Chereads / Hey! My Baby Sitter / Chapter 4 - Empat

Chapter 4 - Empat

Mereka bersama masuk ke ruang kerja Luke yang luas. Di ujung ruangannya ada ruangan yang cukup luas untuk Kai bermain di sana. Ada berbagai macam mainan yang disukai Kai. Sejenak Vienna meletakkan tas bekal makanan Luke di atas meja yang ada di antara sofa di ruang kerja Luke. Ia menghampiri Luke untuk mengambil alih Kai.

"Kenapa?" tanya Luke.

"Saya akan menemani Tuan muda bermain di ruangannya, sesuai perintah Anda." Lagi-lagi Luke hanya diam dan seperti mengabaikan perkataan Vienna. Pria itu malah pergi ke ruang bermain Kai. Vienna mengikuti pria itu dan masuk ke ruang bermain.

Luke menurunkan Kai yang sudah tidak sabar untuk bermain. Anak laki-laki itu berlarian untuk mengambil boneka dinosaurus yang besar yang sudah di incarnya saat ia masuk ke ruang bermainnya.

"Apakah kamu tahu pekerjaanku yang lain?" tanya Luke tiba-tiba. Vienna hanya diam tidak mengerti. Vienna menghampiri Luke yang sudah duduk di lantai yang didesain empuk dan nyaman, juga penuh warna. Vienna duduk bersimpuh tidak jauh dari Luke.

"Selain aku bekerja sebagai CEO, aku juga bekerja sebagai ayah yang selalu ada untuk Kai, sebagai teman untuk Kai. Terkadang aku juga bekerja sebagai figur ibu untuknya. Itu aku lakukan untuk Kai."

Vienna sedikit tertegun karena Luke tiba-tiba berkata demikian. Sangat jarang seorang Luke bercerita mengenai dirinya. Vienna hanya diam, menunggu kelanjutan Luke berbicara.

"Namun, aku tidak bisa melakukan semua itu sekaligus. Banyak tuntutan yang harus aku lakukan dan terkadang aku mengabaikan Kai. Tetapi, aku terbantu dengan adanya dirimu."

"Saya hanya menjalankan tugas saya sebaik mungkin untuk Kai," ucap jujur Vienna.

Luke menoleh sejenak, wajah tampannya menatap Vienna yang juga memandangnya bingung. "Terima kasih, sudah membantuku dan membantu Kai."

Vienna lagi-lagi tertegun. Di balik wajah tegas Luke, tatapan tajam Luke yang selalu mengancam, atau nada bicaranya yang terkadang salah diartikan, Vienna tersadar jika ada perasaan lembut dan hangat seorang Ezekiel Luke Leander.

Tanpa sadar Vienna tersenyum lembut untuk Luke. Sangat jarang Vienna menampilkan senyuman lembutnya kepada orang lain, selain kepada Kai. "Anda tidak perlu berterima kasih kepada saya. Anda hanya perlu berterima kasih kepada diri Anda sendiri, karena Anda sudah berusaha menjadi ayah yang baik untuk Tuan muda, menjadi teman yang hangat untuk Tuan muda, bahkan menjadi seorang ibu yang penuh kasih sayang untuk Tuan muda. Jadi, Anda tidak perlu berterima kasih kepada saya."

Luke terdiam sejenak, entah mengapa ia terpana pada gadis yang 12 tahun lebih muda darinya. Ini pertama kalinya, ada seorang yang menatapnya penuh ketulusan, bukan karena latar belakangnya ataupun apa yang dimilikinya. Namun, hanya tatapan tulus yang penuh dari Vienna kepadanya.

Luke hanya diam, kedua mata coklat gelapnya memandang Vienna dengan saksama. Sejujurnya, Luke tidak pernah memandang seorang perempuan se-intens itu. Bahkan kepada istrinya saja tidak pernah. Luke memang mencintai istrinya. Mungkin sekarang Luke tahu apa kata 'cinta' sesungguhnya.

"Papa!" teriakan Kai membuat Luke menoleh dengan cepat. Putranya terlihat kesal karena sedari tadi memanggilnya namun diabaikan.

"I'm sorry, Papa sorry." Luke bergegas menghampiri Kai dan memeluk Kai yang terlihat kesal dengannya. Namun, ia sebenarnya merasa gemas melihat putranya yang merajuk kepadanya.

"Papa melamun," ucapnya.

"Hm, benarkah? Mungkin Papa belum makan?"

"Anda bisa istirahat sejenak, Tuan. Biarkan saya yang menemani Tuan Muda," ucap Vienna yang sudah berada di sampingnya.

Saat Kai berteriak memanggil Luke, Vienna tersadar dalam lamunannya. Ia mengikuti Luke yang menghampiri Kai yang terlihat merajuk kepadanya.

"Tidak perlu. Bisakah kamu mengambilkan bekalku?"

"Baik Tuan,"

"Jika di meja sudah ada makanan Kai, bawa sekalian saja. Aku ingin makan bersama dengan Kai."

"Tuan muda biasanya akan sambil bermain jika makan di tempat ini."

"Tidak apa-apa. Mumpung ada waktu untuknya."

Vienna terdiam sesaat, setelah itu ia beranjak dari tempatnya untuk mengambilkan bekal makanan Luke dan makanan ringan Kai. Setelah itu ia kembali lagi dan melihat keakraban ayah dan anak itu. Seperti inikah waktu kebersamaan Kai dan Luke. Vienna sering meninggalkan mereka bersama, memberikan waktu mereka sehingga ia tidak tahu bagaimana keakraban mereka.

"Vienna?" Seketika Vienna tersadar, ia baru saja melamun lagi.

"Maafkan saya," Vienna menghampiri mereka.

"Cake!" teriak Kai senang. Kai menghampiri mereka, dan meminta untuk duduk di pangkuan Luke. Kai terlihat sangat senang, Luke ikut merasakan.

Vienna hanya diam memandang kebersamaan mereka. Perasaannya mendadak menghangat melihat kebersamaan mereka. Luke membantu Kai yang ingin mengambil cake coklat kesukaan Kai. Luke membantu memegangkan piring itu, karena tidak ada meja yang bisa di gunakan untuk alas Kai makan.

"Tuan biarkan saya saja. Anda bisa memakan makan siang Anda."

"Tidak apa, lagi pula aku senang bisa seperti ini bersama Kai," lagi-lagi Vienna tertegun. Mungkin benar, waktu kebersamaan Kai dan Luke sudah sangat jarang. Luke lebih banyak menghabiskan waktu di kantor, mengurus perusahaan. Itu pun dilakukannya demi masa depan Kai yang aman dan tenteram.

Vienna inisiatif membuka bekal makanan Luke. Hanya nasi dan beberapa potongan ayam, serta sayuran yang di  rebus setengah matang. Vienna mengambil sendok dan mengambil nasi serta lauk dengan perlahan.

Luke sempat melihat tindakan Vienna. Gadis itu terlihat ingin menyuapinya. Mungkin karena ia tindak ingin menghilangkan waktu langka ini bersama Kai.

"Tuan, maafkan sa-" Vienna seketika terkejut Luke yang sudah membuka mulutnya. Atau memang seolah Luke memang sengaja menunggu suapan dari Vienna.

"Apa yang kamu tunggu?"

"Ha?" Vienna sempat merasa linglung sejenak, namun setelahnya Vienna memberikan suapan pertama untuk Luke.

Pria itu terlihat tenang menerima suapan darinya. Bahkan mengunyah makanannya dengan telaten. Vienna memperhatikan bagaimana Luke yang sedang makan.

Beberapa saat terdiam, Vienna tersadar dan  berpikir, bagaimana ia bisa mendapatkan keberanian menyuapi seorang Ezekiel Luke Leander, pria yang irit berbicara, yang selalu menatap dengan tajam, dan berekspresi datar.

"Vienna?" panggil Luke. Pria itu sudah menyelesaikan makanannya dan meminta suapan lagi dari Vienna.

"Ah? Maaf," Vienna memberikan suapan lagi di mulut Luke. Pria itu menerima dengan senang hati.

"Ah! Kai mau... mau..."

"Eh? Tapi Tuan muda-"

"Itu bisa dimakan Kai. Aku sengaja meminta Bibi Kely membuatkan menu makan siang yang bisa dimakan Kai."

Vienna sempat terdiam sesaat mendengar penjelasan Luke. Namun, melihat Kai sudah membuka mulutnya dengan lebar-lebar menunggu suapan dari Vienna, mau tidak mau Vienna memberikan suapan untuk Kai. Ia memberikan porsi yang kecil sesuai porsi sendok milik Kai.

Setelahnya, ia kembali menyuapi Luke lalu kembali menyuapi Kai. Seperti itu dan berulang hingga makanan dalam bekal itu habis.

Aku seperti memiliki dua bayi, batin Vienna heran.