Siang hari itu Lera bersama Agam dan Wida disidang di ruang BP sekolah. Ada juga di ruang itu Fiko dan Angel.
Fiko yang adalah pemalu dan sering mengambil sikap diam mengalah, siang itu diminta Angel untuk bicara terus terang.
"Pokoknya saya berharap kamu bicara sebenarnya. Jangan ada yang kamu tutup-tutupi, terutama tentang sikap Lera!" kata Angel serius.
"Baik, akan saya ceritakan semua kelakuan Lera selama ini. Mumpung saat ini saya juga sangat kesal dengan semua sikap konyolnya yang tak pernah kunjung berubah!" ungkap Fiko.
"Bagus!" sahut Angel.
*Dua hari kemudian...
"Hallo Rat!" sapa Lera saat melihat Ratis memasuki pagar sekolah.
"Bagaimana keadaanmu sekarang?" lanjut Lera.
"Lumayan baik!" jawab Ratis.
Tiba-tiba...
"Hey Ratis!" sapa Fiko.
"Hey Fiko, baru datang kah?!" tanya Ratis balik.
"Sudah dari tadi!" jawab Fiko.
"Bagaimana, sudah gak pening-pening lagi?!" tanya Fiko.
"Uuh, sok tau. Emangnya sangkamu Ratis sedang DARAH TINGGI, sehingga pakai pening-pening!" ucap Lera sinis.
"Fiko benar. Selama saya sakit, rasa pening itulah penyebab utama saya libur sekolah!" sahut Ratis.
"Senang lihat kamu sudah bisa berangkat sekolah lagi!" ucap Fiko.
Tiba-tiba...
"Yuuk kita ke warung, aku mau buat syukuran atas kembalimu ke sekolah!" ucap Lera sembari menarik lengan Ratis.
Ratis melepas pegangan tangan Lera serta menokak ajakannya, lalu:
"Sori, aku ingin hari pertama ku untuk makan bersama Fiko sebagai ucapan terima kasihku!" tegas Ratis.
"Ratis, jaga bicaramu, kamu tidak menghargai aku sebagai seorang sahabatmu!" suara Lera dengan nada tinggi.
"Aku berusaha menghargaimu, namun kamu sulit menghargai aku. Bahkan saat aku terbaring sakit, justru Fiko yang kamu anggap hina tak berharga, malah dia yang menunggui aku! Di manakah sahabatku ketika aku terbaring sakit?!" ungkap Ratis.
"Selamat datang kembali cantikku. Aku sudah merindukan kedatanganmu seperti hari ini, karena sahabatku lemas selama bidadarinya belum nongol, hehehe!" Angel tiba-tiba merangkul Ratis dari belakang, seraya senyum melirik Fiko.
"Bidadari?!" ucap Ratis mengerutkan dahi.
"Iya. Ini bidadari dan ini... !" kata-kata Angel terhenti, lalu:
"...bidang persegi panjang, hahaha!" sahut Fiko tertawa.
"Hahaha!" Ratis dan Angel tertawa.
Kemudian...
"Kenapa persegi panjang?" sambung Ratis kemudian.
"Dia kan kurus tinggi... kayak persegi panjang, hehehe!" canda Angel.
"Hahaha, tapi aku melihat hatinya juga panjang lho... kagum!" ujar Ratis seraya acung jempol.
"Hhuu, prèètt!" sahut Lera seraya meninggalkan mereka.
"Kenapa belum berubah juga ya sikapnya?" kata Ratis.
"Suatu saat nanti pasti dia sadar akan semua sikapnya selama ini!" kata Fiko tenang.
"Yang penting adalah emosi kita jangan mudah terpancing oleh sikapnya!" tambah Angel.
Setelah Lera pergi meninggalkan mereka, Fiko bertigapun lanjut ke warung. Dan selama di warung Ratis melihat langsung sikap Angel bahwa ternyata dia sangat mendukung hubungan Fiko dan Ratis.
"Oh iya, kapan kalian bisa datang ke rumahku? Sekedar main-main santai saja, karena ibuku juga sempat menanyakan kalian!" kata Ratis.
"Yang jelas bisa ya hari Minggu itu, pas libur. Kalau hari Minggu akan datang tidak ada acara di rumah, hari Minggu akan datang ini aja!" jawab Fiko.
"Iya, hari Minggu akan datang aku pas tidak ada acara, aku siap!" sambung Angel.
*Sepuluh bulan berikutnya...
"Fiko, teman-teman ku Kelompok Pecinta Alam rencana adakan camping. Mau ikut nggak?" kata Angel.
"Kapan?" tanya Fiko.
"Akhir bulan depan ini mulai persiapan!" jelas Angel.
"Fiko, kita ini sedikit waktu lagi sudah Ujian Kenaikan Kelas lho!" celetuk Ratis.
"Oh iya hampir lupa, pasti oleh ibuku aku gak boleh ikut acara camping tu!" kata Angel lagi.
"Ya sama lah, aku juga dilarang kalau ibuku dengar aku ikutan acara itu. Pasti disuruh banyak di rumah, apa lagi ini Ujian Semester Akhir!" kata Fiko.
Selama beberapa bulan terakhir di kelas dua itu, Fiko ke mana-mana selalu bertiga bersama Ratis dan Angel. Bahkan di bulan terakhir menjelang Ujian Semester Akhir, mereka bertiga belajar bersama setiap hari Sabtu.
"Coba kamu usulkan di kelompokmu, camping diadakan setelah Ujian saja!" ungkap Fiko.
"Iya, nanti kalau pas kumpul-kumpul aku coba usul begitu!" sahut Fiko.
*Beberapa bulan kemudian, ketika sekolah sedang liburan kenaikan kelas
"Selamat siang bu!" sapa Fiko saat datang ke rumah Ratis.
"Eeh Fiko. Dari mana nih?" tanya ibunya Ratis.
"Dari rumah bu, sengaja ke main ke sini, Ratis pesan saat pengambilan raport di sekolah Minggu lalu itu!" ungkap Fiko.
"Ooh, saat ambil raport?!" tanya ibu Ratis.
"Iya bu!" jawab Fiko.
"Silahkan masuk dulu, saya panggilkan Ratis!" kata ibunya Ratis.
"Hai, Fiko. Sendirian?!" sapa Ratis.
"Iya, sendirian, tapi Angel bilang mau nyusul ke sini. Tadi ketemu saya, dia bilang nunggu Wida!" kata Fiko.
"Dia mau ke sini sama Wida?" tanya Ratis.
"Betul, begitu!" jawab Fiko.
"Bagaimana, naik kelas kan?!" lanjut Fiko.
"Iya dong! Bagaimana denganmu?" tanya Ratis balik.
"Sudah pastilah, naik!" jawab Fiko.
Baru sebentar mereka berdua ngobrol, tampak sebuah motor memasuki halaman rumah.
"Tu, Angel sama Wida datang!" kata Ratis.
Saat itu mereka menikmati liburan dan keakraban seharian hanya di rumah Ratis. Dan sesekali ibu Ratis juga ke luar bergabung dengan mereka.
*Beberapa minggu kemudian, masa liburan sudah selesai, mereka kembali masuk sekolah.
"Lera tu kenapa kok kelihatan anteng beberapa hari ini?" tanya salah seorang teman laki saat di kantin bersama Fiko.
"Entahlah, saya sejak kelas satu dulu kan dimusuhi dia, mustahil kalau dia cerita sama saya, hehehe!" jawab Fiko sembari tertawa kecil.
"Lho... bukankah setelah kejadian ribut-ribut di warung depan dulu itu, dia disidang di kantor, dan ada kamu juga kan?!" kata temannya.
"Sidang kan belum tentu bisa merubah sikap seorang murid. Mungkin perasaan yang sama masih ada!" sahut Fiko.
"Maksudnya?" tanya temannya lagi.
"Dia kan maunya Ratis itu jangan dekat sama saya. Tapi Ratis menolak menuruti!" tegas Fiko.
"Hahahaa, jangan-jangan dia suka kamu?!" ujar temannya tertawa.
"Udah-udah, ngomong makanan ini ajalah. Bosan bicarakan dia!" ucap Fiko sambil makan jajan.
Tiba-tiba...
"Ssszzzttt, aku tau!"
"Eeh, Ratis... Angel. Dari mana kok baru kelihatan?" kata Fiko.
"Tadi begitu dengar bell istirahat, langsung lari keluar beli mie ayam. Perutku sudah sangat lapar!" ungkap Angel.
"Kamu tadi bilang tau, tau apa tu?" tanya Fiko.
"Aku sempat dengar pembicaraan kalian tentang Lera!" ucap Ratis.
"Lera tu merasa sedih karena saya cuèkin akhir-akhir ini, kemudian bingung bergaul dengan siapa, mangkanya mendadak dia anteng!" ungkap Ratis.
"Itu kan dari kesalahan dia. Bersahabat yang didasari harta dan materi... tidak tulus, pasti tidak awet!" ucap Angel.
"Semoga ada pelajaran tentang persahabatan yang didapat setelah merasakan kejadian begini!" ungkap Fiko.
*)bersambung ___