Lera berdiri diam menyaksikan tiga temannya berjalan melewati gerbang rumah nya tanpa menoleh lagi ke arahnya.
Sementara itu, tanpa disadari kelopak matanya mulai terasa telah dipenuhi air mata.
"Akankah Ratis menjauhiku selamanya?" kata Lera dalam hati.
Esok harinya...
"Pak San, minta tolong antar surat ini ke sekolahanku ya?" kata Lera pada sopirnya.
"Iya Non. Terus suratnya, nanti diserahkan pada siapa ya?" tanya pak San.
"Pak San masuk kantor saja, dan serahkan ke salah satu guru yang ditemui, cukup sebutkan nama dan kelas saya, begitu saja!" jelas Lera.
"Baiklah!" sahut pak San.
Hari itu di kantin sekolah...
"Sepertinya hari ini Lera madih belum maduk sekolah ya?!" kata Angel.
"Aku juga gak lihat dia di kelas tu!" sahut Ratis.
"Tadi saat saya ke kantor minta spidol untuk papan tulis kelas, melihat sopirnya Lera ngantar surat!" kata Fiko.
"Oh iya benar, pasti itu surat ijin tidak masuk!" sahut Ratis.
"Bagaimana ya pikiran dia itu? Saya bermaksud baik, tapi bagaimana sikap dia terhadapku kalian lihat sendiri kan kemarin itu!" ungkap Fiko.
"Padahal antara dia dan aku sebelumnya tidak pernah bermasalah ataupun ribut lho. Tapi aku heran kenapa tiba-tiba benci terhadapku?!" lanjut Fiko.
"Sudah, biarkan saja. Lagian juga, dia bukan pacar kamu kan, kenapa capai mikirin dia?!" ucap Ratis.
"Hhmm, iya aku setuju begitu, kita fokus sekolah kita, itu yang lebih penting!" kata Fiko kemudian.
"Setuju!" sahut Angel.
*Satu minggu kemudian...
Siang itu Fiko sedang bersama Ratis dan Angel duduk di kantin sekolah. Mereka habiskan jam istirahat sekolah di sana sambil sesekali bercanda hingga tertawa terbahak-bahak.
Lera yang sedang melintas di dekat parkiran, mendadak kacau pikirannya menyaksikan situasi Fiko bertiga yang begitu akrab.
"Aku ingin mendekati Ratis, aku kangen ngobrol dengan dia, tapi di sana ada Fiko. Pasti Ratis lebih memilih ngobrol dengan Fiko!" kata Lera dalam hati.
Kemudian...
"Kalau aku panggil dia ke sini, mau apa nggak ya? Baiklah, aku coba panggil saja!" kata Lera dalam hati lagi.
Berikutnya...
"Ratis!" teriak Lera.
"Eeh, Lera. Sini, yuuk gabung di sini!" seru Ratis balik.
"Sini sebentar saja ada yang mau aku bicarakan berdua!" kata Lera.
"Aku ke sana sebentar ya!" kata Ratis pada Fiko dan Angel.
Sesaat kemudian Ratis mendekat Lera. Lalu:
"Ada hal penting apa Lera?" tanya Ratis.
"Kenapa aku sekarang tidak pernah ngobrol asyiik lagi dengan kamu ya?!" ucap Lera.
"Lera, ada hal penting apa sehingga kamu ingin bicara berdua dengan saya sekarang?" tegas Ratis.
"Ya ingin ngobrol saja!" kata Lera ketus.
"Bukankah tadi kamu sudah dengar suara saya. AYO GABUNG DI SINI. Kalau kamu tidak punya hal yang sangat penting, jangan mengajak berdua seperti ini!" kata Ratis tegas.
"Emangnya kenapa kalau aku ngajak berdua saja!" Lera seraya mendongak kepalanya.
"Cukup, jangan bahas begitu lebih panjang lagi, karena hanya akan membuatku semakin tidak simpatik terhadapmu!" kata Ratis sembari balik belakang dan kembali menuju kantin.
Sesampai di kantin, Fiko dan Angel tertawa-tawa kecil, lalu:
"Jangan panas, main yang halus dong sama sobatnya, hehehe!" canda Fiko.
"Iihh, sobat. Tidak sudi lagi aku kalau seperti itu terus-terusan!" ucap Ratis kesal sembari duduk dan mengambil minumnya.
"Emang dia barusan ada masalah lagi?" Sahut Angel.
"Emm... !" suara Ratis terhenti.
"Rat!" panggil Lera yang mengikuti Ratis ke kantin.
Ratis diam tidak menggubris Lera, lalu...
"Fiko, nanti kita pulang bareng ya?" kata Ratis.
"Terus aku kalian tinggal?!" celetuk Angel.
"Hehehe, ya kita pasti bareng lah!" ucap Fiko tertawa.
"Lera, bolehkah aku duduk di sini denganmu?" kata Lera agak pelan.
"Eeh, Lera... hehehe, silahkan kalau mau karena tempat nya tidak sebagus sofa!" ucap Ratis.
"Hmm!" sahut Lera seraya duduk.
"Besok Minggu kamu ada acara keluar rumah atau tidak?" tanya Lera.
"Tidak!" kata Ratis singkat.
"Aku ke rumahmu ya?" tanya Lera.
"Silahkan!" sahut Ratis.
"Besok guitarmu dibawa ya Fik!" kata Ratis.
"Ya, siap!" sahut Fiko.
"Katanya kamu tidak pergi, Rat?" tanya Lera tiba-tiba.
"Iya, aku memang tidak pergi. Aku barusan minta Fiko bawa gitarnya biar lebih asyiik sambil nyanyi-nyanyi bareng!" jawab Ratis.
"Terus aku bagaimana, kalau ada lainnya juga di rumahmu?!" Lera cemberut.
"Ya kamu juga di sana, gimana sih Lera ini... semua ini temanku. Jadi kalau kamu benci seseorang, jangan sekalipun pengaruhi aku untuk ikut membencinya juga. Dan bila kamu lakukan itu, jangan pernah lagi anggap aku temanmu, terlebih sahabatmu. Tinggalkan saja aku!" Ratis menegaskan rasa kesalnya.
Tanpa katakan apapun, Lera mendadak berdiri dan meninggalkan kantin.
Sementara itu Fiko bertiga tetap melanjutkan obrolan mereka di situ, hingga sesaat kemudian terdengar bell sekolah, dan mereka pun masuk kelas.
*Pada hari Minggu kemudian, mereka kumpul di rumah Ratis.
Ketika Fiko, Angel dan Ratis lagi asyik bersantai sementara Fiko memainkan guitarnya, tiba-tiba sebuah mobil mewah memasuki pekarangan rumah Ratis.
"Itu sepertinya mobil Lera!" Ratis menujuk mobil yang memasuki halaman rumahnya.
"Selamat siang semuanya!" ucap Lera tanpa senyum.
"Siang Lera!" jawab teman-temannya.
Setelah turun dari mobil, Lera langsung mengambil posisi duduk di samping Ratis.
"Dari rumah kah?" tanya Ratis kemudian.
"Tadi habis ngantar bapak cek ke dokter, ngantar pulang, dan kemudian saya ke sini!" cerita Lera.
Sementara Lera bercerita, Fiko dan Angel tampak ngobrol sendiri. Dan sesekali Ratis juga menanggapi obrolan Fiko dan Angel, sehingga Lera merasa dicuèkin.
Mendadak Lera membalikkan badan berputar menghadap belakang lalu menunduk dan terdengar suaranya sesenggukan.
Dan pada saat itu Fiko menatap Ratis sambil menggerakkan kepala memberi kode:
"Kenapa itu?" suara Fiko berbisik.
"Saya juga tidak tau!" jawab Ratis tanpa suara, hanya dengan gerakan tangan.
Lalu...
"Yuuk kita menjauh sebentar, agar Ratis bisa bicara dengan Lera!" bisik Fiko mengajak Angel.
"Aku ke sana!" dengan gerakan tangannya Fiko sampaikan pada Ratis, sambil menunjuk arah parkiran.
Ratis mengangkat jempolnya pada Fiko. Kemudian Ratis mencoba bicara dengan Lera.
"Maaf, kamu ada apa tiba-tiba begini? Kalau kamu tadi gak nyaman untuk keluar, kenapa tidak di rumah saja, daripada menyakiti perasaanmu sendiri?!" ungkap Ratis.
"Aku hanya merasa jengkel dengan diriku sendiri kok Rat!" jawab Lera tetap merunduk.
"Ya itu maksudku. Kalau sekiranya kamu sedang gak nyaman di luar, kenapa memaksakan diri? Toh juga akhirnya sakit yang didapat!" ungkap Ratis.
Setelah itu Lera mengangkat mukanya, menatap Ratis, lalu merangkul, dan...
"Aku baru sadar, ternyata aku memang membutuhkan kalian ini. Mohon kamu mau memaafkan aku, selama ini aku terlalu egois dan sombong!" kata Lera dalam tangisnya di pundak Ratis.
"Baiklah, aku memaafkanmu. Namun terimalah juga mereka berdua sebagai temanmu, mereka adalah orang yang baik hatinya, tidak pernah punya niat menyakiti hati teman nya!" kata Ratis sembari melepaskan rangkulan Lera serta menunjuk Fiko dan Angel.
Lera diam memandang Fiko dan Angel yang sedang bincang-bincang di parkiran, lalu mengangguk kepalanya.
Ratis tersenyum, dan kemudian merangkul Lera, sambil bisiknya:
"Terima kasih Lera, semoga lebih tentram hatimu, dan menjadi lebih berbahagia!"
Setelah itu Ratis memanggil Fiko dan Angel untuk mendekat. Lalu...
"Lera, katakan sendiri pada mereka, bahwa kamu menerimanya sebagai teman baikmu!" ujar Ratis.
Ketika Fiko dan Angel berkumpul, Lera dengan sedikit gemetaran bibirnya:
"Fiko... Angel, maukah memaafkan aku yang sering melukai hati kalian, terutama Fiko?" Lera sebentar-sebentar nunduk.
"Karena kami sudah memaafkanmu, itu sebabnya kami menengokmu dengan ikhlas saat kamu tidak berangkat ke sekolah!" jawab Fiko pelan.
"Jadi, kamu sudah memaafkanku?" kata Lera.
Setelah itu mereka bersulang untuk keakraban dan persahabatan mereka.
*)bersambung ___