Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Hey! My Baby Sitter

Kim_27
--
chs / week
--
NOT RATINGS
6.6k
Views
Synopsis
Sudah begitu lama Vienna bekerja sebagai pengasuh bayi di keluarga konglemerat itu. Namun, bagaimana jika majikannya jatuh cinta dengannya, bahkan Vienna sendiri tidak tahu apakah bosnya itu sudah duda atau masih berstatus suami orang.
VIEW MORE

Chapter 1 - Satu

Suara pintu yang tertutup rapat dan terkunci dengan sempurna. Vienna mengunci pintu kamar apartemennya dengan sempurna dan langkahnya yang bergegas menuju lift yang ada di dekat kamarnya itu. Ia menekan tombol lift, hingga terdengar denting lift yang bersamaan dengan lift yang terbuka. Vienna mengambil 3 langkah untuk masuk ke dalam lift yang sepi. Ia menekan tombol L untuk tiba di lobi apartemen.

Beberapa saat, denting lift kembali terdengar dengan pintu lift yang terbuka lebar. Vienna melangkah lebar untuk keluar dari gedung apartemen, memulai harinya dengan rutinitas yang biasa dilakukannya.

Hari ini cuaca cerah dengan panas yang sedikit terik daripada biasanya. Musim panas kali ini cukup baik, mungkin karena masih awal di musim panas dan ini masih terlalu pagi untuk menikmati sinar matahari di musim panas. Vienna memantapkan langkahnya menuju tempat kerjanya yang berada cukup jauh dari tempat tinggalnya. Vienna memilih untuk menggunakan transportasi umum untuk tiba di tempat kerjanya lebih cepat daripada ia harus berjalan.

Langkahnya berhenti di halte yang ditujunya. Sudah ada beberapa penumpang yang menunggu. Butuh beberapa menit untuk menunggu bus yang sesuai tujuannya. Bus itu berhenti tepat di tanda 'bus berhenti'. Vienna menunggu penumpang yang turun dan ia harus rela mengantre di bagian belakang, setidaknya ia tidak perlu berdesakan dengan orang lain.

Kurang lebih 30 menit, ia tiba di halte yang selalu menjadi tujuan akhirnya. Vienna turun dari bus dan melangkah perlahan menuju salah satu jalan yang tampak luas. Ia tidak melangkah tergesa-gesa walau sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Sesekali Vienna bertemu dengan orang-orang yang ada di sekitar area seperti perumahan mewah itu. Vienna bukan seorang yang sangat ramah dengan beberapa orang, tetapi ia masih memiliki sopan santun dengan orang yang tidak dikenalnya atau orang yang lebih tua darinya.

Vienna akhirnya tiba di salah satu rumah mewah seperti istana yang memiliki pekarangan rumah yang sangat luas. Gerbang tinggi menjulang dengan cat berwarna emas, sehingga lebih terlihat megah dan mewah rumah tersebut. Vienna tidak perlu menekan bel atau berusaha memanggil petugas keamanan rumah tersebut. Ia hanya perlu masuk dengan menempelkan sidik ibu jarinya dan otomatis pintu kecil di samping gerbang itu terbuka.

"Selamat pagi Vienna," sapa Grey, dia seorang petugas keamanan rumah bak istana itu bersama Sam, pria yang mungkin se-umuran dengan Vienna dan masih ada beberapa pria lain yang merupakan pekerja keamanan rumah tersebut. mungkin ada sekitar 15 orang yang berada di pekarangan rumah tersebut.

"Selamat pagi pama Grey," balas Vienna dengan senyuman ramahnya. Semua orang di sana nampak tertegun melihat senyuman Vienna yang sangat jarang mereka jumpai.

"Tuan Luke sudah berangkat sekitar 20 menit yang lalu, mungkin Tuan muda belum bangun."

"Terima kasih informasinya, paman Grey. Aku akan masuk ke dalam," Vienna segera melangkah menuju pintu utama rumah tersebut. Ia membukanya sedikit kesulitan karena terasa sangat berat. Walau ia sering membuka tutup pintu itu, tetap saja masih tetap terasa berat walau ia sudah terbiasa.

"Selamat pagi Vienna. Hari ini datang lebih pagi dari biasanya?" tanya Emy, gadis itu merupakan pekerja rumah tangga, bisa dikatakan maid di rumah tersebut dan menjadi teman kerja Vienna.

"Tuan muda Kai kemarin memintaku untuk menemaninya ke toko buku langganan," ucapnya seraya melepaskan jaket yang dipakainya.

Mulut Emy membentuk lengkungan huruf O dengan sempurna setelah mendengar penjelasan dari Vienna. Gadis itu kembali mengerjakan pekerjaannya, mengabaikan Vienna yang mulai pergi meninggalkannya untuk ke ruang pekerja di dekat dapur kotor.

Vienna membuka loker miliknya, ia mengambil seragam yang sering digunakannya sebagai pengasuh anak. Vienna bekerja sebagai pengasuh anak dari seorang ternama di negara tersebut. Siapa yang tidak kenal dengan Ezekiel Luke Leander, penerus perusahaan terkenal bernama Leander Corp. Perusahaan turun temurun dari keluarganya sejak 1800 tahun yang lalu. Selain itu, siapa yang tidak bisa mengabaikan wajah tampan pria yang sudah berusia 37 tahun itu.

Beberapa berita yang pernah di dengar Vienna, Luke pernah menikah dengan seorang wanita cantik kebangsaan Inggris dan dikarunia seorang putra. Setelah kelahiran putranya, tidak ada kabar mengenai bagaimana kehidupan seorang Ezekiel Luke Leander bersama dengan keluarganya. Bahkan banyak rumor yang mengatakan jika istrinya sudah meninggal setelah melahirkan putranya atau banyak yang mengatakan jika mereka bercerai. Namun tidak ada yang tahu pasti bagaimana kisah kehidupan Luke. Bahkan Vienna yang bekerja sebagai pengasuh anak Luke saja tidak mengetahui bagaimana kehidupan sebenarnya seorang Luke.

Luke seorang yang sangat tertutup, pria itu hanya berbicara jika ia membutuhkan sesuatu atau memang ada yang perlu di bicarakan saja. Setelahnya, Luke lebih banyak menyendiri dengan pekerjaannya atau terkadang menemani Kai bermain di waktu senggangnya saja.

Vienna sudah mengganti pakaiannya dengan seragamnya, walau terlihat seperti maid, yang berbeda ia menggunakan terusan panjang hingga di betisnya. Sedangkan seragam maid menggunakan celana panjang, sehingga mereka bebas bergerak dalam melakukan pekerjaannya.

Vienna keluar dari ruangan tersebut dan bergegas menuju kamar Kai yang berada di lantai atas. Kamar Kai berdekatan dengan kamar Luke sehingga sering kali Vienna berpapasan dengan Luke jika pria itu akan berangkat bekerja. Namun, untuk hari ini Vienna tidak berpapasan dengannya.

Sejenak, Vienna berhenti di depan kamar Kai. Ia menarik napasnya sejenak, menghembuskannya perlahan. Kai bukan anak yang bandel, terlalu aktif, ataupun anak yang nakal. Namun, Kai seorang anak yang baik, ceria, terkadang Kai juga pendiam di waktu tertentu. Kai juga anak yang sangat cerdas, ia sudah bisa membaca di usia 3 tahun dengan lancar walau masih terdengar kurang jelas namun sudah sangat baik di usianya yang masih sangat belia.

Vienna mengetuk pintu kamar Kai dan membukanya perlahan, "Tuan muda, waktunya bangun."

Di kamar yang luas itu, terlihat seorang anak laki-laki yang masih terlelap dalam tidurnya. Vienna menghampiri Kai yang masih terlelap dengan damai. Wajahnya yang sangat menggemaskan, membuat Vienna tidak tega membangunkannya. Namun, sudah menjadi peraturan di rumah tersebut untuk bangun sebelum pukul 8 pagi.

Vienna duduk di sisi tempat tidur Kai, mengusap pelan rambut Kai dan menggoyangkan tubuh Kai dengan pelan. "Tuan muda, waktunya bangun. Bukankah Anda hari ini akan pergi ke toko buku?"

Mendengar suara Vienna, Kai seketika membuka kedua matanya. Menatap Vienna dengan saksama walau sedikit buram. Vienna hanya tersenyum melihat wajah Kai yang menggemaskan. "Selamat pagi," sapanya.

"Selamat pagi kakak," sapa Kai dengan suaranya yang serak. Ia mengusap kedua matanya dan menggeliat pelan.