyendok nasi penuh lauk, sesekali berceloteh ini-itu yang terkait dengan game. Demi memberi contoh Apo pun ikut meng-install perangkat "The King's Choice" juga. Dia lupa tidak me-log-out game tersebut sebelum berpisah dengan Aye di kelokan jalan.

"Dadah, Apoooo!"

"See you juga, Phi Aye."

"Besok ajari lagi, ya? Aku bikinkan sarapan buat kita berdua! Untuk pindah gaun aku belum bisa! Pokoknya harus iya! Iya! Tidak boleh ada penolakan!"

"Eh? Phi Aye! Phi Aye!"

"Byeeee~"

Aye sudah tenggelam di balik bus umumnya. Perempuan itu tidak menoleh lagi ke Apo karena fokus perjalanan. Kini semuanya jadi masuk akal karena Apo terjebak di sini begitu lebih dari tahu apa tujuannya. Lelaki itu misuh-misuh setelah melihat profilnya dalam game. Sebab fisiknya jadi cantik sekali.

Nattarylie F Livingstone

Carrier

18 Tahun

Salah satu anak bangsawan di Inggris Kandidat istri raja urutan ke-6

Status: Hidup

Misi: Level 3, untuk challenge sarapan bersama Raja Mile besok pagi

[Tring! Tring! Yang semangat untuk mengambil hati sang raja!]

[Kalau kalah kau akan meminum racun!]

[Jangan mati! Level 3 terlalu cepat untuk mati!]

"HAH?! LEVEL 3 APANYA YA BANGSAT?! Aku kan daftar akun hanya untuk mengajari Phi Aye!! Kenapa jadi betulan begini?! BRENGSEK!" Apo pun ingin meninju layar melayang, tapi benda itu mampu menjauh selalu. "OIIII! JANGAN BEGINI, OIIII! NGERI AKU TIDAK PUNYA KUMIS LAGI! OIIIII!"

Apo bahkan mengecek burung dalam celananya untuk memastikan masih ada belalai di selangkangan. Lelaki itu cukup lega, meski jantungnya berdebar kencang.

"Sudah sinting ya ... aku?"

Telapak tangan yang dulu kasar, kini malah jadi ranum, putih, nan kencang berseri-seri.

"T-Tidak bohong kan ... aku nih, ha?"

Apo tertawa-tawa sendiri.

"Ha ha ha ... ha ha ha ... ha ha ha ... aku disuruh jadi istri raja? Yang benar saja kunyuk 27 tahun itu? BEDEBAH USIAKU BAHKAN HAMPIR DUA KALI LIPAT DARI DIA! TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAAK!"

Lolongan Apo pun terdengar seperti seringala bulan purnama malam itu juga.