Hari itu sekolah masih dalam masa liburan kenaikan kelas. Sekelompok temannya sedang menikmati makan rujak yang mereka bikin bareng-bareng di rumah Fiko.
Kondisi Fiko juga sudah pulih seperti sebelum tertimpa musibah jalanan, dan dia sudah berjalan tanpa tongkat lagi.
Beberapa hari ke depan liburan usai, dan Fiko telah naik ke kelas 3. Namun hal perombakan kelas telah membuat Fiko agak sedih, karena di kelas 3 nanti Fiko tidak lagi sekelas dengan Cory.
*Dan pada minggu pertama sekolah masuk setelah liburan, Rendi menemui Cory, lalu:
"Cor, kamu ingat atau tidak tentang kotak Fiko yang rusak dulu itu?" tanya Rendi.
"Ya, aku ingat kotaknya yang dilindas motor si Jaka!" jawab Cory.
"Terus, kamu tau... kenapa Fiko mempertahankan kotak tersebut?" tanya Rendi lagi.
"Karena dia suka warnanya!" jawab Cory.
"Dia memang suka warna nya, namun bukan karena warna dia pertahankan. Dia pertahankan ternyata sangat suka karena di dalam kotak itu ada simbol LOVE dan tulisan tangan dari pemberi kotak itu!" jelas Rendi.
"Jadi... maksudmu itu kotak dari hadiah?!" Cory menegaskan.
"Tepat sekali!" sahut Rendi.
"Dari siapa?" tanya Cory kemudian.
"Kalau itu aku gak ngerti, karena Fiko saat aku tanya tentang itu, juga merahasiakan!" tegas Rendi.
"Mmm!" Cory kerutkan dahi.
"Kamu tau?" tanya Rendi.
"Tidak. Hanya merasa penasaran saja!" kata Cory.
"Kok malah penasaran?!" kata Rendi.
"Ya pasti lah. Karena aku sempatkan ganti kotak yang baru, sampai sana kotaknya diterima, tapi dia tetap minta yang lama dikembalikan!" ungkap Cory.
*Beberapa bulan berikutnya, tepatnya di akhir tahun ajaran, Fiko mulai gelisah ketika membayangkan saat lulus nanti.
"Aku ingin memberi kenang-kenangan kepada Cory, namun apa ya yang pantas aku berikan? Dia orang kaya, yang semua barangnya serba mahal, sedangkan aku... hanya anak orang pas-pasan!" gumam Fiko dalam hati.
Lalu...
"Aku sangat suka dia, namun aku takut mengungkap perasaanku ini, sebab dia dari keluarga orang kaya. Namun apa dayaku sekarang, aku tidak bisa lupakan dia!" lanjut pikir Fiko.
Ketika masa liburan habis, dan sekolah mulai masuk lagi, Fiko kesulitan mencari cara untuk mendekati Cory, karena di kelas 3 itu, Fiko dan Cory berbeda kelas.
Suatu hari saat Cory merayakan Hari Ulang Tahunnya di rumah, banyak teman yang diundang datang di acara itu.
Saat Kue Tart dipotong dan dibagi ke beberapa teman dekat, gemerlap lampu kamera membuat penyerahan potongan kue itu jadi moment yang spesial kala itu.
Dan ketika salah satu potongan kue menuju ke arah Fiko, dada pun deg-degan, lalu:
"Hah, giliran siapa nih terima kue itu?" kata Fiko dalam hati.
"Tidak mungkin lah kalau mampir ke aku, siapa aku ini hingga dapat kesempatan seperti ini? Hanya orang yang layak spesial saja yang menerimanya!" lanjut lamunan Fiko.
Ketika itu:
"Fiko!" panggil Cory pelan.
Fiko yang sedang melamun saat itu, kagèt dan:
"Mmm, siapa Cor?" tanya Fiko gugup.
"Ini untuk kamu!" Cory senyum.
Fiko mendadak keringatan di dahinya, dan menoleh ke samping kiri. Dan Rendi yang saat itu di samping Fiko, tersenyum sembari manggut kepada Fiko.
Fiko memanfaatkan pandangi Cory dari jarak dekat, seraya terima potongan kue dari tangan Cory.
Setelah itu Cory kembali ke meja untuk lanjut memotong kue, dan bersamaan itu tiba-tiba terdengar suara tawa beberapa teman di belakangnya yang mengejutkan, dan saat Cory menoleh ke belakang:
"Hahaha, kenapa tu Fiko?" seru tawa Cory melihat kue yang dibawa Fiko tertumpah dan menempel di pipi serta bajunya.
Cory menghampiri Fiko dan membantu membersihkan kue di baju Fiko. Dan saat Cory memberikan tissue pada Fiko:
"Bersihkan yang nempel di pipimu itu, pakai ini!" kata Cory.
Fiko terdiam sesaat sembari menatap Cory yang tersenyum tepat di depannya.
"Iy, iiyy, iyaa... Cor!" kata Fiko agak gugup.
Melihat Fiko tetap diam tangannya, Cory segera menghapus kue yang belepotan di pipi Fiko.
"Hhuuuhh, plòk plòk!" sorak sorai teman-teman yang ada di ruangan itu.
Sementara teman-teman tertawa, Fiko berlari ke luar sambil menahan malu. Diambilnya air dari kran di halaman rumah Cory untuk menyeka pipinya.
Hingga acara Ulang Tahun malam itu berakhir dengan bersalaman pada Cory, Fiko tidak berani masuk karena malu. Dan terakhir memberi salam adalah Fiko dan Rendi, lalu lanjut pamit pulang.
*Hari berganti, bulan berganti, hingga tak terasa waktu sudah tiba saat kelulusan siswa-siswi angkatan Fiko.
Dan saat sekolah mengadakan pentas seni dalam rangka perpisahan siswa , semua siswa bergembira menikmati rangkaian acara tersebut.
Namun Fiko terlihat beda, dia malah banyak diam seakan tidak tertarik pada acara tersebut.
Dan ketika Rendi mendekati:
"Hey, kenapa anteng begini? Ayo tampil satu lagu dong, berikan kenangan khusus buat semua teman dan guru, hehehe!" kata Rendi.
Setelah beberapa menit Rendi merayu , akhirnya Fiko mau juga menampilkan satu buah lagu deng an Solo Guitarnya.
"Baiklah, tapi tolong bantu aku pinjam kan guitar sekolahan!" ucap Fiko.
"Masalah itu beres, aku pinjamkan sekarang juga. Tunggu sini ya!?" ujar Rendi.
Beberapa saat kemudian Rendi kembali membawa guitar untuk Fiko, dan Rendi langsung menghubungi pembawa acara.
Selisih dua acara kemudian, Fiko dipanggil pembawa acara untuk tampil.
"Di manakah Cory berada?" kata Fiko dalam hati.
Ketika Fiko selesai membawakan sebuah lagu, tepuk tangan pun terdengar riuh menyambutnya. Dan saat turun panggung:
"Wah, keren!" ucap beberapa temannya.
Namun hingga Fiko turun panggung, diam-diam dia memperhatikan sekeliling, dan:
"Kenapa aku tidak melihat Cory di acara ini!?" kata Fiko dalam hati.
Setelah itu Fiko bergabung dengan Rendi dan beberapa teman dekat lainnya duduk di deretan depan panggung paling pinggir. Sedangkan persis di samping Rendi selisih 3 kursi tampak pak Fandy duduk di sana bersama Cory.
Hingga acara berakhir, antara Fiko dan Cory saling tidak tau keberadaan satu sama lain.
*Malam itu selepas seluruh rangkaian acara perpisahan siswa, Fiko merebahkan badannya di tempat tidur dengan lesu, kemudian:
"Aku ingin menjabat tangan Cory, namun aku tidak melihatnya pada acara perpisahan. Aku mendadak merasa tidak tenang, baik... aku akan temui dia di rumahnya!" Fiko melamun.
Hari berikutnya Fiko bertekad ke rumah Cory. Namun sial, karena rumah Cory tertutup dan tampak sepi.
Dalam perjalan pulang, Fiko melewati rumah Windi yang berada di gang yang tidak jauh dari rumah Cory, dan kebetulan Windi sedang terlihat di depan rumah.
"Cory sekeluarga pergi ke luar kota!" ungkap Windi.
"Ooh!" sahut Fiko.
"Sepertinya lama. Karena dia sempat cerita bahwa oleh bapaknya akan disekolahkan di luar kota, dekat rumah neneknya!" jelas Windi.
"Mmm, begitukah?!" balas Fiko.
"Tapi gak tau juga kalau berubah pikiran. Coba besok kalau ketemu aku tanya lagi!" kata Windi.
Setelah itu Fiko lanjutkan jalan pulang, dan Windi pun masuk rumahnya.
*)bersambung ___