Chereads / Hey! My Baby Sitter / Chapter 2 - Dua

Chapter 2 - Dua

Prince Kai Leander, putra tunggal dari Ezekiel Luke Leander yang berusia 5 tahun itu. Kai merentangkan kedua tangannya dengan lebar-lebar, Vienna tahu apa yang di inginkan anak laki-laki itu. Ia segera membantu Kai untuk bangun dan menggendong Kai.

Sudah menjadi kebiasaan Kai untuk selalu minta gendong Vienna di pagi hari atau meminta pelukan hangat dari Vienna. Luke tidak pernah melarang Vienna untuk menghentikan sikap Kai seperti itu, karena memang di usia Kai yang masih membutuhkan dukungan emosionalnya dari orang-orang terdekatnya dan sangat dipercayainya.  

Vienna yang menggendong Kai melangkah membuka tirai-tirai putih untuk membiarkan cahaya matahari masuk ke dalam kamar Kai yang sangat rapi. Vienna mengajari Kai untuk selalu merapikan kamarnya  sebelum tidur, atau merapikan mainannya setelah digunakan, sehingga kamar Kai selalu bersih dan rapi. Itu juga membantu Vienna dalam membersihkan kamar Kai.

"Kakak, apa papa sudah berangkat?" tanya Kai yang terdengar pelan, sepertinya anak itu kembali tertidur dalam gendongan Vienna.

"Kata paman Grey, Papa sudah berangkat sebelum Tuan muda bangun."

"Benarkah? Sepertinya Papa lupa, jika Kai ingin pergi ke toko buku bersama dengan Papa dan kakak," ucapan polos Kai membuat hati Vienna menjadi tidak nyaman. Bukan karena ia tidak suka dengan perkataan Kai, namun bagaimana permintaan polos Kai itu begitu mengenai perasaannya.

"Mungkin hari ini Papa ada rapat, jadi Papa harus segera pergi ke kantor."

Kai hanya diam dan membenarkan kepalanya untuk bersembunyi di leher Vienna. Kai hanya mengangguk, anak laki-laki itu selalu berusaha mengerti bagaimana sibuknya orang tua satu-satunya yang dimilikinya sekarang.

Vienna merasakan apa yang dirasakan Kai. Bagaimana ia ingin marah dan kesal, namun ia juga mengerti kondisi di sekitarnya untuk menuntutnya untuk selalu bersikap dalam mengambil keputusan yang bijak. Vienna mengusap punggung Kai dengan lembut, "Lain kali, kakak akan bilang Papa, jika Tuan muda ingin pergi bersama ke toko buku langganan Tuan muda."

Kepala Kai terangkat, wajahnya terlihat berbinar menggemaskan walau masih terlihat kucel karena baru saja bangun tidur.

"Benarkah?"

Vienna tertawa lirih, ia merapikan rambut Kai yang berantakkan seraya mengusap lembut kepala Kai. "Benar. Nanti jika Papa sudah pulang dan memiliki waktu luang, kakak akan bilang sama Papa,"

"Yesss!!" teriakan girang Kai membuat hati Vienna merasa lega. Ada perasaan bahagia melihat wajah Kai yang berbinar kegirangan.

"Sekarang bagaimana jika Tuan muda mandi. Tuan bebek sudah menunggu Anda. Tuan muda tidak ingin membuat Tuan bebek menunggu bukan?"

"Ah benar. Kata Papa tidak baik membuat orang lain menunggu kita."

Vienna hanya tertawa pelan dan mengajak Kai ke kamar mandi. Vienna menyiapkan segala perlengkapan Kai untuk mandi bahkan mainan bebek dan beberapa mainan lainnya yang sering digunakan Kai saat mandi. Selama Kai bermain dengan Tuan bebeknya di bathup, Vienna menyiapkan pakaian yang akan digunakan Kai nanti di toko buku.

Selama 30 menit, Vienna menghabiskan waktu untuk membantu Kai mandi, memakaikan pakaian Kai, dan membantunya berdandan seperti menyisiri rambut dan memakaikan sepatu. Mereka akhirnya keluar dari kamar dengan Vienna membawa tas yang sering digunakan saat Kai mengajak keluar. Kai dengan hati-hati menuruni anak tangga, seluruh maid di sana tersenyum senang melihat wajah ceria Tuan muda mereka. Terlebih saat mendengar sapaan ramah Kai membuat seluruh maid di  sana luluh seketika.

"Bibi Kely!" teriak Kai melihat kepala maid yang sedang memasak di dapur bersih untuk menyiapkan menu sarapan Kai.

Anak laki-laki itu berhamburan memeluk bibi Kely dan membuat wanita itu tertawa senang. "Selama pagi Tuan muda, apakah hari ini Anda akan pergi ke toko buku?"

"Tentu saja, aku ingin membeli buku yang ada planet-planet," ucapnya riang.

Seluruh orang yang ada di dapur berusaha menahan kewarasan mereka setelah melihat tingkah menggemaskan dan ekspresi polos seorang Prince Kai Leander.

"Ada planet? Wah... bibi belum pernah liat."

"Nanti Kai akan tunjukkan seluruh planet-planet kepada bibi." Mereka semua tertawa mendengar ucapan polos Kai. Kai pun yang sempat bingung ikut tertawa.

Seperti inilah kehidupan yang sesungguhnya di keluarga Leander. Semua bekerja seperti biasanya, menjalani kehidupan seperti biasanya, mendengar celoteh Kai, ataupun merasakan keheningan di saat kedatangan Luke.

Kai kembali berlarian menuju Vienna yang sibuk menyiapkan camilan Kai. Anak laki-laki itu sudah menarik-narik seragam Vienna, meminta untuk di gendong lagi. Vienna hanya bisa menuruti Kai dengan menggendong Kai lagi. Vienna sama sekali tidak merasa terganggu saat melakukan pekerjaannya seraya menggendong Kai. Anak itu juga tidak rewel saat digendong, tetapi sering membantu Vienna saat Vienna kesulitan membawa barang karena ia hanya bisa menggunakan satu tangannya saja, sedangkan tangannya yang lain menggendong Kai.

"Kakak, bisakah kita setelah kita dari toko buku ke toko kue?"

"Tuan muda ingin kue waktu itu?" Kai hanya mengangguk, "Baiklah, setelah dari toko buku, kita mampir ke toko kue."

"Yeeayy!" teriak girang Kai.

Suara telepon rumah terdengar menggantikan teriakan riang Kai, buru-buru bibi Kely menghampiri telepon itu untuk segera menjawab panggilan dari seorang tersebut.

"Selamat pagi, dengan kediaman Leander."

"..."

"Baiklah, akan saya siapkan."

"..."

"Baik. Terima kasih," Bibi Kely mengakhiri panggilan tersebut dengan segera. "Vienna?" panggilnya.

Vienna menoleh, "Ya?"

"Bisakah kamu mampir ke perusahaan? Tuan Luke meminta makan siang dari rumah,"

"Ke kantor Papa?" tanya riang Kai.

"Benar. Aku akan menyiapkan dahulu. Alangkah lebih baik, jika kamu ke perusahaan dahulu setelahnya, kamu bisa ke toko buku?" pinta bibi Kely.

"Baiklah tidak apa-apa, lagi pula jarak dari perusahaan ke toko buku tidak terlalu jauh."

"Baiklah. Terima kasih," bibi Kely buru-buru kembali ke dapur untuk menyiapkan makan siang Luke.

Kai tidak henti-hentinya berteriak dengan girang karena bisa pergi ke kantor Luke. Sudah sangat lama, Kai tidak pergi ke perusahaan milik ayahnya. Selain tidak ada kesempatan, mungkin karena Luke sangat jarang meminta Kai untuk ke perusahaan. Selain alasan keamanan, juga nantinya akan banyak berita yang beredar mengenai Kai.