Chereads / Cinta Sepanjang Tiga Masa / Chapter 22 - Neraca Kebahagiaan

Chapter 22 - Neraca Kebahagiaan

Lera baru tiba di rumahnya sekitar 10 menit lalu. Setelah lepas sepatu dan taruh tas di kursi, dia duduk di bangku taman, diam memandangi bunga-bunga di depannya.

Saat itu Lera merenungi sesuatu:

"Dulu aku adalah Lera yang judes dan sombong terhadap Fiko. Kenyataanya emang benar bahwa saya jauh lebih kaya daripada Fiko!"

"Namun kini aku mulai sadar, semua yang ada di sini adalah hasil jerih payah ayahku, dan semua yang aku miliki hanyalah pemberian beliau!"

"Bila suatu saat orang tuaku tidak ada semua, aku menikmati peninggalan beliau yang suatu hari pasti akan habis juga, dan saat itu aku mulai khawatir akan hidupku!"

"Di saat itu, mungkin Fiko akan lebih tentram hidupnya daripada aku, karena dia memiliki banyak ketrampilan serta jujur semasa hidupnya!"

"Aku... aku... aaah!" Lera menjambak sendiri rambutnya sambil mendorong nafas kuat-kuat.

Kemudian Lera bergumam:

"Aku menyesal pernah sombong terhadapnya. Kini aku merasakan sangat nyaman setiap dekat Fiko. Dia ternyata sangat baik, hanya aku yang terlalu jahat terhadapnya. Fiko, ijinkan aku.....!" kalimat Lera terhenti tatkala terdengar suara ibunya memanggil.

"Leraaa!"

"Aku di sini bu!" jawab Lera.

"Tumbèn hari ini terlambat pulangnya, ada acara apa tadi di sekolah?" tanya sang ibu.

"Kalau ACARA sih tidak ada, tapi kalau MASALAH memang ada. Dan karena ada masalah itulah saya pulang jadi terlambat bu!" kata Lera.

"Lho, masalah apa? Kamu ribut sama teman?!" tanya ibunya.

"Saya tidak ribut dengan siapapun bu. Yang punya masalah itu Fiko. Dan masalah nya tadi cukup serius, malah hingga urusan dengan polisi juga!" ungkap Lera.

"Sejauh mana seriusnya kok sampai urusan dengan polisi?" tanya sang ibu.

"Karena ada keterlibatan dari orang luar sekolah juga bu!" kata Lera.

"Terus, Fiko bermasalah dengan siapa?" tanya ibunya.

"Dengan Agam bu!" jawab Lera.

Setelah itu Lera ceritakan seluruh rentetan kejadian di sekolahnya tadi siang hingga akhirnya Fiko dan Agam dibawa ke kantor polisi.

"Lalu kenapa kamu jadi ikutan pulang terlambat?" tanya ibunya lagi.

"Tadi sebelum berangkat ke kantor polisi, Fiko minta tolong menyampaikan surat keterangan dari sekolah untuk ibunya di rumah. Ibu bisa bayangkan di rumah bagaimana saat saya ketemu ibunya Fiko... otomatis obrolan panjang kan!" jelas Lera.

"Hhmmm, ya udah kamu ganti seragam mu dulu sana, makan... terus istirahat, ceritanya nanti lagi!" potong ibunya.

Esoknya di sekolah...

Tampak sebuah mobil mewah berhenti di depan gerbang sekolah, dan sesaat kemudian terlihat sepasang kaki turun dari mobil tersebut, lalu:

"Fiko, tolongin dong?!" teriak Lera memanggil Fiko yang sedang ngobrol dengan bapak security.

"Tolong apa Lera?" sahut Fiko sembari mendekati mobilnya.

"Ini aku bawa makanan buat kita makan bareng nanti!" kata Lera.

Siang hari itu saat istirahat, rombongan sahabat Fiko hanya tinggal di kelas bersama-sama sambil menikmati makanan yang dibawa Lera dari rumah.

Sejak hari itu hubungan persahabatan mereka berempat menjadi semakin erat, hingga terlihat sebagaimana saudara atau keluarga.

Namun kebahagiaan dalam bersahabat ataupun bersaudara di antara mereka tidak bisa terwujud sebagaimana harapan mereka yang ingin setiap hari bisa bertemu, tatkala salah satu di antara mereka menyatakan akan pindah ke kota lain.

*Sepuluh bulan berikutnya...

"Aah, sebentar lagi kita puyeng nih, kerja keras lagi hadapi Soal-soal Ujian Akhir!" celetuk Ratis saat barengan di kantin.

"Sudah ada rencana apa belum, mau lanjut di mana setelah Lulus ini?" tanya Fiko.

"Aku di rumah saja, bantu orang tuaku dagang sambil nabung. Suatu saat bila terkumpul biaya baru lanjut studyku!" kata Angel.

"Sepertinya kita sama Ang. Aku juga rencana berhenti, rencana cari kerjaan untuk ngumpulin biaya. Bila sudah ada biaya cukup, baru aku lanjut kuliah!" ucap Fiko.

"Waah, paling enak Lera ya, tinggal pilih mau kuliah di mana aja siap, hehehe!" tambah Angel.

"Aah, itu kan masalah study. Belum tentu di tempat yang aku pilih itu nanti bisa aku dapatkan bahagia seperti saat kita kumpul seperti ini. Iya kan?!" sahut Lera.

"Lho, siapa tau ada lelaki yang ngincar kamu, dan kebetulan cocok dengan seleramu, hahaha!" celetuk Fiko.

"Aah, bisa jadi tu!" tambah Angel.

"Yang jelas aku masuk Swasta, mengingat nilai-nilaiku gak nyampèk kalau ke Negri!" ucap Lera.

"Gak masalah Lera, itu Swasta ataupun Negri. Yang masalah adalah nanti bila sudah lulus dan dapat Job nyaman, kira-kira bakal masih ingat kita-kita ini atau tidak ya?!" ungkap Fiko.

"Aah, bisa aja kamu ini bicara, ya pasti ingatlah. Jujur... aku merasakan kalian ini tidak sekedar sahabat, tapi aku sudah merasa dan menganggap sebagai saudaraku juga!" ujar Lera.

"Sssst, lihat!" bisik Angel sambil tangannya nunjuk Ratis yang diam menunduk.

"Rat!" sapa Fiko sambil memegang pundak Ratis.

Ketika Ratis mengangkat mukanya, mendadak tawa dan senyum ketiga orang teman nya berhenti, lalu:

"Ratis, ada apa? Kenapa tiba-tiba kamu menangis? Kita ini sedang kumpul dan bersenang bersama, tapi kenapa kamu begini?" kata Lera sembari mendekat dan mengusap air mata Ratis.

Ratis tidak menjawab, tapi semakin sesenggukan, dan tangannya langsung merangkul Lera. Di saat bersamaan, Angel berbisik pada Fiko:

"Apa ada masalah dengan kamu?" tanya Angel.

"Tidak. Bahkan aku juga bingung nih, ada apa dia ini!" jawab Fiko berbisik pula.

"Ratis, tolong bicara pada kami, ada masalah apa? Kalau-kalau kita bisa bantu masalahmu!" kata Fiko.

"Kalian gak bakalan bisa bantu masalahku yang ini!" ucap Ratis masih sesenggukan.

"Bantu bagaimana kalau kamu sendiri belum cerita juga, iya kan?!" kata Lera sambil menoleh pada Fiko dan Angel.

"Betul kata Lera!" sahut Angel.

"Aku sedih saat mendengar kalian bicara tentang sekolah akan datang!" jawab Ratis.

"Lho, kita tadi kan cuma saling bercerita dan bertanya mau lanjut ke mana, begitu!" sahut Fiko.

"Itulah yang membuatku merasa bersedih, karena aku akan jauh dengan kalian, dan tidak bisa bertemu setiap hari, aku sedih dan berat berpisah dengan kalian!" ungkap Ratis kemudian.

"Emangnya kamu mau pindah?!" tanya Angel.

Sambil tangannya mengusap air mata, Ratis tidak menjawab, hanya mengangguk kepalanya.

Dan sesaat kemudian...

"Orang tuaku tidak mampu membiayai lagi, sehingga aku ke kota pamanku, beliau meminta aku ke sana untuk bisa lanjut study. Dan kebetulan beliau dosen di salah satu perguruan tinggi!" ungkap Ratis.

"Ratis, kita kan tetap bisa ketemu pada saat liburan pendidikan?! Jadi jangan hal ini membuatmu sedih seperti ini!" ucap Lera.

Beberapa bulan berikutnya, mereka dinyatakan LULUS. Dan beberapa hari setelah terima Ijazah, sekolahan mengadakan acara perpisahan siswa-siswi.

Namun kemudian Lera mengundang ketiga sahabatnya itu ke rumahnya untuk acara perpisahan sendiri. Masing-masing di antara mereka diperbolehkan juga untuk mengajak orang tuanya.

*)bersambung ___