Beberapa saat menunggu, bibi Kely memberikan sebuah tas bekal untuk Vienna. Kai juga baru saja menyelesaikan makanannya. "Kamu nanti lewat lift yang ada di basement. Kamu tahukan bagaimana jadinya jika kamu lewat lobi?"
"Aku tahu bibi, terima kasih sudah mengingatkan. Aku akan menghubungi tuan Luke jika kami akan ke perusahaan."
"Baiklah hati-hati. Nikmati waktu kalian."
"Dada bibi Kely," ucap Kai seraya melambaikan tangannya.
"Dada sayang, bersenang-senanglah hari ini."
Mereka berdua berjalan keluar melalui pintu utama. Paman Grey sudah bersiap di depan pintu bersama dengan mobil yang sering digunakan Kai untuk bepergian.
"Hari ini kita mampir dahulu ke perusahaan untuk memberikan bekal makan siang Tuan Luke, setelah itu ke toko buku, lalu ke toko kue biasanya," ucap Vienna untuk memberi tahu jadwal hari ini.
"Tumben sekali, Tuan Luke ingin makanan dari rumah?" gumam paman Grey seraya membukakan pintu untuk mereka berdua.
"Aku pun tidak tahu, nanti aku akan menghubungi Tuan Luke jika kita mampir ke perusahaan."
"Baiklah. Kamu bisa menggunakan interkom di dalam mobil. Tekan nomor 1, itu langsung terhubung dengan nomor milik Tuan Luke," jelas paman Grey. Mereka semua masuk ke dalam mobil sedan hitam mewah itu. Mobil mereka segera meninggalkan rumah mewah tersebut.
Selama perjalanan, Kai sibuk dengan menatap monitor mobil yang menayangkan kartun kesukaannya. Vienna hanya sibuk menatap jalanan yang begitu padat hari ini, sesekali ia memperhatikan Kai yang terlihat serius menatap kartunnya. Walaupun begitu, anak laki-laki itu masih sangat menggemaskan.
Vienna sering mengatakan dalam hatinya, jika Kai adalah Luke versi mini. Wajah mereka sangat mirip, rambut mereka selalu berbentuk sama, bentuk alis yang sama, warna kedua mata mereka yang sangat mirip, bentuk hidung mereka, bahkan bentuk bibir mereka sangatlah mirip. Benar-benar versi mininya Luke.
"Vienna, kita akan segera sampai di perusahaan. Kamu bisa menghubungi Tuan Luke."
"Baiklah," Vienna mengambil telepon genggam yang ada di mobil dan menekan nomor 1.
Butuh waktu lama, hingga ia mendengar suara serak yang rendah di seberang sana. "Tuan Luke, saya Vienna. Saya membawakan bekal makan siang Anda bersama Tuan muda Kai."
"Baiklah, apa setelah ini kalian akan pergi ke toko buku?"
"Iya Tuan."
"Lewatlah Lobi. Minta Grey untuk mengantar ke lobi utama, aku akan menjemput kalian." Bagaikan angin yang terhempas di depan Vienna begitu saja. Ini adalah hal yang sangat langka, bagaimana bisa Luke dengan mudah meminta mereka untuk masuk lewat Lobi utama perusahaan. Biasanya, mereka akan diminta untuk lewat lift yang ada di basement, seperti yang dikatakan bibi Kely.
"Tapi Tuan-"
"Lakukan saja apa yang aku katakan." Bagaimanapun, Vienna tidak bisa menolak apa yang dikatakan Luke.
"Baik Tuan," Luke lebih dahulu memutuskan hubungan interkom mereka. Vienna mendesah pelan, membuat paman Grey menoleh.
"Bagaimana?"
"Tolong antar di depan lobi utama, Tuan Luke akan menjemput kami."
"Ba...bagaimana bisa?" Vienna bisa mendengar, suara paman Grey yang terkejut mendengar perkataannya.
"Tidak tahu, Tuan Luke sendiri yang memintanya."
"Baiklah, aku akan mengantar kalian di depan Lobi. Aku harap, setelah ini kamu lebih berhati-hati."
"Aku tahu, paman."
Butuh beberapa waktu hingga mereka di perusahaan Luke. Mobil yang mereka gunakan, berhenti dengan sempurna di depan lobi yang terlihat ramai hari ini. Paman Grey lebih dahulu keluar dan pergi untuk membukakan pintu untuk Vienna dan Kai. Mereka berdua keluar dari mobil, dan tentu saja banyak orang yang memandang mereka. Terlebih memandang Kai yang datang ke perusahaan. Wajahnya yang tampan dan menggemaskan, dengan tangan kecilnya membawa boneka dinosaurus miliknya. Tangannya yang lain menggandeng gadis cantik di sampingnya yang membawa tas bekal.
Sepertinya tidak hanya Kai yang menjadi pusat perhatian, tetapi juga Vienna. Kecantikan Vienna benar-benar menarik perhatian orang-orang di sana. Orang-orang nampak terlihat bertanya-tanya, siapa Vienna sebenarnya. Gadis cantik itu, apakah benar pengasuh Kai. Banyak orang yang mengincar pekerjaan itu, selain ingin tahu kehidupan Luke, mereka juga ingin dapat dekat dengan putra tunggal dan cucu dari keluarga Leander. Mungkin banyak dari mereka juga ingin mengambil hati seorang Ezekiel Luke Leander.
Beberapa orang di sana juga terlihat bergemuruh memberikan ruang untuk Luke. Tidak ada yang menyangka, jika pemimpin mereka akan turun tangan menjemput putranya bersama dengan pengasuh. Sedangkan, saat mereka kedatangan investor penting saja, Luke tidak akan turun tangan bahkan rela meluangkan waktunya untuk menjemput investornya.
"Papa!!" teriak Kai yang seketika menjadi pusat perhatian. Luke merentangkan tangannya menyambut putranya yang berlarian ke arahnya.
Orang-orang di sana seketika terkejut melihat aura Luke yang seketika berubah menjadi seorang ayah. Bahkan banyak dari pekerja wanita di sana, luluh melihat aura Luke. Mereka seolah berharap bisa menjadi pendamping Luke dan memberikan figur seorang ibu untuk Kai.
"Tuan Luke," sapa Vienna sopan. Luke sempat memandang Vienna yang sudah ada di dekatnya. Mungkin gadis itu sempat terkejut dan buru-buru mengikuti Kai yang berlarian.
Luke diam beberapa detik, "Kemarilah," pintanya.
Vienna hanya menurut dan sedikit mendekati Luke, ia masih memberikan jarak aman untuk mereka. Namun, tubuh Vienna seketika menegang saat tangan kekar milik Luke tiba-tiba memeluk pinggangnya. Pria itu tidak berbicara apa pun dan hanya meminta Vienna mengikutinya.
Seketika orang-orang di tempat itu menjadi ricuh melihat Luke yang bersikap mesra dengan Vienna yang hanya seorang pengasuh anak. Seketika, mendadak adanya rumor-rumor tidak enak mengenai dirinya. Vienna berusaha tenang, ia juga berusaha menyingkirkan tangan Luke. Namun, pria itu malah semakin mengeratkan pelukannya di pinggang ramping Vienna.
"Tuan," protes Vienna yang tidak di indahkan Luke.
Mereka segera masuk ke dalam lift khusus. Banyak orang yang berada di sana melihat bagaimana kemesraan mereka hingga pintu lift tertutup. Setelah itu, Luke melepaskan pelukannya di pinggang Vienna.
"Maaf, tetapi aku memang sengaja," ucapnya jelas. Seperti pengakuan permintaan maaf dan mengatakan sejujurnya dengan apa yang dilakukannya.
"Tetapi mengapa Anda melakukannya?" tanya Vienna yang berusaha menahan rasa kesalnya.
"Tidak apa-apa," Vienna berusaha sekuat tenaga untuk menahan rasa kesalnya. Namun, melihat Kai yang kebingungan membuat Vienna hanya bisa menghela napas untuk apa yang dilakukan Luke kepadanya.
Denting lift kembali terdengar yang bersamaan dengan pintu terbuka. Mereka keluar dari lift dengan disambut oleh Anasta yang merupakan petugas informasi di lantai tersebut dan Owen yang merupakan sekretaris utama.
"Selamat datang kembali, dan selamat datang Tuan muda Kai dan Nona Vienna," sapa mereka bersamaan. Vienna hanya mengangguk dan tersenyum ramah.
"Aku akan mengerjakan beberapa pekerjaanku sebentar, kamu bisa menemani Kai bermain sejenak di ruangannya. Owen, pergilah ke kantin, bawakan makanan Kai dan Vienna seperti biasanya, dan Anasta, jika ada seorang yang mencariku atau Owen, katakan jika saat ini tidak bisa di ganggu." Pinta Luke dengan tegas.
"Baik, Tuan," ucap mereka bersamaan dan segera pergi melaksanakan tugas.
Vienna mengikuti Luke yang masih menggendong Kai. Pria itu terkadang berbincang ringan dengan Kai. Bisa di lihat raut wajah Kai yang begitu senang bisa bertemu dengan ayahnya, bahkan datang ke kantor Luke.