Chereads / Cinta Sepanjang Tiga Masa / Chapter 11 - Hadirnya Preman Asmara

Chapter 11 - Hadirnya Preman Asmara

Suatu hari Fiko sedang bersama salah satu teman laki duduk bangku dekat pagar sekolahan. Sedang asyiik ngobrol, tiba-tiba Lera datang mencaci maki:

"Hey, si kéré! Awas kamu ya kalau dekati lagi Ratis, dia saudaraku. Aku nggak akan pernah ijinkan dia bergaul dengan orang yang suka minta-minta pada perempuan seperti kamu!" ucap Lera dengan kencang sembari melotot.

Setelah itu Lera pergi lagi. Dan kemudian Ridwan yang sedang bersama Fiko itu:

"Kenapa Lera tiba-tiba seperti itu sama kamu?" Ridwan terkejut.

"Sebenarnya saya juga tidak mengerti. Dan saya tidak pernah bisa mengajak dia bicara baik-baik, sehingga sampai sekarang saya gak pernah mengerti!" ungkap Fiko.

Di hari yang sama, saat pulang sekolah, Fiko jalan sendirian dan tampak buru-buru, sebuah mobil mewah membunyikan klakson tepat di sampingnya. Fiko kagèt dan berhenti langkahnya, namun mobil itu juga ikut berhenti, dan membuka kaca depan, lalu:

"Hahaha, kagèt ya. Dasar orang gak pernah naik mobil, kasihan sekali hidupmu, hehehe!" ucap Lera ngelèdèk.

Fiko hanya diam, tidak satu katapun yang keluar dari mulutnya. Kemudian mobil itu lanjut jalan lagi. Namun tidak sampai lima meter, mobil Lera berhenti dan mundur kencang, hingga nyaris menabrak Fiko.

"Hey, mana Ratis? Pasti ini gara-gara pengaruhmu dia tidak mau pulang bareng sama saya! Mana dia sekarang?" bentak Lera sembari turun dari mobil dan menarik kra baju Fiko.

"Aku di sini!" teriak Ratis tiba-tiba turun dari motor.

Lera melihat Ratis yang sudah di belakang mobilnya, dan cepat melepas kra baju Fiko dengan mendorongnya.

"Ke mana aja, aku cari kamu tidak ada?" tanya Lera.

"Aku mampir warung bakso, sekalian bayar bakso yang kita makan kemarin siang!" jawab Ratis.

"Hehehe, maaf aku lupa kasih uang ke kamu. Besok ya aku ganti uangmu!" sahut Lera.

"Hehehe, tidak usah. Semua sudah lunas kok!" sahut Ratis.

"Ya udah, yuuk aku antar kamu!" ucap Lera.

"Gak usah, kamu duluan saja. Aku sudah bayar ojek itu!" ucap Ratis.

"Baiklah!" ucap Lera.

Sebelum masuk mobilnya, Lera sempatkan melirik sinis ke arah Fiko, lalu:

"Apa lihat-lihat! Juuhh!" Lera meludah di depan Fiko.

Kemudian Lera naik mobilnya dan melaju pulang.

"Fiko, maafkan Lera ya?" kata Ratis.

"Aku sudah maafkan dia sebelum kamu minta! Sebaiknya kamu katakan pada dia juga, suruh minta maaf sama Tuhan!" Fiko berpesan.

Setelah itu mereka pulang.

Satu minggu berikutnya, saat Fiko dan beberapa temannya sedang ngobrol santai di kantin sekolahan...

Tampak Ratis mendekat dan katakan perlahan pada Fiko:

"Fik, ada titipan buat kamu di bapak tukang bakso depan sana!"

"Titipan apa?" tanya Fiko.

"Gak tau, kamu tanya sendiri aja pada bapaknya!" kata Ratis.

"Titipan dari siapa?" tanya Fiko lagi.

"Udah, cepat kamu tanya sendiri ke sana, aku cuma menyampaikan aja!" ungkap Ratis.

Tanpa setau Ratis maupun Fiko dan gerombolan temannya di kantin itu, di balik dinding kantin ternyata Lera sedang menguping dialog antara Fiko dan Ratis.

Dan setelah itu Lera segera berlari keluar dan menemui bapak tukang bakso. Kemudian...

"Pak, katanya ada titipan buat Fiko?" tanya Lera.

"Mmm, iya ada, dari Ratis!" jawab bapak tukang bakso itu.

"Tolong serahkan saya pak titipan itu!" kata Lera.

"Aduh, kata Ratis ini rahasia lho!" ujar bapak tukang bakso.

Istri bapak itu mendengar, lalu:

"Siapa pak yang tanya titipan Fiko?" tanya istrinya.

"Lera!" jawab bapaknya.

"Tadi katanya untuk Fiko pak, jangan kasih ke yang lain!" ucap istrinya.

"Pak, saya dan Ratis kan bersahabat. Bapak tau sendiri betapa akrabnya saya dan Ratis. Masa sih saya akan bongkar rahasia seorang sahabat? Enggak mungkin lah pak!" kata Lera merayu.

Bapak tukang bakso itu mulai terpengaruh kata-kata Lera, lalu:

"Saya bermaksud memberi juga pak. Karena gak enak tau sahabatku memberi, masa saya diam-diam saja!" ungkap Lera.

Bapak tukang bakso itu terdiam sesaat sambil mikir, kemudian:

"Agar yang dari saya sekalian bisa dibareng kan dengan titipan itu. Kasihan tu Fiko, dia kan anak orang miskin. Kalau dapat banyak kan dia senang, begitu!" ujar Lera.

"Ta udah, kasih aja sama Lera pak!" bisik istrinya.

"Begini, Lera tolong sampaikan saja pada Fiko, agar dia sendiri yang terima!" ujar bapak tukang bakso itu.

"Aah, bapak ini kok gak percaya sama saya sih?!" kata Lera.

Bapak tukang bakso itu terlihat pegang amplop, namun saat mau serahkan pada Lera, mendadak hatinya bimbang, lalu:

"Sreeett!" Lera mengambil paksa dari tangan bapak itu.

Lalu...

"Ohh, cuma amplop ini to pak?!" kata Lera.

Setelah berhasil merebut amplop itu, Lera berlari masuk ke ruang kelasnya. Sedangkan bapak tukang bakso itu bengóng, sebentar kemudian mulai merasa gak enak dan khawatir.

"Wah, anak ini bagaimana sih!" bapak itu garuk-garuk kepala.

"Permisi pak, apakah ada titipan buat saya di sini?" tiba-tiba Fiko datang bertanya.

"Mmm, iya Fik. Tapi maaf, tadi direbut oleh Lera!" ujar bapak tukang bakso itu.

"Emang itu titipan dari mana pak?" tanya Fiko penasaran.

"Titipan dari Ratis... sebuah amplop!" ujar bapak itu.

"Hah, amplop!" Fiko terkejut seraya kerutkan dahi.

Lalu...

"Apakah Ratis tulis surat buat aku ya?" kata Fiko dalam hati.

Fiko diam gigit kuku jempolnya sembari berpikir.

"Waah, gawat nih kalau benar itu adalah surat!" lamunan Fiko.

"Ya udah pak, saya masuk dulu!" ucap Fiko.

"Maaf ya Fik!" bapak tukang bakso itu tampak menyesali.

"Iya pak, tenang saja, gak apa-apa kok. Biar nanti Ratis yang memintanya kembali. Permisi pak!" kata Fiko sembari meninggalkan warung itu.

Fiko kembali ke kantin, lalu:

"Waah, bagi-bagi dong Fik, hahaha!" canda temannya.

"Bagi apa sih?" balas Fiko tertawa.

"Lho, bukannya kamu ke depan tadi barusan ambil titipan?" kata salah satu teman di kantin.

"Zonk... Ratis tu sedang ngerjain saya!" balas Fiko.

Setelah itu Fiko tampak terdiam sesaat sambil merenung. Dan tiba-tiba teman yang di sampingnya sentuh lengan Fiko sambil berbisik:

"Tu, kamu dipanggil!" sambil menunjuk ke arah luar.

Saat Fiko menoleh dan melihat Ratis berdiri, tangan Ratis melambai memanggil Fiko. Fiko mendekati Ratis, lalu:

"Bacanya kalau kamu sudah di rumah saja ya!" kata Ratis.

"Nah... benar kan dugaan ku tadi, pasti surat dari Ratis!" kata Fiko dalam hati.

Kemudian...

"Baca apa Rat?" Fiko berpura-pura.

"Kamu sudah tanya ke bapak tukang bakso itu apa belum?" tanya Ratis.

"Kamu titip surat kan?!" tegas Fiko.

"Betul. Lalu?" Ratis tanya balik.

"Aku sudah ke sana, tapi sayang, kedahuluan direbut Lera!" jelas Fiko.

"Jadi surat itu sekarang di tangan Lera, begitu?!" Ratis terkejut.

"Iya!" jawab Fiko.

"Bagaimana mungkin dia bisa tau? Padahal aku ke bapak tukang bakso itu saat tidak ada siapapun kok!" wajah Ratis tampak sangat kesal.

*)bersambung ___