Chereads / Cinta Sepanjang Tiga Masa / Chapter 12 - Security Asmara

Chapter 12 - Security Asmara

Beberapa menit saat Fiko dan Ratis ngobrol di dekat parkiran sekolah...

"Emangnya amplop itu kamu isi apa Rat?" tanya Fiko.

"Ya tulisan lah, masa batu aku masukin amplop!" Ratis cemberut.

"Hehehe, kan orang-orang biasanya juga gunakan amplop sebagai tempat uang!" Fiko tertawa.

"Hhmm, terus bagaimana ini? Ini bikin aku jadi gak suka kalau Lera begitu terus sikapnya!" ungkap Ratis.

"Sebagai sahabat, mestinya kamu sudah tau sifatnya!" kata Fiko.

"Aku ternyata salah menganggap dia sebagai sahabat, karena dia merusak kebahagiaan karibnya!" Ratis mulai merasa tidak nyaman.

"Saran ku, sekarang kamu temui dia, dan sadarkan dia bahwa yang barusan dia lakukan itu adalah masuk ke urusan pribadi orang lain!" kata Fiko.

"Baik, aku temui segera sebelum dia buka amplop itu!" ucap Ratis sembari berlari masuk kelas.

Sesaat kemudian Ratis bergegas masuk ruang kelasnya, dan dilihatnya Lera yang sedang duduk menunduk.

Saat Ratis mendekat ternyata Lera sedang memperhatikan secarik kertas yang adalah sebuah surat. Dan tanpa bertanya-tanya Ratis merebut surat itu dari tangan Lera.

"Sreeett!" Ratis merampas surat di tangan Lera.

"Ratis, apa-apaan kamu ini?" Lera melotot.

"Semestinya saya yang tanya ke kamu seperti itu! Kenapa kamu ambil surat itu? Kamu kan gak ada kaitannya dengan surat ini?" tegas Ratis.

"Saya ada kaitannya dengan surat ini!" kata Lera agak ngotot.

"Terus apa kaitannya kamu dengan surat ini? Kamu pasti sudah paham isi surat ini kan?! Jelaskan sekarang; kalimat mana yang ada hubungannya dengan kepentingan kamu?" tegas Ratis.

"Aku jijik dengan Fiko!" ucap Lera makin ngotot.

"Masalah jijik, itu urusan pribadimu dengan Fiko. Tetapi surat itu urusanku dengan Fiko, tidak ada hubungannya dengan pribadimu. Jadi jangan campuri lagi urusan surat ini!" tegas Ratis sembari tinggalkan Lera.

"Hhuhh!" seru Lera seraya berdiri serta hentakkan kaki di lantai.

Sementara Lera masih terus ngomèl, Ratis tetap lanjut jalan keluar kelas, dan menemui Fiko di luar.

"Fiko, nih buat kamu!" kata Ratis.

Fiko yang masih bersama beberapa teman laki lainnya, memberi kode pada Ratis, sehingga Ratis ke luar pagar dan Fiko menyusul.

Dan baru saja Fiko menerima surat dari tangan Ratis, tiba-tiba dari arah dalam sekolahan:

"Ratis!" teriak Lera memanggil Ratis.

Tampak Lera berjalan seperti buru-buru, sementara itu Fiko buru-buru meremas surat dari Ratis lalu menyimpan di sakunya.

"Awas ya, bulan depan jangan berharap uang sekolahmu lagi dariku!" Lera melotot sambil menuding muka Ratis.

"Hah, uang sekolah?!" gumam Fiko dalam hati.

Setelah itu Lera kembali masuk kelas. Sedangkan Ratis merunduk sembari menangis. Dan Fiko menjadi bingung, apa yang akan dilakukannya terhadap Ratis.

"Rat, kita ke dalam warung sini dulu yuuk?!" ajak Fiko maduk ke warung bakso.

Ratis hanya diam sambil menangis, lalu berjalan mengikuti Fiko yang mendahului masuk warung bakso.

Sejak hari itu hingga beberapa hari berikutnya antara Fiko dan Lera saling diam tidak bertelur sapa.

*Beberapa bulan kemudian...

"Fiko, besok liburan ada acara ke luar kota atau tidak?" tanya Ratis di hari Pembagian Raport.

"Tidak ada. Kamu bagaimana?" tanya Fiko balik.

"Aku juga tidak ke mana-mana. Mau apa nggak kamu ke rumahku?" tanya Ratis.

"Boleh, bolehhh. Kapan kamu mau aku ke rumah mu?" tanya Fiko lagi.

"Hari Minggu akan datang!" jawab Ratis.

"Baiklah!" balas Fiko.

*Tiga minggu berikutnya liburan sekolah sudah berakhir, dan sekolah telah dimulai lagi.

Kini Fiko sudah naik ke kelas dua. Dan saat Minggu pertama masuk sekolah, tidak disangka-sangka tiba-tiba:

"Hey, Fiko!" sapa Angel sembari menepuk pundak Fiko.

"Lho, kok ksmu di sini? Cari siapa?" tanya Fiko terkejut.

"Cari kamu, hahaha!" jawab Angel tertawa seraya menggenggam lengan Fiko sambil diayun-ayunkan.

Fiko dan Angel berbicara berhadapan dengan jarak yang cukup dekat.

"Aku masih belum ngerti, kenapa kamu ada di sini?" tanya Fiko menegaskan.

"Hehehe, aku kan juga sekolah di sini!" kata Angel.

"Serius?" Sahut Fiko.

"Iya, serius. Kamu pasti mikir KOK TIDAK PERNAH KETEMU, begitu kan?!" ucap Angel.

"Iya lah!" sahut Fiko.

"Aku selama kelas satu sekolah di lusr kota, dekat rumah nenek ku. Karena sudah semakin menurun staminanya, orang tuaku memindahkan nenek ku ke sini, dan aku ikut pindah juga. Karena gak mungkin aku sendirian di kota lain!" ungkap Angel.

"Jadi nenekmu waktu itu sendirian saja?" tanya Fiko.

"Iya. Saya sekolah di sana agar nenek ada temannya, begitu!" jelas Angel.

"Senang bisa ketemu dan bersama kamu lagi. Aku bisa punya sahabat lagi di sini!" kata Fiko tertawa riang.

"Emangnya belum ada selama kelas satu?" tanya Angel.

"Aah, kamu sudah tahu aku kan. Aku ini hanya orang miskin, di sini banyak orang kaya, siapa yang mau bersahabat dengan aku?!" Fiko tersenyum.

Fiko dan Angel bincang-bincang dengan penuh gembira, hingga tak sadar saat yang sama, Ratis di dekat kantor guru terlihat cemberut memperhatikan mereka.

Ratis ternyata akhinya tidak kuat menahan sakit hati melihat pemandangan itu, yaa.. dia cemburu, hingga kemudian dia berniat lari bersembunyi, namun...

"Jedhaak, bluughh!" Ratis terjatuh setelah kakinya terantuk lantai yang lebih tinggi.

Angel menoleh ketika mendengarnya, dan...

"Hah!" Angel terkejut kasihan melihatnya.

Begitu Fiko melihat, spontan dia lari mendatangi Ratis, sambil:

"Angel, kita tolong dia!" ucap Fiko sembari berlari.

Ketika dilihatnya darah di pelipis Ratih mengalir banyak dan cukup deras, Fiko dengan segera lepas baju dan menutupkannya pada luka Ratis.

Fiko dan Angel dibantu beberapa teman laki yang juga mendekat, membopong Ratis ke ruang kesehatan sekolah.

Karena pendarahan di pelipis agak banyak, beberapa saat kemudian Ratis pingsan. Lalu Fiko bersama Angel dan dua orang guru mereka segera membawanya ke Rumah Sakit.

Sesampai di Rumah Sakit, dokter menyarankan untuk opname karena Ratis membutuhkan perawatan serius.

Esok harinya saat Ratis sudah siuman...

"Ibu, ini di mana?" Ratis bingung lihat sekelilingnya.

"Kamu tenang dulu. Kamu belum sehat sayang!" ujar ibunya Ratis.

Pandangan Ratis yang tadi sedikit kabur, satu jam kemudian mulai normal, lalu:

"Fiko, kok kamu ada di sini?" tanya Ratis.

Kemudian...

"Fiko yang membawamu ke sini Nak!" ungkap sang ibu.

"Terima kasih Fiko!" Ratis tersenyum.

Karena Angel juga baru kenal dengan ibunya Ratis, di situ mereka berdua berkenalan dan ngobrol panjang lebar.

Di saat bersamaan, tanpa setau Angel, Ratis menatap Angel dengan sorotan yang agak tajam. Fiko yang mengerti perasaan Ratis, segera bicara kepadanya:

"Oh iya, kenalkan; ini Angel, sudah lama jadi sahabat saya. Dan saya tidak ketemu dia kurang lebih satu setengah tahun. Karena dia sekolah di luar kota sekalian menemani neneknya yang hidup sendirian!" cerita Fiko.

"Sudah kenal lama?!" tanya Ratis.

"Iya. Dan di kelas dua ini, dia pindah sekolah ke sini dan jadi teman kita. Itu sebabnya kami senang bisa ketemu lagi!" ungkap Fiko.

Angel mendengar, lalu:

"Yang lebih menyenangkan lagi, di sini saya bisa ketemu mas Wida!" celetuk Angel.

"Siapa itu, Wida?" tanya Ratis.

"Hehehe, itu calon saya!" kata Angel tertawa.

Terlihat... mendadak Ratis senyum menatap Fiko.

*)bersambung ___